1

3.3K 75 2
                                    

"Kalau aku bilang menunduk, kau harus menunduk. Kalau aku bilang bersembunyi, kau harus bersembunyi. Kalau aku bilang lari, kau harus lari. Mengerti?"

Intruksi itu membuatnya tertekan. Ia tidak mungkin meninggalkan sahabatnya sendiri. Kalaupun mereka berada di tengah bahaya, harusnya mereka berdua berjuang untuk menyelamatkan diri mereka. Tak ada satupun yang boleh dikorbankan. Mereka berdua harus tetap hidup.

Namun tidak saat itu. Naeun tidak mungkin bertarung dengan keadaannya yang sangat payah. Kakinya terkilir akibat tersandung akar tunjang. Belum lagi energinya yang terkuras akibat bertarung dengan lawannya. Pelipisnya terkena sabetan pecut, namun Naeun sudah tak bisa lagi merasakan sakit. Ia hanya bisa menangis saat temannya dilumpuhkan oleh sang pangeran kegelapan.

Penglihatannya berganti. Kini Naeun berada di dalam kelasnya. Ia melihat si pangeran kegelapan itu berdiri di depan kelas, dengan senyum liciknya. Tatapan matanya yang membunuh seakan-akan memberi isyarat pada Naeun bahwa ia akan segera membunuhnya.

"Permisi, Professor Jung?" suara Naeun bergetar.

"Ya, Nona Son?"

"Saya izin-eh-ingin ke kamar kecil."

"Saya beri waktu tiga menit dari sekarang."

Naeun dengan canggung berjalan keluar kelas. Ketika ia menutup pintu, ia mengintip sebentar ke dalam. Dan sedikit terkejut karena orang itu masih saja sempat meliriknya dengan tatapan mengerikan. Naeun refleks berlari ke arah toilet perempuan. Ia menatap cermin dengan cemas. Wajahnya pucat. Naeun bertanya-tanya, apa yang membuat kepala sekolah ingin menemui orang macam dia? Kalau keadaannya seperti ini, ia bisa-bisa menyuruh orangtuanya untuk mengeluarkan dirinya dari sekolah dan mengungsi ke negara lain serta mengganti namanya. Menjalani kehidupan baru dengan normal, maksudnya.

TOK TOK TOK TOK

Suara ketukan pintu membuat Naeun ngeri. Mustahil anak perempuan karena pintunya akan terbuka sendiri jika yang masuk adalah anak perempuan yang benar-benar membutuhkannya.

"Siapa diluar??" tanya Naeun-mencoba-memberanikan diri.

Tidak ada jawaban. Yang ada malah ketukan pintu yang semakin keras. Kalau pintu tidak terbuat dari bahan yang sangat kuat mungkin sudah ambruk dan orang gila itu bisa masuk ke dalamnya.

"BERHENTI MENGETUK!!" teriak Naeun.

BRUK BRUKK BRUUKKK

Ketukan itu berubah menjadi gedoran. Naeun semakin panik. Ia mencoba untuk mencari pintu darurat yang tersembunyi di dalam sana. Ia yakin, sekolah ini mempunyai pengamanan yang amat baik. Ia yakin kalau-

BRUKKK

Naeun membuka kedua kelopak matanya. Ia terjatuh dari tempat tidur. "Mimpi aneh lagi. Mimpi yang terasa nyata." Ia bangkit lalu mengambil segelas air mineral dan meneguknya dengan cepat. Ia menyambar handuknya lalu bergegas mandi.

.

"Main Truth or Dare saja bagaimana?" gadis berambut pirang itu terus memaksa teman-temannya bermain. Ia baru saja diajarkan bermain 'Truth or Dare' oleh teman barunya, dan ia sangat menyukainya. Apalagi, gadis bername-tag Yoon Bomi itu sangat senang memilih Dare.

"Oh ayolah Bomi. Kami sedang malas bermain. Kau lihat wajah mereka? Seperti habis kalah taruhan!" tolak laki-laki bernama Daehyun. Bomi mendengus kesal.

"Eh? Naeun!" Bomi melambai-lambaikan tangannya pada Naeun yang berjalan dengan gugup. Naeun membalas dengan lambaian lemah.

Naeun menghampiri sekelompok murid itu lalu mengambil posisi duduk di sebelah Daehyun yang memasang muka masam.

ORION [ APINK - INFINITE - EXO - BAP FANFICTION ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang