SNOW MOON (episode 7)

16 10 0
                                    

Saka menaikkan masker kain yang tadinya ia turunkan hingga dagu, ini karena para siswi disini sudah pada melirik-lirik ke arahnya, ya siapa sih yang akan diam saja melihat pemuda setampan Saka berkeliaran bebas? Setidaknya pasti akan mencuri-curi pandang.

Helaan nafas keluar dari mulut Saka, ia khawatir suasana akan menjadi heboh.

Apalagi jaman sosial yang bebas memposting apapun, sungguh Saka tak mau terkenal mendadak.

"Udah ya? Gue- "

"Ka, lo belum jawab ajakan gue, mau gak?" tanya Danu lagi.

Saka berpikir sejenak. "Heum.. Wah..kayaknya gak bisa deh. Gue pulang sekolah nanti rencananya mau pergi ke gym deket kawasan bintaro."

"Gimana kalau kita nge-gym bareng? Ada yang mau gue obrolin."

"Gue boleh ikut?" Ega nyelonong masuk ditengah pembicaraan dua pemuda rupawan tersebut. Cengengesan karena mendapatkan tatapan aneh dari mereka bertiga.

Dengan perasaan malu Ega bergegas pergi, tunggang langgang.

Ega segera bersembunyi dibalik pohon. "Cogan ketemu cogan, ada cewek cakep, pasti ada cinta segitiga. Eits.. Tapi belum tentu, tadi gue perhatiin kayaknya Alena sama cowok tinggi yang kulitnya putih kayak porselen, tatapan mereka biasa-biasa aja, gak ada rasa cinta-cintaan." mengerutkan keningnya, "ngapa gue kepo dah? Tapi gue agak penasaran sih, gue sebagai cowok aja mengakui kalau cowok itu ganteng banget. Saingannya Danu? Danu menang di otot sih, ototnya lebih gedean dikit, apa gue nge-gym aja kali ya? Biar ada kualitasnya dikit, gue gak cakep-cakep amat.. Siapa tau gue dilirik sama Catheez. Ehe."

"Ya udah, boleh," Saka segera pergi berlari meninggalkan Alena dan Danu.

Danu menghela nafas berat. "Ketauan banget gak sih kalau gue minder sama pesonanya Saka? Lagian kenapa dia bisa lahir dengan seganteng itu? Gue kenal dokter operasi plastik temennya almarhum Ayah gue, Saka sama sekali gak oplas, heum.. Andai aja gue seganteng dia, setidaknya gue bisa lebih pede kalau jalan bareng Alena," memandangi wajah Alena dengan tatapan cukup sedih, "sayang banget wajah secantik ini akan dikubur dalam waktu dekat. Apa yang harus gue lakukan biar Alena tetap hidup? Apa gue kerjasama aja sama Saka dan cowok yang bernama Putra? Tapi gengsi ah, ntar dikiranya gue cowok lemah, gue gak mau sampai kehilangan wibawa dimatanya Alena."

Bel masuk kelas pun berbunyi nyaring.

"Lo mau tetep bengong disini Dan?" bercanda Alena.

Danu menggeleng sambil tersenyum geli, "lo bisa ngelawak juga. Yuk kita jalan bareng sambil ngobrol?"

Alena mengangguk.

Danu dan Alena saling berjalan berdampingan.

"Lo mau ngobrolin apa sama Saka?"

"Mau nanya tentang segala hal tentang elo. Sekarang lo pacar gue. Gue siap mati kalau itu diperlukan, beneran."

Alena mengerjap lelah, bukannya ia bosan dengan ucapan Danu yang rata-rata diucapkan oleh seorang kekasih yang sedang kasmaran, hanya saja akibat kondisinya yang mendadak pulih.. Jadi tubuhnya mulai menyesuaikan diri dengan bereaksi begini.

"Mukanya Alena sekarang udah gak pucet lagi. Ajaib, gue rasa Putra bener-bener seorang penyihir penyembuh. Gue gak sabar pengen nanyain tentang snow moon, Ibu selalu membicarakan hal itu sama temen-temennya sesama club pecinta buku yang berjudul snow moon, gue sengaja dengerin pembicaraan mereka.. Dan jadi tau apa itu snow moon, Saka pasti tau tentang itu, dia kan penyihir. Dukun berbeda sama penyihir, metode yang digunakan seorang penyihir lebih sarat akan budaya barat, gak heran kenapa pakai bahasa inggris. Snow moon. Nama yang terlalu elegan untuk sebuah bola penghisap darah manusia."

"Danu?" Alena terpaksa menahan bahu Danu agar lelaki itu mau menghentikan langkahnya. "Lo udah sampai dideket kelas lo, see you."

Danu menghentikan langkahnya saat menyadari apa yang dikatakan Alena ada benarnya, dirinya sudah dekat dengan kelasnya.

Danu pun hanya dapat memandangi Alena yang sudah berlalu meninggalkannya menuju lantai dua.

Jantung Danu berdebar-debar mengingat tadi Alena sempat menyentuh bahunya. Danu tersenyum kecil, tersenyum senang, "gini ya rasanya punya pacar? Kok seneng banget ya? Lebih senang daripada cinta sendirian." termenung lama, "ya, gue harus memanfaatkan Saka demi mengetahui keberadaan snow moon, tapi gak semudah itu.. Bukannya snow moon gak mau didapatkan oleh sembarangan orang ya? Apalagi gue bukan seorang penyihir. Baru-baru ini lagi trend manfaatin orang yang suka sama pacar sendiri. Ah gue ngerasa gak berguna banget, heuh, gue bingung."

Dengan frustasi Danu masuk ke dalam kelasnya. 11 IPA 1.

Julia duduk disamping Danu, "lo mau coklat?" memberikan satu bungkus coklat harga diatas 25 ribu rupiah kepada Danu.

"Ngapain ngasi gue coklat?"

"Afgan bagi-bagi coklat hari ini, katanya pajak jadian, dia baru aja jadian sama cewek yang namanya.." Julia berusaha mengingatnya, "lupa."

"Yeuh, apaan sih," Danu membuka kemasan coklat hingga setengahnya lantas memakannya dengan cukup santai dan setengah gusar jika tiba-tiba guru olahraga masuk ke kelas ini. "Pak olahraga kok lama banget ya? Tadi pagi nge-chat di grup kelas katanya pengen ngebahas materi yang ada di buku pelajaran aja, sekarang kok telat datengnya?"

"Gak tau." Julia menumpu dagunya. "Gimana kabar cewek lo? Dia pacar pertama lo dong jadinya?" tanya Julia dengan nada bicara yang rada kecewa.

"Kecewa kenapa sih lo?"

"Dia cantik banget, kenapa gak macarin Jainab anak 10 IPA aja si? Kan gue bisa pamerin cowok gue.. Temen sebangku apaan lo, ih gak fair, udah ganteng.. Sekarang ceweknya cakep bener, curang lo," ucap Julia dengan setengah ngambek.

Danu malah menghela nafas pasrah mendengar pujian terselubung teman sebangkunya tersebut. "Gimana ya caranya ngomong ke Saka? Gue harus keliatan gagah banget dihadapannya dia, biar gue gak ditindas, gue kan pacarnya Alena."

"Daripada gue.. Muka gue biasa aja.. Pacar gue.. Biasa aja juga si mukanya. Nah kalian, beuh, curang."

"Daripada bilang curang-curang mulu, makan cireng sana. Biar gak laper."

"Lo lagi ngelawak apa lagi sedih sih? Bilangnya sambil murung."

"...laper. Pengen es krim."

°°

"Makasi Pak," Danu langsung menyantap es krim kerucut rasa strawberry setelah menyerahkan uangnya kepada seorang tukang es krim gerobak.

Danu sibuk memandangi dagangan apa saja yang dijual tukang es krim ini. Ternyata ada es krim yang ditemani topping-topping enak.

Putra menghentikan motor gedenya ketika Saka menepuk bahunya sebanyak tiga kali.

Saka membuka helm merah maroon yang dikenakannya, "itu yang namanya Danu."

Putra memarkirkan motor gedenya dipinggir taman, tempat mereka berada sekarang.

Taman yang luas ini dekat dengan gym tempat janjian mereka sebelumnya.

Putra dan Saka langsung berjalan cepat menuju Danu.

Danu nyaris menjatuhkan es krimnya karena sempat kaget melihat sosok pemuda yang memakai helm, "astaga, gue pikir orang jahat."

||vote&comment, share. Thank u~🕊️

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang