25

9.9K 807 35
                                    

Saat mendengarkan penuturan Haechan tentang beberapa anggota tubuhnya yang terluka dan bahkan ada yang tak berfungsi, membuat Mark terdiam mematung.

"It's okey. I let you go. Lo yang sempurna gak serasi sama orang cacat kayak gue, Mark."

"There is no reason to maintain our relationship. Alasan yang banyak cuma cara agar kita broke up dan gak bisa buat ngelanjutin hubungan kita."

"Lo dari keluarga Cemara, sedangkan gue? Gue dari keluarga ambis yang dimana pemimpinnya rela mati-matian buat bunuh anaknya demi sebuah nilai."

"Cowok red flag kayak gue bakalan bikin lo merugi, Mark."

"Jangan lupa kalau ada pepatah yang bilang, jauhi orang yang hidupnya kayak sampah. Jangan sampai bau dan bikin lo juga dibenci. And then, I am that trash."

Haechan menahan air matanya mati-matian. Sudah capek dia menangis sewaktu melihat kedatangan Mark tadi dengan buru-buru.

Dengan tangan bergetar, Haechan meraih pipi Mark dan mengelusnya dengan sangat lembut. Begitu lembut. Mata hazel itu tak dapat berbohong kalau dia sangat mengkhawatirkan sang pujaan hati. Dia tak khawatir dengan dirinya, tetapi dia khawatir pada pria beralis camar itu.

"Kenapa sampek mukanya luka kayak gini?" tanya Haechan bergetar.

Hati Haechan mencelos saat dia tak sengaja menatap lengan Mark yang robek disertai darah yang mengalir sedikit demi sedikit.

"Dan ke ... Kenapa bisa kayak gini?" tanya Haechan lagi.

Ingin rasanya Haechan memeluk Mark, tetapi apalah daya dirinya yang tak bisa bergerak karena tangan kanannya yang mati rasa dan tangan kirinya yang diinfus.

Pecah sudah tangis Haechan. Dia tak bisa membohongi perasaannya saat melihat sang kekasih.

Saat Haechan hendak mengelus kening Mark yang berdarah, Mark lebih dulu menepis tangan Haechan. Tepisannya tidak terlalu keras, mengingat kalau tangan kiri Haechan sedang diinfus.

Haechan terdiam saat Mark memberinya perlakuan seperti itu, Haechan merasakan sesak yang semakin nyeri di dadanya. Mark kini menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Tak ada aura bahagia di wajah pria beralis camar itu, hanya sebuah wajah suram dan tatapan datar yang dia dapatkan.

"Mark-"

"Lo gilak?" potong Mark cepat.

Haechan terdiam dengan kedua mata yang berkedip-kedip.

"Lo gilak minta gue mutusin lo setelah apa yang kita lewati bareng-bareng?! HA?!" tanya Mark marah.

"LO PIKIR GUE SENANG?! HA?!" tanya Mark.

"Lo anggap apa perasaan gue, Hyuck?" tanya Mark menahan amarah sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Mark ... Gak gitu..." lirih Haechan.

Mark mencengkram dagu Haechan, membuat Haechan meringis karena cengkram nya.

"LO NGANGGEP PERASAAN GUE MAINAN?! HA?! LO NGANGGEP GUE SAYANG SAMA LO KARENA LO SEMPURNA?! DAN LO NGANGGAP KALAU GUE BUANG LO GITU AJA KARENA LO DALAM KEADAAN KAYAK GINI?!"

Haechan memejamkan matanya karena Mark berteriak tepat di depan wajahnya, lalu dengan kasar Mark mencium bibir sang kekasih.

Haechan memberontak agar dia bisa lepas dari cuman Mark, tetapi sialnya Mark malah menekan lehernya agar tak banyak bergerak. Air mata Haechan mengalir dengan begitu deras, bersamaan dengan tangannya yang perlahan melemah untuk memukul dada bidang Mark.

Mark melepaskan ciumannya, lalu tanpa jijik dia menjilat saliva yang mengalir pada dagu Haechan. Dia tak perduli entah siapa pemilik saliva itu.

"Sekali lagi lo ngomong mau putus sama gue dengan alasan cacat fisik lo, gak akan gue segan-segan hancurin bibir lo pakek bibir gue!" tegas Mark.

"Mark..."

Mark tersenyum lembut. Tak ada lagi Mark yang memiliki wajah suram dan aura gelap, lalu dengan lembut Mark mencium kening Haechan. Bersamaan dengan ciuman kasih sayang itu, air mata Mark menetes mengenai wajah Haechan.

"Ma-"

"Don't say that again. Gue takut kalau lo hilang, Hyuck. Cause you are my world..." lirih Mark memotong ucapan Haechan.

Mark melepaskan pelukannya, lalu menatap mata hazel itu dengan lembut.

"Ayo kita lewatin sama-sama. Gue bisa jadi pelengkap lo dan lo juga harus ngelakuin hal yang sama buat gue. It's worth the pay," pinta Mark.

Haechan menangis tersedu-sedu, sedangkan Mark terkekeh geli sambil mengusap lembut air mata sang kekasih.

"Kekurangan lo gak akan bikin gue mundur, Hyuck. Kalaupun gue mundur, saat itu juga gue jatuh di jurang yang paling dalam. Lo dunia gue dan semua yang ada disekeliling dunia gue cuma ada jurang dan lubang gelap tanpa dasar. Sekali gue berusaha jauh dari lo, resiko gue bakalan jatuh di dalam lubang tanpa dasar," batin Mark.

Sedangkan diluar ruang rawat Haechan, ada Jaemin, Renjun, Seulgi, Hendery dan bahkan anggota Ravegas yang lain. Mereka benar-benar terharu pada apa yang baru saja mereka lihat dari dua kaum Adam itu.

"Mau terharu, tapi nanti kalau gue nangis, air mata gue jadi mermed men Spongebob," gumam Lucas sedih.

Semuanya langsung menatap ke arah Lucas, lalu dengan kesal Jeno meninju perut Lucas.

"Bukan waktunya becanda!" bisik Jeno mengingatkan sambil melirik ke arah Hendery dan Seulgi.

"Yamaap," jawab Lucas polos dan watados.

Semuanya kini duduk di kursi tunggu yang ada di depan Hendery dan Seulgi, sedangkan Jaemin dan Renjun memilih untuk duduk di samping Seulgi. Jangan tanyakan kedekatan Jaemin dan Renjun pada keluarga Haechan, jawabannya mereka sangat dekat, mengingat kalau anak bungsu keluarga Seo itu bersahabat dekat dengan mereka.

"Tan ... We're sure that Haechan will be fine. Di sini banyak yang sayang sama dia dan bakalan treat dia dengan baik. Tante jangan merasa kalau dunia beruang Tante hancur karena perbuatan yang dilakukan sama Om Johnny. Kekurangan fisik yang menimpa Haechan enggak akan buat pandangan kita berubah jadi jauhin dia," jelas Jaemin lembut.

"Kami udah nganggep Haechan like a brother, gak perduli mau sedarah atau enggak. He is the best brother. Jadi, Tante jangan merasa kalau dunia bakalan benci dia," pinta Renjun.

"Haechan udah kayak ibu negara di Ravegas. Jadi, untuk masalah dia yang enggak sempurna kayak gini, enggak bakalan bikin persepsi kita berubah sama dia," sahut Jungwoo.

"Everything is still the same and nothing has changed. Mau Haechan kekurangan atau enggak, dia tetap Seo Haechan yang kita kenal," kata Sungchan.

"Haechan anak kuat dan kita bakalan dorong dia biar semakin kuat," ucap Shotaro.

Seulgi semakin memecahkan tangisnya saat mendengarkan ucapan teman-teman si bungsu.

"Terima kasih karena selalu ada untuk Haechan..." lirih Seulgi.

Jaemin, Renjun, Hendery dan juga anggota Ravegas lainnya langsung berhamburan untuk memeluk Seulgi dan mentransferkan energi kebahagiaan untuk Ibu dua anak itu.

Ya, Haechan mereka tetap sama.

- 🏫🏫🏫 -

Sweety Ketos | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang