13

578 38 23
                                    

"DEMI...kian dan terima kasih, Park Chorong, karena mengajakku di waktu yang sangat tepat," sindir Sungyeol, kesal karena Chorong lagi-lagi memanggilnya di saat lelaki itu sedang sibuk.

Chorong tentu tidak melihat adanya penyesalan. Di matanya, Sungyeol adalah orang yang sok sibuk. Tak ada alasan yang akan ia terima dari bibir Sungyeol.

"Ini sangat penting, Sungyeol," Chorong meraih lengan lelaki itu dan menggoyangkannya sekali sebelum berbisik, "menyangkut Myungsoo."

Sungyeol otomatis menjauh dari Chorong, mengabaikan bahwa ada orang lain bersama mereka saat ini-Sowon-yang tak mengerti apa yang mereka bicarakan. Myungsoo adalah temannya sejak lama, bisa dibilang ia adalah teman Sungyeol satu-satunya. Informasi yang diterima Chorong pada saat itu-ralat, apapun mengenai Myungsoo menjadi sangat penting baginya.

"Apa? Kenapa dia?"

"Apakah kau masih ingat kapan pertama kali kau bertemu dengannya?"

.

Dalam satu menit, Woohyun dapat mencuri pandang sepuluh kali pada gadis cantik yang menemaninya malam itu, Irene. Woohyun tidak menyangka akan menjadi sehening ini, padahal ia berharap bisa mengobrol lebih banyak setelah tahu Irene lahir di tahun yang sama seperti dirinya, Chorong, dan Suho. Aura yang menyelimuti Irene dirasakan Woohyun tidak jauh berbeda dengan saat ia berkenalan dengan Chorong tiga tahun yang lalu, kecuali hawa dingin yang menusuk yang merupakan pertahanan diri dari Chorong. Woohyun membenci atmosfer seperti itu. Kepalanya terus memilah kalimat apa yang harus ia ucapkan....

"Kita akan ke perpustakaan," ujar Irene seakan membaca pikiran Woohyun.

Demi Neptunus, dari sekian banyak tempat, ia memilih perpustakaan?

"Ada satu hal yang ingin kutunjukkan padamu. Jika kau tidak tertarik, kita bisa pindah ke tempat yang lain." Irene mempercepat langkahnya. Ia tidak menoleh. Tatapannya tertuju pada sebuah pintu yang berjarak lima puluh meter di depannya. Tak masalah bagi Woohyun, ia bukan Bomi yang akan bertanya, 'hey mengapa kau berjalan cepat sekali? Apakah kita dikejar sesuatu?' Itu pun berkat Chorong yang selalu mengancam akan mencekiknya karena terlalu banyak bertanya.

Tapi, ketika mereka tinggal berjarak 10 meter dari tempat yang seharusnya mereka tuju, Irene justru berbelok dan menghilang di balik tirai yang memisahkan sebuah ruangan dengan koridor. Tanpa membutuhkan penerangan, Irene berhasil membuka sebuah pintu kecil yang tak terlihat di dalam kegelapan ruangan itu.

Woohyun menerka-nerka apa yang akan gadis itu tunjukkan. Columba memang sangat kuno jika dibandingkan dengan Orion yang memiliki nuansa modern. Tapi, Woohyun tidak tahu jika mereka menggunakan cara ini untuk menyimpan sesuatu yang sangat penting.

Lelaki itu berusaha untuk tidak sembarangan berbicara. Irene boleh saja cantik, namun Woohyun dapat melihat adanya ketegasan di balik wajah cantiknya.

Irene sendiri adalah seorang kepala asrama. Semua orang mempercayakannya. Selain Eunji, ialah yang biasanya mewakilkan sekolah untuk hadir dalam pertemuan bersama Raja dan Ratu.

Sebuah cahaya oranye remang mendekati Woohyun. Irene menyerahkan sebuah lentera untuk dibawa Woohyun. Katanya, benda itu akan sangat berguna di dalam sana.

"Baiklah," tanpa banyak omong, Woohyun berjalan di belakang Irene.

Pintu tadi mengarahkan mereka ke sebuah lorong yang lain. Di dindingnya terdapat lukisan-lukisan besar yang tak berdebu-aneh melihatnya karena lorong itu tampak tak terawat dan seram. Udara dingin mulai menyentuh permukaan kulit Woohyun, berusaha untuk menembusnya. Irene beberapa kali menahan bersin, bukti bahwa lorong itu memang sudah lama tak diurus.

ORION [ APINK - INFINITE - EXO - BAP FANFICTION ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang