Chapter 11: LENKA

1 2 0
                                    

Jangan lupa vote & komen yg banyak ya😘

Happy Reading 🕊️




Hari minggu. Hari yang paling dinantikan oleh hampir seluruh pelajar--termasuk Indira. Lihat saja kelakuan anak gadis itu hari ini! Dia belum bangun sementara jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi.

"Indiraaa!!"

"Kakaaakk!!"

Teriakan-teriakan itu tak kunjung membuat Indira bergerak atau bahkan membuka matanya sekalipun.

Brak!

Brak!

Pintu di gubrak dengan keras. Dan itu ulah Lenka yang memukul boneka mainannya pada pintu kamar Indira. Dia kesal, sebab kakaknya itu belum bangun. Padahal dia ingin mengajaknya bermain.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

10 detik..

Yap! Butuh waktu 10 detik untuk Indira tersadar dari alam mimpinya yang abstrak. Padahal tadi dia sudah nyaris berpelukan dengan Lee Jong Suk--aktor tampan asal korea itu.

"KAKAKKK!!"

Indira mendengus sebal--mendengar teriakan memekakkan telinga dari adik kecilnya. Mau tak mau, gadis itu menyampirkan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia turun dari ranjang. Bergidik ngeri, saat telapak kakinya merasakan dinginnya lantai.

Ceklek.

"Ngapain teriak? Ada maling?" Tanya Indira--berkacak pinggang.

Lenka mendongak. Matanya mengerjap-ngerjap dengan cepat.

"Belek-nya, tuh!" Tegurnya. Menunjuk lurus ke wajah Indira.

"Kamu gedor pintu cuman mau ngatain kakak?"

Lenka nyengir. "Pagi-pagi itu senyum. Bukan ngomel" Ucapnya.

"Eh, bukan pagi. Ini udah siang. Anak gadis kok bangun siang. Dih" Lanjutnya. Memperlihatkan ekspresi seolah jijik.

"Kenapa, sih? Kamu itu ganggu minggu-nya kakak, Lenkaaa" Ucap Indira. Mood-nya sedang tidak baik di pagi, menjelang siang ini.

"Mau ngajakin main!!" Pekik Lenka. Bersemangat sekali.

Beda halnya dengan Indi. Ia menghembuskan napas pasrah. Lalu merotasikan matanya, malas. Jadi ini konsekuensi punya adik dakjal?

"Main, apa?" Indira tak mungkin menolak.

"Masak-masak!"

"Lenka, pinter?"

"Pinter, dong. Nggak kayak Kak Indi yang megang pisau aja nggak bisa. Wle!" Ucapnya. Sembari lidahnya melet.

Kalau bukan berstatus sebagai adik, mungkin Indira sudah mencekik leher Lenka saat ini juga.

"Ya, udah. Kakak mandi dulu. Tunggu di depan TV aja" Ucap Indira. Hendak menutup pintu kamar.

"Nggak!" Lenka menahan pintu. Membuat Indira menaikkan kedua alisnya, kenapa?

"Lenka mau masuk. Tungguin kakak selesai mandi" Ucapnya.

"Oke." Hanya itu yang mampu Indira katakan. Dia sudah malas meladeni Lenka--yang tidak akan terkalahkan. Titah-nya bak Permaisuri Kerajaan yang harus di turuti.

ARKA DEVANTARA (Suara Hati Indira)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang