SNOW MOON (episode 2)

45 18 4
                                    

--back to the 222 hundred years ago--

Segerombolan anak-anak berjalan memasuki sebuah kotak hitam setinggi orang dewasa. Satu persatu dari mereka raib tanpa sisa setelah memasuki kotak tersebut.

Jumlah anak yang dikorbankan pada hari purnama yang sama, jumlahnya ada 33 anak, semuanya dianggap suci oleh para orang-orang yang mempersembahkan mereka kepada sang ketua organisasi.

Anak-anak itu ada yang diculik atau sengaja diminta secara baik-baik dari orang tua mereka dengan dalih ingin mengajak mereka berjalan-jalan ditaman bermain.

Jiwa-jiwa yang marah dan rasa tidak ikhlas dari anak-anak itu akhirnya memicu amarah ilahi, alam semesta mulai meniupkan angin kencang tidak jauh dari ladang tempat ritual itu diadakan.

Pusaran itu terus berputar hingga membuat warga sekitar ketakutan, mereka pun sampai berpindah tempat tinggal sedangkan para pelaku sudah melarikan diri terlebih dahulu karena tahu alam semesta telah murka terhadap mereka.

Mereka bukannya menyesal, mereka hanya takut mati, walaupun begitu mereka tetap terobsesi pada keabadian.

Karena mereka semua tahu, ritual yang telah mereka lakukan akan menghasilkan sebuah bola sihir berkekuatan dahsyat.

Namun ada satu hal yang tidak akan pernah mereka ketahui. Yaitu, dimana tempat yang akan dituju oleh bola darah tersebut untuk muncul dan menetap sampai pada akhirnya ia diketemukan oleh sang baik ataupun sang jahanam.

Tapi semua orang yang melakukan ritual itu justru mendapatkan sebuah anugrah sekaligus kutukan, yang membuat mereka tidak akan pernah bisa meninggal jika bukan atas kehendak dari bola darah yang lebih mereka kenal dengan nama snow moon sebagai kode rahasia untuk menemukannya.

-----

Saka mengendus jarinya yang telah berhasil menyentuh tetesan darah yang membuat Alena terkejut bukan main.

Tangan Alena ikut meraba-raba tengkuknya sendiri.

Alena pun menjadi gelisah melihat tangannya berlumuran darah.

"Apa ini sebabnya Alena gak tertarik sama gue? Dia aneh banget, dia berdarah tapi gak tau kenapa bisa berdarah sebanyak ini?" pikir Saka dalam hati, mata Saka yang beriris biru gelap melebar menyadari punggung Alena ternyata kuyup terkena linangan darah dan aroma anyir darah seketika memenuhi ruangan tersebut, "astaga, lo abis ngapain sih Na?"

Alena menggeleng keras, "gue bahkan gak tau apa-apa!"

Saka menggunakan penerawangan mata batinnya, seketika sekelebat bayangan seorang wanita paruh baya muncul di penerawangan Saka, "ada seorang wanita paruh baya yang sedang melakukan ritual— "

Alena mendadak limbung, kepalanya terbentur dinding karena Saka terlambat menyadari pergerakan Alena yang mendadak goyah.

°

Luka Alena baru saja diobati juga diperban dan Alena sudah berganti pakaian.

Kini semua orang yang sudah berkumpul diruangan tersebut tampak gelisah. Ada Papanya Alena yang bernama Rudi, ada Saka dan Faira.

Tiba-tiba Danu datang dengan membawa sekotak brownies.

Tentu saja suasana yang tegang berubah menjadi canggung.

Lalu mata Danu memerhatikan Alena yang baru saja ditinggalkan oleh dokter dan suster.

Dengan ragu Danu melangkah menuju Alena, langkahnya terhenti ketika jarak dirinya dengan Alena berjarak 13 kepalan tangan orang dewasa, ya tentu Danu tahu sendiri kenapa ini terjadi lagi, itu semua penghalang dari perasaan Yuniar.

Danu rasa kekuatan sihir Ibunya sudah melebihi seorang penyihir biasanya walaupun profesi sang Ibu bukanlah seorang penyihir, melainkan seorang guru SMA yang mengajar bahasa Indonesia.

Mungkin saja pekerjaan formal itu masih digeluti Yuniar untuk menutupi kedok yang sebenarnya, menurut Danu. Karena sejauh ini kekayaan bersih seorang Yuniar Adipura sudah mencapai 17 milyar sebagai seorang bussiness women yang sukses menjalankan berbagai bidang usaha kecantikan.

Danu benar-benar tak habis pikir, keadaan Alena menjadi seperti begini. "Kalau sampai Ibu melakukan ritualnya yang ke tujuh kepada Alena, Alena bisa menjadi gila, gue gak mau itu terjadi..! Tapi gue kasihan sama Ibu, Ibu bisa diseret dan mungkin akan dibakar oleh warga yang marah karena sihir hitam yang dilakukan oleh Ibu selama ini. Belum lagi para gadis yang sudah menjadi korbannya, jumlahnya ada 17 orang, Alena adalah yang kedelapan belas dan akan menjadi pelengkap untuk membangkitkan Ayah dari kematian."

Saka bisa melihat dari ekspresi wajah Danu bahwa Danu sedang mengalami ketakutan yang teramat mendalam dan rasa cinta yang sulit tuk dijelaskan.

Membuat Saka menghela nafas, dirinya sama sekali tidak dapat memasuki pikiran alam bawah sadar Danu, Saka rasa kejadian aneh yang menimpa Alena pasti ada kaitannya dengan Danu karena ekspresinya lebih sesuai dengan keadaan yang telah dialami oleh Alena.

Dibandingkan dengan kedua orang tua Alena yang bisa dikatakan tidak tahu apapun tentang kejadian misterius yang telah menimpa putri mereka.

"OMG......, ALENA LO UDAH SADAR," celoteh Lily sambil memasuki ruangan Alena dirawat. "Eh? DANU ADA DISINI JUGAK? ASTAGA.. ADA COGAN SEKOLAH KITA— "

"Lily," sela Faira. "Kalau kamu tidak diam, kamu bisa merusak pendengaran kami semua."

Lily terpaksa bungkam dengan bibir yang dimanyunkan, padahal Lily ingin berteriak heboh karena melihat manusia serupawan Saka yang lebih segalanya daripada Danu secara fisik.

Alena mengerjap lelah, punggungnya sengaja ia sandarkan pada kepala ranjang rumah sakit, punggungnya terasa perih seolah-olah kulit punggungnya baru saja di kuliti.

"Alena, ini gue bawain brownies, lo suka brownis kan?" tawar Danu berusaha menstabilkan suaranya yang sesekali nyaris gemetaran.

"Itu karena cowok ini tau ada sesuatu yang mengerikan akan segera menimpa Alena kalau enggak segera ditangani. Sesuatu mengerikan apa ya? Heum.. Ini bukan dibidang gue, kemampuan gue baru sebatas penerawangan, belum belajar untuk menembus alam bawah sadar manusia yang dipagari ilmu sihir tingkat atas kayak cowok ini. Ah gue juga belum menguasai ilmu penyembuhan, sayang banget, coba..aja gue lebih rajin. Sayangnya gue harus puasa putih. Ya gue mana bisa kayak gitu, cuma minum air putih sama singkong doang, gue kan suka ayam goreng di lumuri saos gochujang, singkong hambar kalau menurut gue."

"Lo sama siapa ke sini?" tanya Alena dengan suara lemah.

"Sendirian. Gue nyetir mobil punya nyokap gue. Tapi, tapi gue kesininya gak bisa lama-lama, gue ada urusan, gue punya toko bunga," Danu tersenyum tipis, "maaf ya gue lupa bawain lo sebuket bunga Gladiol."

"Ya gapapa, lagian lo ga ada kewajiban buat ngasi gue hadiah karena gue bukan pacar lo," balas Alena dengan senyuman. "Jam berapa lo harus ke sana?"

"S-sekarang."

"Cepet banget."

"I-iyah. Maafin gue ya, Na. Permisi Pak, Bu."

Rudi menganggukki saja, Faira tersenyum tidak ikhlas sesaat.

Danu diam-diam menghela nafas berat setelah kakinya berhasil keluar melewati pintu. Hatinya terasa lebih berat lagi ketika sudah melangkah lebih jauh meninggalkan ruangan itu, dirinya tahu sesuatu tapi malah berlagak seperti ini, benar-benar menyiksa perasaan Danu secara mendalam.

"Gue gak mau jadi yatim piatu.. Tapi kali ini gue gak mau kehilangan lagi. Kata Ibu, setelah Ayah pulih dan bisa beraktivitas normal layaknya manusia, Ayah masih harus mendapatkan transfusi darah dari gadis-gadis yang gue taksir. Kalau hal ini terus berlanjut, gue gak akan pernah bisa memiliki seseorang. Gue gak mau kesepian, gue gak mau ditelantarkan, gue gak mau.." Danu melewati lorong demi lorong rumah sakit sambil menangis kebingungan didalam hatinya, "gue harus gimana..? Gue bingung..banget, gue sayang sama Alena, gue pengen bisa pacaran kayak orang pada umumnya, gue pengen kehidupan gue normal."

||vote&comment, share. Thank u~🕊️

SNOW MOONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang