|| 07 || Ignatius

42.4K 4K 59
                                    

Happy Reading, Moon.

•••

"Ayah, kapan Naresh akan kembali bersekolah?" tanya Naresh, menatap sang ayah dengan mata sayu nya yang khas.

Adelio tersenyum tipis, mengusap surai panjang anak bungsunya itu dengan lembut.

Adelio dan Naresh sedang bersantai di gazebo taman, menikmati angin di pagi hari.

"Naresh ingin kembali bersekolah? Tunggu sembuh total dulu, ya?" ucap Adelio dengan lembut.

"Tapi Naresh udah sembuh total, ayah. Naresh juga udah bisa lari dan loncat-loncat, mau Naresh buktiin?"

Adelio menarik Naresh untuk duduk di pangkuannya kala melihat putranya itu berdiri dengan ancang-ancang akan berlari.

"Duduk diam, Naresh," ucap Adelio penuh penekanan, membuat Naresh merengut.

"Naresh mau kembali sekolah. Udah lebih dari dua minggu Naresh gak masuk, nanti Naresh ketinggalan pelajaran."

"Kamu tidak takut dibully lagi?"

Naresh terdiam, sejenak menjelajahi ingatan si pemilik tubuh yang ia tempati. Naresh El selalu menjadi sasaran bully siswa SMA Prawara, hanya karena penampilannya yang menurut mereka membosankan. Bukan hanya oleh para siswa, Naresh El bahkan direndahkan oleh para guru.

Naresh terkekeh miris, dalam hati berjanji pada Naresh El bahwa ia akan balas dendam.

Ini jiwa Naresh Al, pemuda 24 tahun yang pembangkang dan nakal, biang rusuh di kehidupannya dulu. Membuat orang lain kapok adalah keahliannya.

Bila orang-orang itu memperlakukannya dengan buruk, jangan salahkan Naresh bila ia membalas dengan lebih buruk lagi.

"Boy?"

Naresh tersentak, ia memainkan jemari Adelio yang melingkari pinggangnya.

"Naresh nggak takut, ayah. 'Kan, ada kalian." Naresh tersenyum tipis.

Adelio mengeratkan pelukannya, berbisik di samping telinga anaknya.

"Maafkan kesalahan ayah dulu, nak..."

Naresh hanya diam, memilih menyandarkan tubuhnya di dada bidang sang ayah. "Jadi, kapan Naresh boleh sekolah?" tanyanya mengalihkan topik.

Adelio tersenyum, bahu sempit Naresh ia jadikan tumpuan, menyandarkan dagunya di sana.

"Baiklah, kamu boleh sekolah mulai minggu depan."

Naresh memekik senang, berbalik memeluk sang ayah dengan erat.

Ah, balas dendamnya akan segera dimulai...

●●●

Naresh menggerutu, kesal sendiri ketika kakak keempatnya itu tidak acuh dengan kehadirannya.

"Kak, ih!"

Naresh mendusalkan kepalanya dengan brutal di leher jenjang sang kakak, beberapa kali menggoda leher terbuka itu dengan hembusan napas hangatnya.

Zavier tetap fokus pada laptopnya, menghiraukan Naresh yang sejak tadi mengganggunya. Walau tak ayal lehernya terasa begitu geli karena tiupan sang adik. Itu titik sensitif nya.

"Kakak~" Naresh merengek. Pemuda itu memeluk Zavier dari belakang.

Zavier menghela napas, laptop itu ia letakkan di atas nakas. Ia mengusap telinganya yang terasa geli ketika Naresh berbisik tidak jelas di sana.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang