l u d e r e c u m i g n i s - ten

1.1K 105 17
                                    

🚫WARNING!🚫
Terdapat beberapa adegan dewasa, kekerasan, darah, penyiksaan dan lain-lain yang akan membuat kurang nyaman.

Homophobic silahkan undur diri. Tolong jangan report, just leave.

B×B

Vote and comment for next chapter. Silahkan komen apa aja, yang mau komen menghujat nanti disediakan lapak hujatan dengan lapak kritik dan saran.

Kritik dan saran diterima baik dengan catatan gunakan bahasa yang sopan.

A collaboration with Jihanlee31

Happy reading><


[WARN! 18+]

Malam itu begitu dingin, namun Jisoo tetap pergi ke perpustakaan untuk belajar menjelang ujian. Perpustakaan sudah sepi saat ia datang, hanya tersisa dua orang yang ia ketahui sebagai adik kelasnya saja di ruangan khusus membaca.

Menghela napas, pemuda manis itu berdiri untuk mencari beberapa buku. Namun, kegiatannya terhenti tiba-tiba kala seseorang menarik tubuhnya, membawanya ke sudut paling belakang perpustakaan besar itu.

"Aromamu manis sekali," bisik orang itu pelan.

Jisoo berusaha memberontak, namun gagal. Tenaganya tidak cukup kuat bahkan untuk seorang laki-laki.

"Siapa kau?" tanya Jisoo.

"Seungcheol, kau bisa menyebut nama itu saat mendesah dibawahku nanti."

Jisoo menggeleng kuat-kuat. Kedua tangannya dicekal oleh Seungcheol. Ia tak bisa bergerak sama sekali.

"Lepaskan aku!"

"Tidak sebelum aku mencicipimu."

Jisoo dapat melihat manik Seungcheol berubah. Kian memekat, berwarna merah gelap. Dua taring tajam mencuat, mengkilap siap menusuk nadi.

"AAAAA!"

Jisoo berteriak ketika dua taring itu menancap di lehernya. Pemuda manis itu dapat mendengar bagaimana Seungcheol meneguk darahnya sedikit demi sedikit. Meninggalkan rasa perih dan panas secara bersamaan.

"Ssshh berhenti!"

Seungcheol menyeringai. Ia menjilat bibir bawahnya, menikmati bagaimana manisnya cairan merah pekat itu mengaliri tenggorokannya. Dahaga yang muncul saat bulan purnama itu berangsur menghilang, tergantikan oleh gairah yang memaksanya untuk membawa sang mangsa pergi dan menyelesaikan semuanya.

Kedua tangan kekar itu mengangkat Jisoo yang sudah lemas ke dalam gendongannya, membawanya pergi entah ke mana secepat yang ia bisa. Tubuhnya terbakar, ia harus segera menuntaskannya.

Jisoo menjerit ketika tubuhnya terbanting ke atas ranjang empuk dengan sprei putih. Seungcheol menindih pemuda manis itu, menahan tubuhnya dengan kedua lengan yang bertumpu di sisi kanan dan kiri Jisoo. Sebelah tangan kekarnya bergerak mengusap pipi Jisoo dengan lembut, kemudian beralih ke bibir merah delima yang terlihat menggoda sekali dimata Seungcheol.

그의 송곳니 : His Fangs [SOONHOON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang