Lu Liyang tidak bisa tidur nyenyak, mimpi buruk terus berulang sepanjang malam, dia merasa tenggorokan serak dan kering tetapi tidak punya tenaga untuk bangun.
Saat itu pagi, matanya masih di warnai rasa kantuk yang berat, kepalanya pusing dan berputar, dia melirik ponsel yang bergetar di sampingnya dengan tangan lemah.
"Halo." Untuk mengucapkan dua kata itu, tenggorokannya serasa di lubangi oleh bara api, panas dan panas.
"Lu Liyang? Ada apa dengan suaramu?" Lu Liyang menjauhkan ponselnya untuk melihat siapa yang menelpon, ternyata Ji Xiankai.
"Ah Tuan Ji, selamat pagi. Aku baik-baik saja." Lu Liyang berbaring lagi karena kepalanya terasa sangat berat.
Ji Xiankai di suatu tempat, sudut bibirnya berkedut kesal. "Pagi pantat mu! Matahari begitu tinggi dan kau masih santai di tempat tidur. Dimana kau?"
"Hei! Jawab pertanyaan ku!" Ji Xiankai berteriak memanggil Lu Liyang namun suara pihak lain tak kunjung datang.
"Cao!" Dia berteriak frustasi pada akhirnya membuat takut orang-orang di sekitarnya.
LingLing yang biasanya membuka mata lebar-lebar hanya bisa merasa takut, meskipun dia seorang beta tekanan yang di berikan Ji Xiankai lewat keberadaan sangat menakutkan.
"Apa kau tahu di mana alamat presiden kalian?"
"Presiden Xia maksud anda?" LingLing menjadi juru bicara, bertanya takut-takut.
"En. Katakan dimana!" Ji Xiankai kehilangan kesabaran pada orang-orang ini menggebrak meja, LingLing menyerahkan sebuah catatan kecil berisi alamat Xia Yufeng.
Ji Xiankai mengambilnya dengan cepat dan pergi, tak lupa mengucapkan terima kasih dengan suara marah.
Lu Liyang di vila lupa kapan dirinya tertidur di tengah panggilan itu, dia hanya merasa tubuhnya seperti terbakar dengan tenggorokan kering. Tetapi saat itu, sebuah tangan yang dingin menyentuh dahinya yang berkeringat dengan ringan diikuti aroma fougere yang lembut.
"Tuan Ji?" Panggilnya dengan suara parau, dia juga berbalik untuk mencari keberadaan alpha tersebut.
"Jangan bergerak!" Dia merasakan tubuhnya melayang dalam gendongan seseorang, bau lavender dan rempah kayu semakin dekat dengan hidungnya.
Pelukan itu sangat hangat membuatnya enggan untuk berpisah, dia menggenggam sudut kecil di pakaian Ji Xiankai dengan erat.
Tak butuh waktu lama bagi Ji Xiankai sampai di vila keluarga Xia, seorang penjaga datang menanyainya, tapi dia mengabaikan dan terus melangkah tanpa perasaan. Vila itu megah dengan dekorasi mewah di dalamnya, hampir sama dengan milik Ji Jia, tapi itu masih kalah jauh dari keluarganya.
Di meja depan, para maid berkumpul bermain mahjong ketika mereka melihatnya mereka maju berniat menghentikannya tetapi dengan segera aroma fougere yang menyengat menyebar di udara membawa jejak intimidasi yang kuat. Mereka mundur tanpa bisa berkata-kata.
Ji Xiankai mengikuti aroma daphne samar di udara, dan sampai di sebuah kamar bergaya sederhana. Pintunya dibiarkan tanpa kunci, ketika dia masuk, ruangan itu gelap dengan sedikit bayang-bayang putih di jendelanya. Semuanya sederhana bahkan dindingnya di biarkan polos begitu saja tanpa hiasan, berbeda dengan keadaan di luarnya.
Di tempat tidur, ada gundukan kecil tertutup selimut dimana aroma daphne terkonsentrasi di sana. Dia menyibak selimut kebawah, melihat sosok Lu Liyang yang sudah basah oleh keringat dan bajunya menempel begitu saja mengikut lekuk tubuhnya. Dia meletakkan tangannya di dahi omega tersebut, kulitnya tersentak oleh suhu yang tinggi.
Dia mendengar pria itu memanggilnya, kegembiraan meluap tanpa bisa di jelaskan.
Ji Xiankai membawa Lu Liyang turun ala pengantin, dia juga menutupi tubuhnya dengan mantel lalu pergi. Menatap tajam pada maid yang membeku di tempat, dia terus melancarkan serangan feromonnya hingga mereka kesulitan bernafas barulah benar-benar pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Get The Another Alpha To Be A Husband
FanfictionPernikahan tanpa cinta hanya akan membawa luka. Lu Liyang terpaksa menikah dan memendam cinta rahasia pada suaminya. Tetapi pada akhirnya kenyataan menamparnya dengan fakta bahwa pria itu memiliki cahaya bulan putih di hatinya sendiri bahkan menjadi...