SNOW MOON (episode 8)

15 8 1
                                    

°

Danu, Saka dan Putra duduk di sebuah cafe yang berada di lantai 3 gedung yang sama dengan gym tempat mereka janjian sebelumnya.

Ruangan yang dipesan Saka adalah ruangan private yang kedap suara, bahkan tidak ada rekaman cctv atau alat penyadap apapun, yang bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan masing-masing hanyalah diri masing-masing yang berada didalam bilik cukup luas ini juga kamera cctv yang berada diluar ruangan dan luar area gedung.

Puas mengisi tenggorokannya dengan es cendol yang sudah naik kelas, Saka memulai perbincangan.

Saka menjelaskan tentang kenapa judul buku bola darah berbeda dengan nama lain yang lebih dikenal sebagai snow moon.

Danu mencoba merilekskan dirinya, jujur saja Danu mulai tegang, takut terjadi apa-apa setelah ini.

Putra tiba-tiba berujar kepada Danu, "lo gak usah khawatir, gue udah memagari jejak pertemuan kita hari ini, gak akan ada yang tau."

"Oke guys, kita mulai ya. Dihalaman satu, membahas mengenai asal usul snow moon. 222 tahun yang lalu.. Ada seseorang yang sengaja mengumpulkan orang-orang yang serakah dalam sebuah organisasi, mereka mempunyai obsesinya masing-masing terhadap berbagai hal keduniawian dan bersedia melakukan apapun. 33 anak diculik dan sebagian lainnya diminta secara baik-baik dengan iming-iming kesenangan palsu, alam semesta marah karena jiwa-jiwa anak-anak itu enggak tenang, bisa dikatakan mereka menuntut balas atas kehidupan mereka yang telah direnggut secara paksa. Jiwa-jiwa yang marah menyatu dengan kekuatan sihir jahat.. Berubah menjadi sebuah bola berwarna mengkilat seperti seputih salju, sesekali bola itu akan terlihat meneteskan darah saat sudah ada darah secara mistis yang dipersembahkan terhadap bola itu, snow moon. Warnanya akan berubah hitam pekat dan berlumuran darah saat sudah melebihi kapasitas darah yang diminta, setelah satu purnama berikutnya, warnanya akan kembali seputih salju dan siap untuk mengabulkan permintaan lain dari orang yang sama."

"…ada yang masih mengganjal dipikiran gue," tanya Danu kepada Saka yang baru saja menjelaskan panjang lebar.

"Apa itu?" balas Putra terhadap Danu.

"Kalau anak-anak itu adalah korban, kenapa mereka jadi menuntut darah?"

"Kemarahan adalah kekuatan dari ilmu sihir hitam," jawab Putra.

"Kayak.. Mood booster-nya lah kalau lo masih kurang paham," jelas Saka.

"Jadi, kemarahan mereka dicampuri iblis?"

Putra menganggukki ucapan Danu.

Danu pun secara gamblang menceritakan tentang Yuniar yang telah mencuri darah gadis-gadis yang pernah dicintai ataupun sedang dicintai oleh Danu untuk membangkitkan dan menopang tubuh Ayahnya Danu yang telah meninggal 3 tahun lalu akibat serangan tawon mematikan.

Saka sengaja tidak menyela agar konsentrasi Danu tak tersumbat.

Danu juga menceritakan tentang dirinya yang sudah tidak tinggal lagi bersama Yuniar.. Tentang dirinya yang tidak ingin Yuniar dihukum.. Tentang dirinya yang ingin memperjuangkan hidup Alena.

Putra hanya memberikan tatapan dingin kepada Danu sebagai respon.

Saka mengeluarkan tas jinjing khusus pria, warnanya putih ada corak harimau putih sedang menyesap jus jeruk ditengah-tengahnya.

Danu mengernyit heran melihat gambar tas milik Saka tersebut ketika Saka sedang mengeluarkan buku berjudul snow moon, "gak ada tas lain ya?"

"Iya, kebetulan ini gue mesen, limited edition," Saka tersenyum lebar, "biar gak dicurigai sama para pengincar buku snow moon. Karena belakangan buku ini udah hampir gak ada dimana-mana, dia kayak sengaja dilenyapkan oleh snow moon."

"Gue berspekulasi kalau Ibu gue yang bawa snow moon, gimana menurut kalian?"

Saka dan Putra saling melirik satu sama lain sebelum mereka sama-sama saling terpejam guna merasakan pancaran energi snow moon yang ada di rumah Yuniar.

"Benar, snow moon pernah singgah disana," ujar Putra, "tapi dia suka berpindah-pindah."

Saka langsung membuka matanya, "makanya dia ngerjain gue waktu itu."

Danu mendengus tertahan, "jadi snow moon sekarang ada dimana?"

"Didekat gym ini," Putra membuka matanya. "Tapi, kita belum tentu bisa bertemu dia. Gue rasa.. Dia minta ada yang menyerahkan 5 tetesan darah sekarang juga, baru dia mau muncul diatas meja ini.

Danu tidak menyahut karena ia sendiri takut terhadap darah. Disuntik saja Danu tidak berani, apalagi mempersembahkan darah sebanyak 5 tetes.

"Dia hanya mau mengobrol dengan kita, asalkan ada yang mau memberinya setetes darah setiap harinya— "

"Gila," sargah Danu, "jangan gue, gue gak mau, gue anemia."

"Gue gak mau, darah gue manis," alibi Saka.

Putra menghela nafas karena jawaban kedua pemuda itu, mengambil pisau lipat dari saku tas miliknya.

Danu memejamkan matanya ketika proses menggores permukaan pertengahan tangan Putra sedang dilakukan oleh putra, Danu mengerutkan dahinya gusar manakala mendengar 5 tetesan darah diteteskan ke sebuah gelas berisikan air yang sempat dipesan oleh Putra.

Danu seketika membuka matanya saat mendengar bunyi jeglagh! Seperti ada buah kepala yang jatuh menimpa meja mereka.

Seketika darah Putra yang tadinya hampir menyatu dengan air putih, pun mendadak terhisap dalam pusaran yang berputar layaknya pusaran jus yang sedang di blender.

"Waw," kagum Danu sekaligus sedikit takut.

Saka berdehem, "snow moon, lo bisa dengerin kita kan sekarang?"

"Tentu aja,"

Danu lebih kaget lagi karena suara snow moon mirip dengan Catheez, suaranya kedengaran seolah-olah snow moon ini merupakan orang yang imut nan cantik.

Danu menghela nafas berat, aneh sekali hatinya jadi berdebar-debar mendengar suara snow moon.

"Ada yang ingin meminta sesuatu?" tanya snow moon.

"Bagaimana caranya menonaktifkan snow moon?"

"Putra, lo kenapa nanya gitu sih? Gimana kalau snow moon ngambek sama kita?" khawatir Danu.

Snow moon kedengaran tertawa senang, "baiklah, permintaan sudah diproses."

"Nah loh, kok mau?" heran Danu. "Astaga, gue lupa harus bersikap jantan dihadapannya Saka. Gue harus diem mulai sekarang, ngomong seperlunya aja."

"Permintaan apapun bisa dikabulkan oleh bola darah. Dan darah yang diperlukan untuk memenuhi permintaan ini adalah, harus mempersembahkan darah manusia sebanyak 2 liter setiap harinya, sambil menunggu Purnama berikutnya datang. Terima kasih sudah membuat permintaan."

"Mampus. Siapa nih yang bakal ditumbalin? Hampir satu bulan penuh ngasi darah 2 liter," Danu merasa resah. "Guys, gimana nih?"

Putra tak bergeming.

"Apa gak ada cara lain?" tanya Saka.

"Untuk sekarang tidak ada," snow moon tiba-tiba mengeras menjadi batu. "Kamu boleh membawa snow moon, tapi coba bawa yang lebih berat."

Danu membawa snow moon dengan kedua tangannya sambil berkali-kali mengerang keras, untung saja otot-otot Danu sudah terlatih di gym.

"Bawa ke rumah Putra aja," titah Saka.

"Gimana kalau— " Danu mendadak terdiam.

"Kenapa?" heran Saka.

"Enggak. Gue kuat kok, gue bawa mobil."

"Putra lo ikut di mobilnya Danu ya? Biar gue yang bawa motor lo."

Putra mengangguk.

Ketiga pemuda itu berangkat menuju kediaman Putra, diperjalanan batu itu semakin terasa berat, Danu yang tidak menyetir mobilnya pun khawatir mobilnya akan jebol meski batu darah itu sedang dipangkunya.

||vote&comment, share. Thank u~🕊️

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang