SNOW MOON (episode 6)

25 10 0
                                    

°°

Venus memotong daging barbeque yang telah di lumuri saus teriaki, saus itu meruber hingga hampir memenuhi piringnya.

Itu gara-gara Dwi yang terlalu antusias menuangkan saus ke daging wagyu kesukaan Venus.

Dwi suka sekali melakukan panjat sosial, bisa dikatakan ini sebuah hobi yang membuatnya senang bukan kepalang, Dwi pikir jika berhasil mengambil hati para konglomerat yang ditujunya, dirinya bisa mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya.

Ya, itu memang tidak salah. Sejak kelas 10 SMA Dwi sudah resmi diangkat sebagai anggota Flagship Squad yang dipimpin oleh Ayana Venus Merliana.

Namanya saja yang terdengar sopan, Venus jauh dari kata sopan.

"Helen, lo udah dapetin informasi tentang kutu berikutnya?" tanya Venus tanpa menoleh kepada orang yang diajak berbicara. Sikapnya terlihat begitu elegan dan congkak disaat bersamaan.

Helen mengangguk, "ya. Namanya Gita, anak kelas 10 bahasa 2, Bapaknya cuma guru honorer, Ibunya pembantu rumah tangga. Dia bisa masuk SMA 1 Gladiol karena biaya dari Om-nya, tepatnya Om-Om."

"Bagus. Dengan begitu gak akan ada yang mau nolongin dia kalau kita ngebully dia besok," ujar Venus, menghela nafas, "gue muak ngeliat dia ngasi hadiah coklat ke Afgan, satu sekolah juga tau kalau Afgan itu mantan gue, gue gak mau sampai ada yang membandingkan gue sama cewek itu. Kita harus singkirkan dia."

"Setuju, emang harus diberi pelajaran tuh cewek. Metodenya apa nih? Kata-kata kasar di medsos atau secara langsung?" tanya Dwi antusias sambil tersenyum senang.

"Kita lakuin kedua-duanya, kali ini harus lebih ekstrim daripada biasanya," tegas Venus.

Dwi mengangguk senang.

Seorang pelayan perempuan melewati 3 buah meja bundar demi menuju ke sebuah meja dekat teras restoran. Ya keempat gadis-gadis cantik ini sedang makan-makan di restoran milik Afgan.

Pelayan itu meletakkan dessert berupa es krim kacang merah pesanan Helen-bingsu strawberry lengkap dengan berbagai topping permen-permen strawberry kenyal yang dipesan oleh Catheez.

Setelahnya pelayan tersebut pergi meninggalkan meja.

"HEH KALIAN?!" ada suara Ibu-ibu galak yang kedengaran dari balik kaca etalase yang jauh dari tempat kelima gadis-gadis tersebut berada.

Venus, Dwi, Catheez, Helen, Eriska. Kelimanya nyaris menoleh secara bersamaan.

"Siapa?" tanya Venus. "Gak jelas banget."

Ketika Venus hendak melanjutkan makannya, mendadak lewat seorang wanita paruh baya yang hanya bisa di lihat oleh Venus saja.

Tapi entah kenapa Venus bahkan tak mau membuka mulutnya untuk membahas tentang apa yang baru saja di lihatnya, kendati Venus tahu bahwasannya hanya dirinya saja yang bisa melihat wanita itu.

Dahi Venus tak henti-hentinya berkerut penasaran.

°°

00:00 malam, Yuniar sedang menyiapkan lilin menyala sebagai pelengkap ritualnya untuk kembali dapat mencuri darah Alena secara mistis.

Jeglagh!

Yuniar hanya melirik ke arah ambang pintu ruangan bawah tanahnya.

"Ibu padahal tau aku udah resmi pacaran sama Alena, tapi Ibu tetap kekeh mau melakukan semua ini?" ucap Danu sambil menuruni anak tangga, "Ibu tau apa resikonya? Danu yang akan jadi kambing hitamnya. Danu udah ngancem Alena didepan umum. Ibu tega membiarkan Danu jadi tersangkanya?"

"Siapa suruh kamu begitu?"

"Bu, Ibu benar-benar mau mengorbankan Danu? Demi Ayah yang udah meninggal? Ibu tega?"

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang