🚫WARNING!🚫
Terdapat beberapa adegan dewasa, kekerasan, darah, penyiksaan dan lain-lain yang akan membuat kurang nyaman.Homophobic silahkan undur diri. Tolong jangan report, just leave.
B×B
Vote and comment for next chapter. Silahkan komen apa aja, yang mau komen menghujat nanti disediakan lapak hujatan dengan lapak kritik dan saran.
Kritik dan saran diterima baik dengan catatan gunakan bahasa yang sopan.
A collaboration with Jihanlee31
Happy reading><
🔞🔞🔞
Malam begitu bersinar, sang dewi rembulan tengah duduk di singgasana, menyaksikan para insan yang masih terjaga. Sepi, tidak ada suara apapun selain deru napas dua orang laki-laki yang masih sibuk dengan bukunya di perpustakaan yang sudah kosong itu. Hanya tersisa mereka dan penjaga perpustakaan di pintu depan.
"Jihoon-a, ayo pulang, aku akan mengantarmu sampai ke apartemen."
Jihoon menutup bukunya, kemudian mengangguk. Ia menunggu Wonwoo selesai membereskan buku-bukunya.
"Kau membaca buku tentang vampir lagi?" tanya Jihoon yang langsung diangguki Wonwoo.
"Aku sangat menyukai buku ini, dijelaskan secara detail mengenai vampir. Kau harus membacanya."
Jihoon menggelengkan kepala. "Aku tidak tertarik."
Wonwoo hanya mencibir. Setelah selesai membereskan buku, keduanya melangkah meninggalkan meja mereka. Menyusuri rak-rak tinggi hingga sampai di pintu masuk.
Dalam hati, Jihoon masih sedikit resah karena suara teriakan yang ia dengar samar-samar. Ia ingin bertanya pada Wonwoo, namun ragu.
"Eum, Wonwoo-ya."
Wonwoo menoleh, menghentikkan langkahnya.
"Wae, Jihoon-a?"
Jihoon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Ah, tidak. Antar aku sampai minimarket dekat apartemen saja, aku ingin membeli makanan terlebih dahulu," ujar Jihoon.
Mereka berdua pergi meninggalkan perpustakaan. Jihoon dan Wonwoo yang tertinggal bus terakhir mau tidak mau harus berjalan kaki menuju minimarket yang dimaksud Jihoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
그의 송곳니 : His Fangs [SOONHOON]
أدب الهواة🚫WARNING!!🚫 Rate - M Berurusan dengan lelaki pucat itu bukan keinginannya sama sekali. Bahkan menatapnya saja ia enggan. Lelaki manis itu tidak mau hidupnya yang penuh ketenangan menjadi berantakan. Namun, ketika sahabatnya hilang tanpa jejak, ia...