c o r c o n t r i t u m e s t - sixteen

737 43 4
                                    

🚫WARNING!🚫
Terdapat beberapa adegan dewasa, kekerasan, darah, penyiksaan dan lain-lain yang akan membuat kurang nyaman.

Homophobic silahkan undur diri. Tolong jangan report, just leave.

B×B

Vote and comment for next chapter. Silahkan komen apa aja, yang mau komen menghujat nanti disediakan lapak hujatan dengan lapak kritik dan saran.

Kritik dan saran diterima baik dengan catatan gunakan bahasa yang sopan.

A collaboration with Jihanlee31

Happy reading><

Gema langkah berpadu dengan semilir angin yang menggesek permukaan dinding batu itu terdengar dari ujung lorong bawah tanah yang gelap tanpa cahaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gema langkah berpadu dengan semilir angin yang menggesek permukaan dinding batu itu terdengar dari ujung lorong bawah tanah yang gelap tanpa cahaya. Pemilik langkah kaki itu menghela napas panjang, jari-jemari lentik yang pucat itu terangkat, memasukkan kunci besi berkarat ke dalam lubang pintu dan memutarnya. Terdengar suara keras yang membuat seseorang di dalam ruangan itu mengangkat kepalanya yang semula tertunduk.

Jeonghan masuk ke dalam ruangan itu, matanya memandang lurus pada seorang pria yang menatapnya seolah memohon pertolongan. Wajah pria itu terlihat kuyu, penuh dengan luka dan jejak air mata. Bibirnya pucat, bergetar ketakutan.

"Tolong aku," lirihnya. 

Jeonghan melangkah semakin dalam, kedua tangannya terulur, mengusap pipi pria di depannya dengan lembut. "Maaf, maafkan aku," bisiknya. Dengan perlahan, Jeonghan mengobati kembali luka-luka yang sudah ia bersihkan saat Soonyoung dan Mingyu datang. Gerakannya begitu lembut, seolah takut menyakiti manusia yang terdiam di depannya.

"Mahkluk itu, siapa?" Pria yang disebut sebagai Jisoo oleh Mingyu itu bertanya pelan, masih terdengar rasa takut dalam nada suaranya. Yang ditanya hanya diam, tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Jisoo dan tetap fokus mengoleskan obat pada wajah serta bagian tubuhnya yang lain.

"Namamu, Jisoo?" 

Jisoo mengangguk kemudian beringsut mundur ketika Jeonghan hendak mengusap rambutnya. Jeonghan tersenyum miris, melihat Jisoo di depannya membuat ia kembali teringat pada Seokmin yang tidak ia ketahui di mana keberadaannya. Terlebih mengenai fakta bahwa Jisoo adalah kekasih Seokmin membuat perasaannya semakin terasa sesak.

"Apa Jisoo mengenal Seokmin? Lee Seokmin."

Mendengar pertanyaan Jeonghan, lantas Jisoo mengangguk cepat. Tatapan matanya seolah menyiratkan harapan bahwa Seokmin akan membawanya pulang, tatapan itu seolah ingin membuat Jeonghan semakin terluka daripada sebelumnya. Dewi benar-benar telah mengutuk seorang Yoon Jeonghan untuk selamanya, selama keabadiannya, entah sampai kapan.

그의 송곳니 : His Fangs [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang