"Ah begitu.. Aku pikir menjadi seorang putri adalah sesuatu hal yang sangat menyenangkan." Namjoo tercengang mendengar cerita Hayoung. Hayoung mengangguk lesu sembari membereskan pakaiannya. Saat ia baru saja ingin berbalik dan mengambil pakaian lainnya, ia teringat akan perkataan ibunya tempo hari sebelum ia setuju untuk disekolahkan disana.
"Aku ingin bertanya, apakah benar disini ada murid laki-laki?"
.
Naeun masih tak habis pikir dengan Daehyun yang notabenenya sudah lebih lama tinggal di sekolah itu namun masih saja tidak bisa mengendalikan kemampuannya bahkan ia mengeluarkannya saat ia mendengar hal yang sepele. Oke, mungkin bertemu dengan musuh yang mungkin ingin membunuhmu bukan hal yang sepele. Tapi paling tidak dia tidak bereaksi berlebihan seperti itu. Itu kali pertama Naeun marah padanya, dan itu wajar. Untuk ukuran seorang Jung Daehyun, ia benar-benar lepas kontrol. Dan kalaupun Daehyun tidak setuju dengan pendapat atau apapun itu, harusnya ia tidak bersikap begitu. Ia membuat Naeun takut, dan gadis itu sekarang tidak punya siapa-siapa lagi untuk berbagi cerita. Naeun tidak mungkin bercerita pada Suho atau Bomi. Mungkin saat itu Naeun sedang benar-benar linglung, jadi dia berdiri di depan kamar Chorong dengan tangan yang mengepal terangkat namun ia tak kunjung mengetuk pintunya.
"Apakah.."
"Naeun?" Chorong keluar dari kamarnya dan—agak—terkejut melihat posisi Naeun yang mungkin menurut orang lain bisa menimbulkan salah paham.
"Ayo masuk," Chorong mempersilahkan Naeun untuk masuk ke dalam kamarnya. Naeun membungkuk dan masuk, keputusannya sudah bulat. Ia akan bercerita mengenai mimpinya pada Chorong.
"Ada apa, Naeun-ah?" tanya Chorong saat mereka sudah sama-sama duduk nyaman di sofa. Naeun berdeham. "Begini, sunbae—"
"Panggil saja aku Eonni. Aku agak risih dipanggil sunbae apalagi dengan rekan kerja." potong Chorong.
Naeun mengangguk canggung. "Eh—iya—Eonni, aku ingin bercerita padamu mengenai mimpiku. Jujur aku tidak tahu harus bercerita pada siapa dan entah mengapa instingku mengatakan bahwa sebaiknya aku berbicara denganmu."
Chorong menunggu.
"Aku bermimpi lagi, bertemu dengan si pangeran kegelapan. Ia menyuruhku untuk menemuinya di suatu tempat. Namun ia bilang ia tidak ingin menyakitiku," Naeun menunduk. Sebenarnya ia takut kalau-kalau Chorong seperti Daehyun. Naeun tidak mau berakhir dengan menjadi patung es.
"Bukankah itu berbahaya? Kau tidak tahu itu sebuah jebakan atau bukan." rahang Chorong mengeras. Naeun tahu dari cara gadis itu berbicara, ia sudah menebak dan tidak setuju dengan rencana yang akan dilakukannya.
"Tapi kata-katanya seakan meyakinkanku. Dan kupikir ia benar. Aku harus kesana dan membuktikannya.."
Chorong menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu, seharusnya kau tidak cerita hal ini kepadaku." hati Naeun mencelos begitu Chorong mengatakan itu.
"Tapi.. kenapa?"
"Aku..aku takut berbuat kesalahan yang sama. Aku dan Raja tidak berhubungan dengan baik, Naeun-ah. Kalau sampai aku melakukan setitik saja kesalahan, maka aku bisa-bisa—" tenggorokannya tercekat. Ia tidak sampai hati menyelesaikan kalimatnya. Naeun mengerti dengan keadaan Chorong. Namun ia benar-benar harus pergi.
"Aku tidak butuh perlindungan ataupun apapun kalaupun aku pergi. Aku hanya, hanya ingin berbagi cerita saja. Itu membuatku lega."
Chorong mengangguk. "Ah, iya. Aku mengerti. Naeun, jika kau ingin membuat sebuah keputusan kuharap kau memikirkan dulu untung-ruginya. Maksudnya—ah bagaimana yah?—begitu lah. Jangan bertindak atas dasar penasaran. Benar-benar tidak baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
ORION [ APINK - INFINITE - EXO - BAP FANFICTION ]
FanfictionOrion Academy, adalah akademi yang terletak di bawah tanah. Tepat di bawah ibukota Korea Selatan, Seoul. Tidak banyak orang yang tahu tentang akademi ini, karena Orion Academy bukanlah tempat untuk sembarang orang; hanya orang-orang berkemampuan khu...