U [ ENDING ]

18 2 3
                                    

Gesss ini adalah part terakhir alias ending nya Studytour, untuk part kali ini bakal panjang jadi di mohon untuk pelan-pelan saja membacanya yaa..

Lov yu gess💗💟

🚌

"ADA SEGEROMBOL ANAK-ANAK DI GERBANG UTAMA PAK!!" teriak salah satu prajurit itu.

Razal segera meminta para ajudannya keluar dari ruangan berita, dan memerintahkan kepada para penjaga gara tak seorang pun dari warga sipil keluar dari sana.

Dengan ajudan-ajudan gagah di belakangnnya Razal berjalan ke arah pagar, kacamata hitam bertengger gagah di hidungnya serta kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya.

"minggir, ketua mau lewat!" perintah salah seorang prajurit.

Tepat setalah Razal berdiri di hadapan mereka matanya menatap tepat pada netra tajam Rajali.

"izinkan kami masuk, tuan ketua." Rajali berucap pelan dengan menekan setiap kata yang ia keluarkan.

"kalian siapa? Apa alasan kami bisa membuka gerbang untuk kalian, dan pemuda yang gendong itu.. Dia kenapa?" Razal mengajukan pertanyaa membuat Rajali ingin sekali mendobrak gerbang besar itu hingga menimpa wajah pemimpin tak berotak di hadapannya.

"dia baik-baik saja, dia hanya tertidur. Cepat buka gerbangnya!" tegas Rajali.

Tanpa berbicara, Razal memberikan kode terhadap prajurit-parjurit di sana untuk membuka gerbang tersebut.

"periksa mereka semua!" setelahnya pria berkacamata hitam itu pergi meninggalkan Rajali beserta semuanya yang tengah di kepung puluhan prajurit berseragam.

"bawa mereka ke gedung putih, isolasi mereka dari yang lain!" seorang gadis cantik memerintah dengan kedua tangan di jas.

Puluhan prajurit itu menyeret Erisya dengan yang lain mereka di tarik seakan mereka adalah penjahat, bahkan tubuh Rafael yang gendong Rajali pun nyaris jatuh.

Ia berusaha berontak tapi tenaganya kalah dengan dua prajurit yang menyeretnya begitu saja.

Tapi ada sesuatu yang menggagunya, ia melihat seseorang yang sangat familiar di pikirannya bersembunyi di balik tenda posko.

Sesampainya di sana, mereka di diamkan di ruangan yang seluruhnya berwarna putih hanya saja tanpa Rafael.

Jasad pemuda itu telah di pindahkan ke sebuah ruangan berbeda, dan dalam sekejap mereka semua berada di dalam tayangan kamera pengawas.

"Rafael?" gumam Gerrel tepat setelah ia lihat tubuh putra bungsunya terbarin tak berdaya di atas brankar itu.

"itu Rafael, itu anak saya!" teriak Gerrel dan segera berlari ke arah para penjaga.

Dugh!

Dugh!

"buka pintunya!! Itu anak saya! Jangan sentuh dia!" Gerrel terus memukul pintu baja yang dingin itu.

Sementara di dalam sana para perawat serta dokter sedang fokus memeriksa Rafael.

"luka di kepala, mengakibatkan pembuluh darah pecah, patah tulang punggung hingga ke lutut, patah tulang di bagian lengan juga akibat menahan sesuatu." ucap sang dokter dan dengan sigap di tulis oleh perawat.

"kematian di sebabkan serangan jantung, catat itu lalu bersihkan mayatnya dan kirim ke keluarganya." sang dokter membuang sarung tangannya dan bergegas pergi.

"tapi dokter salwa.. Lalu apa penyebab semua luka itu? Bukannkah sudah jelas itu akibat tabrakan kuat dari luar atau lebih tepatnya sebuah mobil." ujar Perawat itu hati-hati dan dalam sekali lihat dokter Salwa meliriknya dengan tatapan tajam.

Study TourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang