Nam Joo Hyuk mengusai lima bahasa, dan dia terlalu kaya untuk hanya menjadi seorang Penerjemah. Bagaimana bila pekerjaan itu hanyalah sebagai hobi. Di sisi lain Bae Suzy, ilmuan yang ambisius dan pekerja keras harus menghadapi pria seperti Nam Joo H...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dia berdiri di balkon lantai dua. Di sana anginnya bertiup semilir. Sebuah pilar besar menjadi tempatnya bersandar. Tirai transparan berwarna emas sungguh cocok menyembunyikan kehadirannya dari kerumunan di dalam pesta. Bae Suzy menghela nafas lega.
Diangkatnya seruling sampanye yang tengah ia pegang, menyesap cairan bening itu matanya terpejam melawan malam. Bulan di atasnya bercahaya terang tanpa awan yang menghalangi. Tapi gelisah tetap memeluknya hingga dia harus diam- diam menghilang dan bersembunyi.
Suzy sampai di gala bersama Rose, dia harus datang sendiri sebab Joo Hyuk tertahan sehingga tidak bisa menjemputnya. Rose sungguh teman yang baik, menemani Suzy di pesta yang tak satupun dia kenal orang- orang di dalamnya. Sampai kemudian Rose disapa beberapa temannya. Suzy tidak mau menahan Rose terlalu lama, ini pesta, siapapun layak bersenang- senang. Maka beralasan akan mencari William, Suzy menyisih agak ke sudut. Namun disinilah dirinya sekarang, bersembunyi menghabiskan malamnya sendiri.
Minumannya telah habis, dia mendesah sembari menatap landskap terbentang di depannya.
" Apa yang dilakukan puteri cantik di sini sendirian? Sedang menunggu seseorang senyorita?" Sebuah lengan yang tak asing tiba- tiba melingkari pinggangnya. Belum lagi suaranya menggelitik telinga bersama hembusan nafasnya.
Suzy berdecak lirih sebagai efeknya, " Menunggu seseorang yang sepertinya lupa akan janjinya. Tahu begitu aku pulang daritadi..." Suzy memaksa melepas cengkeraman tangan di pinggulnya. Sepatu stilettonya berdecit karena putaran.
" Suzy... please... jangan marah..." Joo Hyuk memerangkap tubuh mungilnya, diantara pinggiran balkon yang kokoh. Suzy melengos tak sedikitpun mau menatap.
" Aku tidak marah..." Dengusnya kesal.
" Lalu apa ini ?" Joo Hyuk menggerakkan ibu jarinya di bibir Suzy yang cemberut. Bahkan wanita ini melipat kedua tangannya di dada sembari menyipitkan matanya.
" Aku bilang aku tidak marah, aku lelah... itu saja..." Suzy mendorong tubuh Joo Hyuk, beralih ke samping mengambil jarak aman. Dia seharusnya mengerti, Joo Hyuk pasti sangat sibuk, dia tuan rumah. Tapi hati kecilnya merasa dia telah... diabaikan.
" Maaf sayang... Aku benar- benar berusaha. Tapi Mum dan kakek menahanku, seperti aku yang punya acara. Aku harus menyapa semua tamu, memulai sulang pertama sampanye, bahkan harus mengobrol lama dengan banyak kenalan kakek. Mungkin kakek sedang menghukumku karena... bandel?"
Suzy yang membentuk garis lurus dengan bibirnya tak bisa menahan kedutan di sudut bibir, " Ya... kau memang paling bandel William Shand..." Suzy menggeleng, kekesalannya perlahan menguap mendapati sikap Joo Hyuk yang terkadang kekanakan. Bagaimana mungkin dia tidak bisa marah lama- lama dengan pria ini.
Seperti mengerti wanitanya perlahan membaik Joo Hyuk kembali mendekati Suzy. Mendorong tubuhnya ke depan lalu memeluknya dari belakang.