|| 39 || Terrible Surprise

16.3K 1.4K 75
                                    


HAPPY READING
Tandai kalo ada typo

•••

Naresh yang sedang sibuk membaca menoleh saat merasakan pergerakan di sampingnya. Asher tampak gelisah dalam tidurnya. Alis pemuda itu menukik tajam, dahi dan lehernya mengeluarkan keringat dingin. "B-bunda..."

Naresh meletakkan bukunya kemudian mendekat untuk memeriksa suhu tubuh kakaknya itu. "Panasnya belum turun," gumamnya. Naresh beralih menepuk-nepuk dada Asher, sesekali mengusap keringat di dahi dan lehernya. "Mimpiin bunda, ya..."

Sudah satu hari berlalu sejak  Asher sakit, mereka hanya berdua di kamar inap saat ini. Adelio pamit pergi beberapa saat lalu karena mendadak mendapat panggilan dari perusahaan untuk menghadiri rapat. Pria itu bilang, Zayn, Zen, Zeta, dan Adair sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Adelio berpesan pada Naresh untuk jangan berkeliaran selagi menunggu mereka sampai. Naresh menurut saja, ia juga ingin menjaga sang kakak.

"B-bunda..."

Naresh mengusap kepala Asher agar pemuda itu lebih tenang, kemudian membisikkan kata-kata penenang di telinganya. "Shh... Ngga apa-apa, semuanya baik-baik aja." dengan begitu, Asher perlahan kembali tidur lelap. Naresh menghela napas pelan.

El, lo di mana sih? Gue bingung harus gimana kalo udah gini, Batin Naresh frustasi. Sudah tak terhitung berapa kali dalam 2 minggu ini pikirannya terus tertuju pada sosok El yang tak kunjung muncul sejak terakhir kali. Roh bocah kecil itu bahkan tak mampir ke alam bawah sadarnya seperti biasa.

"El." Naresh menoleh kala seseorang masuk dan memanggil namanya. Itu Avi.

Pemuda bertampang manis itu mendekat kemudian mendudukkan diri di sofa tunggal samping ranjang. Naresh mengernyit heran, sebelumnya, ia diberitahu oleh sang ayah untuk menunggu ketiga sepupu kembar dan sang papa, kenapa yang datang malah sepupu dari sang daddy?

"Triplets dan papa sudah sampai, mereka ada keperluan sebentar," ucap Avi seolah bisa membaca isi pikiran bungsu Ganendra itu. Naresh mengangguk kaku mendengarnya.

Avi bersedekap dada, memperhatikan Naresh yang kembali sibuk membaca buku dengan salah satu tangan yang juga aktif menepuk dada Asher. Sesekali tatapannya teralih pada hidung Naresh yang tidak terpasang nasal cannula. Ia heran, apa Naresh tidak merasa sesak? Tusukan dalam di punggung kirinya tentu memberi dampak besar pada jantungnya yang memang sudah lemah sejak dulu, bahkan itu mengharuskannya untuk melakukan operasi transplantasi jantung. Untuk keadaanya yang seperti itu, Naresh seharusnya hanya bisa berbaring dengan nasal cannula yang senantiasa terpasang pada hidungnya.

"El." Naresh menoleh. 

"Kamu tidak merasa sesak?" tanya Avi. Naresh tersenyum tipis. Avi tak pernah absen menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali menjaganya dan melihat hidungnya tak terpasang nasal cannula. Wajar saja, untuk keadaannya yang parah seperti sekarang, harusnya alat oksigen itu ia kenakan, 'kan? 

"Sesak, sedikit." maka, Naresh pun tak bosan menjawab dengan jawaban yang sama. Lagipula, dia harus menjawab apa lagi? Toh memang benar ia hanya merasa sesak sedikit saja. Jantung nya hanya sering berulah ketika malam hari, membuatnya kesulitan tidur nyenyak dan tenang.

Avi bungkam. Pemuda itu memilih memainkan ponselnya. Sementara Naresh bergerak mengambil paper bag di atas nakas yang sebelumnya Asher bawa. Membukanya dengan penasaran, matanya membulat mendapati beberapa botol susu dan yogurt di dalamnya.

EXTRA REVENGE; Naresh Al.El GanendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang