Mohon maaf, bab ini sudah dipindah dan dimonetasi di KaryaKarsa.
*****
Selesai makan, Bagas mengajak Dila memasuki kamar dan menutup pintunya. Dila baru paham maksud ucapan Salimah. Ternyata, dia harus rela direnggut keperawanannya oleh Bagas sekarang juga.
"Kamu gugup?" Bagas duduk bersisihan dengan Dila di tepian kasur, menatap lekat gadis belia di hadapannya.
Dila mengangguk jujur. Gadis itu jadi pendiam sejak dimarahi Salimah di ruang makan tadi, karena takut melakukan kesalahan lagi.
Dila tidak pernah dibentak keras oleh simbah sesalah apapun kenakalan yang diperbuat. Maka saat ada yang membentak, perasaan halusnya terguncang.
"Jangan gugup." Satu tangan Bagas bergerak membelai pipi putih Dila. "Saya akan memperlakukanmu dengan sangat baik." Senyumnya tersungging menawan.
Hati Dila menghangat. Ketakutannya perlahan memudar, berganti desir halus di jantungnya.
"Benar kata, Nyai." Bagas menyibak pelan rambut panjang Dila. "Kamu cantik sekali."
Dipuji dan diperlakukan selembut itu, Dila tersipu. Kedua pipinya bersemu.
"Lepas bajumu." Bagas memerintah namun kemudian ikut membantu Dila melepas kaus rajut.
Sepasang gunung ayu menarik perhatian. Ranum, padat dan lembut. Pria itu kemudian melepas kutang yang menghalangi pemandangan. Pucuk-pucuk gunung milik Dila berwarna merah muda seperti buah ceri yang masak pohon.
Penuh hasrat, Bagas menyesap pucuk itu. Rintihan lirih keluar dari mulut gadis yang sebentar lagi mengakhiri masa keperawanannya.
Mata elang Bagas menatap lapar wajah tak berdaya gadisnya. Bibirnya beralih pada bibir gadis lugu itu lalu melumatnya tanpa ampun. Napas mereka beradu dan memburu. Detak jantung keduanya bertalu-talu. Sentuhan demi sentuhan memantik gairah yang semakin membara.
Dila Amanda. Gadis yang ditemukan Bagas di sebuah kelab malam, kini sedang merajai isi kepalanya dengan penuh nafsu. Rintihan suara gadis itu menjadi kidung paling merdu yang pernah ia dengar. Lembut kulit dan wangi aroma tubuh itu menjadi favoritnya sejak hari ini. Bagas tenggelam dalam keindahan yang ditawarkan gadis perawan itu padanya.
"Kamu menggairahkan sekali, Dila," ucap Bagas usai melepas ciuman. Tatapannya selembut tiupan angin di sore hari. "Saya suka."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Cinta
KorkuDila Amanda terikat perjanjian dengan Bagas yang mengharuskannya hamil serta melahirkan bayi tanpa harus dinikahi baik secara sah maupun siri. Awalnya Dila tidak peduli. Dia hanya ingin melunasi hutang-hutang pinjaman online, serta membiayai nenekn...