i a m n o c t i s - thirteen

1K 101 6
                                    

🚫WARNING!🚫
Terdapat beberapa adegan dewasa, kekerasan, darah, penyiksaan dan lain-lain yang akan membuat kurang nyaman.

Homophobic silahkan undur diri. Tolong jangan report, just leave.

B×B

Vote and comment for next chapter. Silahkan komen apa aja, yang mau komen menghujat nanti disediakan lapak hujatan dengan lapak kritik dan saran.

Kritik dan saran diterima baik dengan catatan gunakan bahasa yang sopan.

A collaboration with Jihanlee31

Happy reading><

Sinar mentari mengintip malu-malu dari balik gorden kamar yang tidak tertutup sempurna, menyorot mesra bahu telanjang pemuda manis yang masih terlelap dengan napas teratur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sinar mentari mengintip malu-malu dari balik gorden kamar yang tidak tertutup sempurna, menyorot mesra bahu telanjang pemuda manis yang masih terlelap dengan napas teratur.

"Nghh," erangnya pelan kala merasakkan sakit di bagian bawahnya. Ia membuka matanya, berusaha bangun meski seluruh tubuhnya terasa pegal.

Mengambil pakaian nya, berjalan menuju ke kamar mandi. Memandang badannya yang terasa sangat sakit, namun tidak ada bekas luka apapun. Mengingat kembali kejadian semalam. Ia termenung, jelas diingatannya bahwa Soonyoung ada di sana, bersamanya, memberikannya sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Lelaki pucat itu terlintas di pikiran Jihoon kala ia melihat kembali tubuhnya. Teringat akan setiap sentuhan yang diberikan Soonyoung padanya. Namun, bagaimana bisa setiap rasa yang dibayangkan Jihoon terasa sangat nyata. Padahal jelas ia terbangun sendiri di dalam kamarnya.

"Apa aku bermimpi? Halusinasi? Sepertinya aku sudah gila," gumamnya sambil mengusap wajahnya sendiri.

Jihoon menarik napas panjang, kemudian mengembuskannya perlahan. Berusaha mengenyahkan pemikiran-pemikiran tentang kejadian semalam yang sukses membuat pipinya memanas. Ia menyalakan shower, membiarkan air hangat mengaliri tubuhnya.

"Lupakan Jihoon-a, lupakan!" rutuknya karena sedari tadi bayangan-bayangan kejadian semalam begitu jelas, seolah terputar ulang, membuat sesuatu dalam dirinya membuncah, berdebar begitu kencang.

"Sial, ada apa denganku?"

Butuh waktu hampir satu jam bagi Jihoon untuk bersiap-siap. Selain karena bagian bawahnya masih terasa perih, tubuhnya pun terasa begitu lelah. Beberapa kali ia berpikir untuk membolos, namun Wonwoo akan mencarinya dan banyak bertanya.

그의 송곳니 : His Fangs [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang