Waktu terasa berlalu begitu lambat bagi para Ganendra. Mereka semua murung, sedih, dan kelelahan. Mereka silih berganti pulang ke mansion untuk beristirahat dan ke rumah sakit untuk menjaga juga memperhatikan perkembangan dari Naresh yang tak kunjung sadar.Sudah 3 hari berlalu sejak Naresh kembali drop. Anggota Ignatius belum menemukan jantung untuk Naresh. Pencarian donor organ memang sulit, jika tersedia pun, harus mengantre untuk mendapatkannya, karena banyak juga orang yang membutuhkan.
Zavier juga jatuh sakit karena stress dan tertekan. Kini 3 anggota Ganendra menjadi pasien di rumah sakit itu. Naresh, yang koma. Asher, yang masih demam. Kemudian Zavier, demam dan stress.
"Bagaimana?"
Ace menggeleng. "Belum."
Glenn meremas rambutnya frustasi. "Sudah aku bilang korbankan saja anggota Ignatius!" erangnya. Glenn merasa ia akan gila karena putus asa akan keadaan adik bungsunya. Ditambah kedua adiknya yang lain juga ikut sakit.
"Tidak bisa, Glenn." Ace menghela napas. "Harus berapa kali aku mengatakannya padamu? Mengertilah."
"Kalau begitu biarkan aku saja yang memberikan jantungku untuknya!" Glenn menarik kerah kemeja Ace hingga pemuda itu sedikit terjinjit.
"Re, de─"
"APA?! TIDAK BOLEH JUGA?!" bentak Glenn keras. Suaranya menggema di lorong rumah sakit itu. "Apa kau hanya akan membiarkan kondisi El semakin buruk setiap harinya?! Menunggu donor jantung sampai dia sekarat hingga akhirnya dia kehilangan nyawa?! Begitu?!"
"Kau rela kehilang─
Belum sempat Glenn menyelesaikan kalimatnya, hantaman keras menghampiri pipi kirinya hingga membuat pemuda itu tersungkur.
"Kau pikir El itu siapa bagiku, sialan?" napas Ace memburu. Tangan kanannya yang baru saja mendaratkan bogeman keras pada wajah Glenn mengepal kuat dan meneteskan darah segar. "Semua yang aku lakukan selama ini juga untuknya! Demi kesembuhannya! Agar kita bisa kembali melihat senyuman dan mendengar tawanya! Kau pikir yang aku lakukan selama ini hanya main-main?!"
Ace mendekati Glenn, kemudian berjongkok di samping pemuda itu. Tangannya dengan kasar mencengkram rahang Glenn, membuatnya mendesis.
"Dengar, Glennio Re Ganendra. Aku melakukan semua ini karena aku memikirkan perasaan adik kecil kita," desis Ace penuh penekanan. "Kau pikir aku juga sanggup dan tega melihat keadaannya seperti sekarang? Aku hanya memikirkan apa yang akan El rasakan dan pikirkan jika kita melakukan apapun yang kau ucapkan itu!"
Ace melepaskan rahang Glenn dengan kasar kemudian berdiri. "Segalanya hanya akan menjadi percuma jika El tidak menerimanya," bisiknya sebelum melangkah pergi.
Avi, yang sejak tadi duduk tenang menonton pertengkaran kedua saudaranya, hanya menggelengkan kepala.
"Kamu keras kepala sekali, Re." Avi berdiri, menghampiri Glenn dan membantunya berdiri. Glenn berdecih.
Avi tersenyum tipis. "Pulanglah. Tenangkan dirimu dulu, oke? Aku akan bersama adik kecil kita di sini, menunggunya."
Glenn diam. Tatapannya tertuju pada Naresh yang terbaring di ruang ICU, sendirian. Glenn melirik sekilas pada monitor EKG di samping Naresh, kemudian melangkah pergi dari sana.
"Semuanya sampai pada tahap gila sekarang." Avi menghela napas.
──────────
Asher dan Zavier dirawat dalam satu kamar. Zavier yang memintanya agar memudahkan para Ganendra menjenguk mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTRA REVENGE; Naresh Al.El Ganendra
Teen Fiction• Brothership series 1 [Not BL] • Transmigrasi series 1 • Slice of Life ──────── Tentang Naresh Al Nagendra, yang jiwanya nyasar ke raga tokoh figuran malang dalam novel yang pernah ia baca, setelah mengalami kecelakaan mengenaskan ketika balapan li...