SNOW MOON (episode 1)

89 28 0
                                    

Tiba-tiba sebuah angin puyuh menyapu bibir pantai, cahaya putih berpendar tidak beraturan disekitarnya.

Angin itu terus meliuk-liuk hingga menghantam bebatuan pantai yang letakkannya dekat dengan sebuah toko souvenir.

Orang-orang yang berada didalamnya berhamburan keluar seiring dengan suara petir yang menyambar gila.

"Peristiwa ini terlalu heboh. Tidak bisa dibiarkan," gumam seorang gadis berwajah polos dengan paras sangat cantik. Tangan kirinya bermaksud menengadah diudara namun lesatan petir tiba-tiba menyambarnya.

"ALENA............" jerit Danu sambil berlari menyambangi gadis itu. Danu memiliki fisik rupawan dengan tinggi badan 174 cm dan cukup kekar, wajahnya tampan.

Tidak ada yang salah dengan diri Danu. Hanya saja, setiap Danu mendekat, pasti ada sebuah entitas energi tak kasat yang menghadangnya.

Bukan karena ada mahluk astral. Melainkan perasaan Yuniar yang menghalangi Danu untuk melangkah menuju gadis yang disukainya itu—Alena.

Sedangkan darah segar terlanjur berlinangan didekat kepala Alena.

Bulir-bulir pasir putih yang lembut tersapu angin dan bak menutupi linangan darah segar tersebut.

°

° SNOW MOON °

°

"GUE GAK NGERTI! BENER-BENER GAK NGERTI!"

"Itu elu-nya yang begok sih. Masa soal sebegini gampangnya elo ga bisa ngerjain? Tolol banget."

"EGA!" bentak Lily dari bangku seberang, "MINGKEM! KALAU GAK MULUT LU GUE SUMPEL PAKE TISU! GAK TAU ORANG LAGI MUMET APA! ALENA TUH BELUM SIUMAN!" omel Lily super berisik.

Ega yang pengang pun keluar dari dalam kelas bersama teman-temannya yang lumayan tampan. Untungnya mereka keren, jadi tidak terlalu buruk jika otak mereka tidak sepintar Venus.

Omong-omong tentang Venus, dia adalah ratu disekolah. Cantik, kaya raya, pintar. Kelemahannya hanya dua, pendek dan tukang bully.

°°
Suara gaduh gedoran pintu dan jeritan histeris berasal dari seorang siswi bernama Silva yang terjebak disalah satu bilik toilet sekolah, dengan keadaan kehilangan kacamatanya, parahnya lagi tanpa penerangan karena bohlam lampu yang sengaja dirusak.

Kali ini bukan ulah Venus dan gengnya.

Tapi, ada suatu kekuatan sihir yang melakukan itu.

°°

"Sampai kapan ya Alena terbaring di rumah sakit mulu?" murung Lily dengan bibir manyun.

Tanpa ada yang mengetahui, sebenarnya hanya raga Alena yang mengalami koma sedangkan jiwa Alena bisa melihat dengan jelas siapa saja yang sedang menjenguknya di rumah sakit.

Ada Lily—teman sebangku Alena yang super berisik, ada Mamanya Alena—tepatnya Alena menganggapnya seperti Ibu sambung karena Alena meragukan kebenaran bahwa Faira adalah Ibu kandungnya.

Memang dari segi fisik Faira tidak jauh berbeda dari fisik rupawan yang dimiliki Alena. Yang membuat Alena ragu, Faira selalu memaksa Alena untuk meneguk segelas air yang berisi tetesan darah ayam.

Bagaimana Alena tidak jijik? Tentu saja jijik, siapapun yang tidak terbiasa pasti akan merasa jijik.

Maka daripada itu Alena selalu memuntahkan kembali saat dirinya berhasil menjauh dari area keberadaan Faira.

Dari sejak kecil Alena mengalaminya hingga sekarang.

Dan, kemarin Alena pergi ke pantai berpasir putih yang firasatnya katakan.

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang