SNOW MOON (episode 5)

24 14 0
                                    

"Gue dirumah, lagi bikin jus," sahut Alena dengan nada bicara santai.

Dari yang ditangkap oleh indera pendengaran Saka, memang kedengaran sebuah kegiatan membuat jus. Mulai dari mengupas buah, memotong buah, mencucinya di bak cucian, memasukkan potongan-potongan buah tersebut ke dalam wadah blender, di blender sampai mesin itu dihentikan.

Alena mengerutkan keningnya, "lo kenapa Saka? Lo dengerin gue atau dengerin gue lagi bikin jus?"

"O-oh, gue heran aja, bukannya ada asisten rumah tangga dirumah lo? Ada tiga kan ya? Kok tumben bikin sendiri?"

"Mereka ada kok. Cuman ya.. Gue lagi galau nih, jadi bikin kegiatan sendiri biar galaunya rada berkurang."

"Galau kenapa kalau boleh tau?" tanya Saka sambil berjalan dengan tertatih menuju dapurnya, hendak mencari-cari obat merah.

"Heum.. Gue boleh curhat sama lo?"

"Iya. Gapapa kok, ga usah ragu, gue mau dengerinnya."

"Tapi kedengarannya lo lagi sibuk ya? Sibuk..nyariin apa?"

"Obat merah," Saka keceplosan mengaku.

"Lo luka?"

"Heum, eum," sahut Saka mengiyakan. "Tapi lo disitu beneran baik-baik aja kan?"

"Mau video call biar lo percaya?"

"Ya udah kita video call aja." Saka mematikan panggilannya kemudian menelepon Alena dengan mode video call.

Walaupun terasa aneh akan melakukan video call untuk yang pertama kalinya dengan Saka, Alena menerima panggilan video call tersebut tanpa ragu.

Kini keduanya saling bertatapan, seolah-olah menunggu satu sama lain untuk berbicara terlebih dahulu.

Akhirnya mereka jadi tergelak akibat situasi yang terasa lucu.

"Liat kan? Gue baik-baik aja," Alena melihat ada panggilan masuk dari Danu, "eh bentar ya? Danu nelfon gue nih."

"Tunggu dulu, kenapa Danu tau nomor lo?"

"Ya.. Emangnya kenapa?"

"Sejak kapan?"

Alena terdiam sesaat, "lo, menginterogasi gue?"

"Gini Alena, gue baru aja mendapatkan penerawangan yang buruk," Saka mendudukkan dirinya dengan susah payah disalah satu kursi meja makan setelah baru saja mendapatkan obat merah yang ternyata tergeletak didekat bak pencucian piring, "bahkan kaki gue sampai berdarah, Na. Makanya gue tiba-tiba nelfon lo. Sebenarnya, apa yang udah terjadi sama lo? Lo ada ngalamin peristiwa aneh gak seharian ini disekolah? Atau dirumah lo mungkin?"

"Heum..aneh enggak sih. Cuma ya, hari ini gue terpaksa nerima Danu sebagai pacar gue."

"Terus?"

"Terus dia nganterin gue pulang. Tapi belum mau ketemu orang tua gue, gak enak katanya, takut mengganggu. Padahal dia sendiri yang maksa-maksa gue dihadapan banyak orang disekolah buat nerima cintanya dia."

"Lo ada rasa gak sama Danu?" Saka baru ingat kalau lukanya harus dibasuh menggunakan air bersih terlebih dahulu, memejamkan matanya erat sejenak guna menahan rasa kesal terhadap dirinya sendiri, "ergh.." dengan susah payah Saka bangkit dari duduknya dan berjalan tertatih menuju kamar mandi dekat dapurnya.

Alena yang mendengarnya pun menjadi khawatir, "luka lo sebesar apa sih Ka? Kok kedengerannya lo- "

"Alena," sela Saka.

"Ya?"

"Gue rasa pendarahan di tengkuk leher lo waktu itu, ada kaitannya sama bola darah yang ngerjain gue hari ini, setelah gue basuh luka ini.. Ternyata darahnya makin ngucur." wajah Saka kian pucat pasi.

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang