Hari kembali menjelang siang, namun sepasang suami istri itu belum kunjung keluar dari kamar pojok. Hampir dua puluh empat jam mereka mengurung diri di sana, lebih lama dari saat Bagas memerawaninya.
Dila keheranan. Apa mereka tidak kelelahan meluapkan hasrat sampai tidak makan dan minum sama sekali?
Meskipun tanpa mereka, Dila masih bisa makan dilayani Pak Kirno. Entah sopir itu dapat makanan dari mana, beli atau dari para pelayan di vila bagian belakang, dia tidak tahu. Minum pun tinggal mengambil di galon ruang makan. Tidak ada masalah.
Hanya saja, yang mengganggunya sejak kemarin adalah suara desahan dan erangan di kamar pojok. Dila pikir, semua kamar di vila ini kedap suara. Nyatanya tidak. Wajar saja, dindingnya terbuat dari batu bata dan lis kayu, tidak ada pelapis busa atau kain yang dapat meredam suara. Jika begitu, tidak mustahil saat Bagas memerawaninya, Salimah juga bisa mendengar suara-suara mereka. Pantas saja Salimah penasaran bagaimana perasaannya setelah ditiduri Bagas.
Dila menghela napas panjang, beralih ke teras depan untuk melihat pemandangan. Bosan hanya duduk-duduk saja, dia putuskan untuk berkeliling. Sudah terhitung tiga hari sejak kedatangannya, namun belum sempat dia menjelajah tempat ini.
Saat menapak paving basah di bawah kakinya--karena sepanjang hari hujan gerimis, detik itu juga bangunan megah candi tertangkap oleh indera penglihatannya. Bulu kuduk Dila seketika bergidik. Ingatan tentang ritual dan patung-patung aneh di dalamnya kembali terputar dalam kepala. Dia langkahkan kakinya cepat untuk menghindari candi itu.
Jika candi berada di sebelah selatan taman, maka Dila kini berjalan ke sebelah utara yang terdapat jalan setapak menuju samping rumah joglo. Menapaki jalan yang terbuat dari lempeng-lempeng batu sungai, Dila menikmati jejeran bunga sedap malam di deretan sepanjang rumah joglo.
Di seberangnya terdapat aliran sungai kecil yang bergemericik, tepiannya ditumbuhi tanaman khas dataran tinggi semacam pakis, talas daun lebar, pisang-pisangan dan bunga lili. Dila harus berhati-hati melangkah sebab lempengan batu sungai ini licin, selain terkena air hujan juga ditumbuhi lumut. Dia tidak mau jatuh terpeleset.
Jalan setapak ini mengarah pada halaman belakang yang sangat luas. Tidak seperti halaman depan yang ditanami berbagai macam pohon dan tanaman hias, halaman ini tidak ada tanaman sama sekali hanya ada rumput yang dipotong rapi saja. Padang rumput luas ini tidak dipagari, langsung berbatasan dengan deretan pohon lebat yang menjulang tinggi di hutan.
Di pojok terdapat bangunan kayu menyerupai gudang, panjangnya melebihi separuh luas halaman. Di sini kah tempat para pekerja memasak dan mengerjakan pekerjaan lainnya? Namun mengapa pintunya tertutup rapat bahkan dirantai dan digembok? Bukankah hari sudah siang dan para perkerja seharusnya sedang sibuk bekerja? Atau mereka sedang libur? Kalau benar demikian, lalu siapa yang memasak sarapannya tadi pagi?
Didorong penasaran, Dila tertarik mendekat. Namun saat langkah kakinya hendak mencapai bangunan kayu itu, telinganya menangkap suara tangisan seorang perempuan. Dia menajamkan rungu, kemudian terkesiap. Suaranya berasal dari bangunan kayu serupa gudang. Tangisan itu seperti berada di dalam sana.
Siapa? Mengapa dikurung di dalam gudang? Apakah ada perempuan lain yang dibawa Bagas ke vila ini selain dirinya? Sejumlah tanya berkecamuk di kepalanya.
Pelan-pelan, Dila menempelkan telinga ke daun pintu yang kokoh. Benar. Telinganya tidak salah dengar. Tangisan perempuan itu berada di dalam sana. Dia menguatkan hati untuk mengetuk pintu dan bertanya, "Siapa di dalam?"
Tidak ada jawaban. Isak tangis itupun ikut berhenti. Dila kembali menajamkan pendengarannya. Tak berapa lama, tangisan itu kembali terdengar. Dila kembali mengetuk pintu dan bertanya lebih keras, "Siapa di dalam? Kenapa kamu dikurung di sini?"
![](https://img.wattpad.com/cover/335836815-288-k958011.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Cinta
TerrorDila Amanda terikat perjanjian dengan Bagas yang mengharuskannya hamil serta melahirkan bayi tanpa harus dinikahi baik secara sah maupun siri. Awalnya Dila tidak peduli. Dia hanya ingin melunasi hutang-hutang pinjaman online, serta membiayai nenekn...