Bab 3. Aji Bagas Jayantaka

508 82 5
                                    

Dila meremas apron hitam milik Coyote Club secara gusar. Pasalnya, hari ini dia akan bertemu dengan calon pembeli keperawanannya. Beribu tanya berkecemuk dalam benaknya.

Seperti apa wajah dan postur tubuh laki-laki itu?

Bagaimana cara laki-laki itu merenggut keperawanannya nanti? Kasar ataukah lembut?

Bagaimana jika laki-laki itu berbohong tidak membeli keperawanannya seharga tiga milyar? Jangan-jangan, setelah merenggut keperawanannya, laki-laki itu kabur tanpa membayar sepeserpun?

Bagaimana kalau laki-laki itu ternyata memalsukan riwayat kesehatannya? Ternyata dia punya penyakit kelamin, atau bahkan mengidap HIV AIDS? Oh, tidak! Jangan sampai itu terjadi.

Jika seperti itu, dibayar tiga milyar pun Dila tidak sudi. Untuk apa kaya raya jika harus mengidap penyakit mematikan?

Dila galau, mondar-mandir dengan perasaan tak keruan di hall kelab.

"Dil!"

Teriakan itu menyentaknya dari kebimbangan panjang. Dila melihat Fira sedang melambaikan tangan di depan ruang VVIP paling ujung dan gelap.

"Sini!"

Perintah Fira segera disambut Dila dengan berlari.

"Tamunya sudah di dalam, tuh. Buruan masuk!" Fira kembali memerintah Dila.

Kali ini, Dila tidak segera menanggapi perintah kakak kelas sekaligus rekan kerjanya itu. Dia perlu mengatur debaran jantungnya yang masih saja rusuh. Perasaannya campur aduk. Beberapa detik dia hanya berdiri di depan pintu VVIP sambil memegangi dada.

"Buruan, masuk! Kamu udah ditungguin dari tadi." Fira mendorong ringan punggung Dila yang tidak juga bergerak sejak tadi.

Dila menoleh pada Fira dengan wajah putus asa. "Aku takut, Mbak," akunya jujur.

Fira berdecak gemas. "Takut apa, sih? Aman, kok. Bos Tony udah memastikan dia bersih, nggak ada penyakit kelamin aneh-aneh."

Dila masih saja ragu. "Orangnya kayak gimana? Cakep, nggak? Baik, nggak? Aku takut dia kasar atau punya fetish aneh-aneh."

Fira terkekeh diberondong pertanyaan-pertanyaan cemas. "Cakep, kok, cakep. Aku tadi udah lihat sekilas pas nganter minuman ke dalem. Sumpah cakep buanget orangnya. Kamu nggak bakalan nyesel, deh."

"Yang bener, Mbak?" Dila memastikan lagi, takut di-prank oleh Fira.

"Beneran. Udah deh, buktiin sendiri sana. Cepet masuk." Fira tak sabaran, membuka pintu VVIP lalu mendorong punggung Dila agar segera masuk.

Dila tidak siap saat didorong masuk ke ruang VVIP. Tapi kepalang tanggung, dia sudah berada di dalam sekarang. Mau tidak mau, dia harus siap bertatap muka dengan calon pembeli keperawanannya.

"Nah, ini dia anaknya." Tony menyambut antusias kedatangannya. "Sini, Dila."

Sungkan-sungkan, Dila berjalan mendekat lalu berdiri sekitar dua meter dari tempat Bos dan tamunya duduk, kemudian tertegun. Apa yang dikatakan Fira benar. Tamu itu benar-benar berparas sangat tampan, berpostur ideal dan masih muda. Tidak muda seumurannya atau Fira, mungkin seumuran dengan Bos Tony. Setelan jas formal warna biru dongker melekat sempurna di tubuhnya yang atletis.

"Perkenalkan, ini Pak Aji Bagas Jayantaka. Nama panggilannya Pak Bagas. Beliau ini seorang pengusaha tambak dan pengalengan udang tersohor di pulau Jawa." Tony menepuk pundak tamunya lalu menatap Dila yang memakai kaus putih ketat dirangkap apron Coyote Club dipadu celana jin sepaha.

Meskipun canggung, Dila berusaha menyunggingkan senyuman profesional. Bekerja selama satu minggu di kelab ini, ia mulai terbiasa basa-basi. "Selamat Malam, Pak Bagas. Perkenalkan, nama saya Di--"

Tumbal CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang