24

9.4K 826 86
                                    

WARNING ⚠️

Cerita ini hanya karangan penulis!

•••••

01:22 -

Mark dengan terburu-buru berlari masuk ke rumah sakit yang cukup terkenal di area Bandung itu. Banyak pasang mata yang menatapnya, termasuk para dokter maupun suster yang dia lewati. Ada yang menatapnya dengan tatapan meringis, ada yang menatapnya dengan kaget dan iba. Bahkan ada yang berusaha untuk menghentikan larinya. Mark tak perduli, yang menjadi nomor satu sekarang adalah sang kekasih, Donghyuck-nya.

Seketika Mark semakin mempercepat langkah kakinya saat dia melihat Hendery yang tengah duduk di depan sebuah ruangan yang Mark tebak itu adalah ruang rawat Haechan.

"Der! Gimana keadaan Donghyuck?! Gue mau masuk ke dalam!" ucap Mark tanpa salam.

Hendery menghela napas panjang.

"Haechan udah ditangani sama dokter. Dia punya banyak luka di badannya. Banyak sobekan dan lebam gara-gara Ayah. Dia dipukul pake tongkat bisbol, disambit pake tali pinggang, ditampar, ditendang-" Hendery terdiam dan tak mampu melanjutkan ucapannya.

Mark yang mendengarkan itu langsung menggeram marah.

"Mana anjing itu?! Bakalan gue bunuh dia!" marah Mark emosi.

"Mencari saya?" tanya Johnny yang baru datang. Nada suaranya terdengar angkuh dan juga santai.

Mark menatap Johnny dengan emosi, lalu mengangkat tangannya dengan begitu tinggi dan sudah siap sedia melayangkan pukulan keras pada pria itu.

"Jangan!" seru Hendery sambil menahan tangan Mark.

Mark berusaha lepas dari Hendery, tetapi Hendery masih berusaha untuk menenangkan Mark dan tidak bertindak gegabah sama seperti di sekolah tadi siang.

"Bicara dengan kepala dingin-"

"MAU BICARA PAKE KEPALA DINGIN APA ANJING?! COWOK GUE DI DALAM DIRAWAT HABIS DIHAJAR SAMA ANJING SIALAN INI!" bentak Mark berteriak memotong ucapan Hendery sambil menunjuk Johnny.

Johnny terkekeh.

"Kamu habis tawuran sampai ke rumah sakit aja, kamu banyak luka kayak gitu? Lengan sobek, pelipis berdarah, pipi-"

"Gak usah sok perhatian lo pukimak!" potong Mark menahan amarah.

Hendery mendelikkan matanya dengan lebar saat mendengarkan jawaban Mark.

Mark menatap Johnny emosi.

"Lo pikir, lo masih bisa dipanggil Ayah setelah apa yang lo lakuin sama anak kandung lo sendiri?! HA?! AYAH APAAN YANG NYIKSA ANAKNYA TANPA HATI?! HEWAN AJA GAK PERNAH SEBRUTAL ITU SAMA ANAKNYA!"

"Oke ... Gue tahu kalau lo marah dan gak terima Donghyuck ada hubungan sama berandal sekolah kayak gue. Tapi, berandal sekolah ini yang bantu anak kandung lo itu keluar dari zona gak nyaman!"

"He is perfect not by his will! DIA BERUSAHA SEMAKSIMAL MUNGKIN BUAT JADI SEMPURNA SESUAI KEINGINAN AYAH BANGSATNYA!"

"Asal lo tahu aja, dua anak kandung lo ngubur jati dirinya cuma karena nurutin obsesi gila lo yang haus akan pujian dan nomor satu itu!"

Deru napas Mark benar-benar tak teratur karena amarah yang meluap-luap. Dia tak takut untuk menyuarakan apa yang ingin dia katakan. Dia benci dengan pria berengsek yang berstatus sebagai ayah kandung kekasihnya.

"Saya menuntun anak saya ke jalan yang benar. Kamu hanya orang asing yang singgah di dalam kehidupan anak saya dan menjadi benalu agar anak saya membangkang pada saya!" balas Johnny dengan tenang, tetapi masih diselipi nada dominan yang tak ingin dibantah.

Mark tertawa meledek, lalu dengan santai dia menatap tepat pada kedua bola mata Johnny.

"Menuntun atau menuntut?" tanya Mark tenang.

Johnny terdiam.

"Well ... Kalau anda berpikir bahwa anda sedang menuntun anak-anak anda agar lebih baik, mengapa bukan anda saja yang menuntun diri anda menjadi kepala keluarga yang baik?" tanya Mark lagi. Nada suaranya benar-benar mengejek.

"Mark ... Udah ... Lo mending periksa luka lo aja. Luka lo parah banget, sampek darah gak berhenti ngalir dari kening sama robekan di tangan lo," pinta Hendery melerai.

Mark terkekeh kecil.

"Lo kenapa betah tahan sama bokap sialan kayak dia, sih, Hen?" tanya Mark sambil menatap Hendery heran.

"Nanti lo santai aja, gue nanti minta bokap gue biar ngurus kalian supaya gak jadi anggota keluarga bajingan itu lagi," ucap Mark tenang.

Bugh!

Mark seketika jatuh dengan begitu kuat diatas lantai setelah mendapatkan bogeman dari Johnny.

"Jaga ucapan kamu!" marah Johnny.

"Kenapa anda takut?" balas Mark tenang.

Mark mengusap ujung bibirnya yang berdarah karena hasil dari pukulan Johnny pada wajahnya.

"Ah ... Apa anda takut dengan Ayah saya, Jung Jaehyun Gorver? Dia pengacara yang bisa memberikan jaminan seratus persen untuk kemenangan klien nya, kan?" lanjut Mark bertanya.

Hendery membulatkan matanya dengan lebar.

"Jung Jaehyun Gorver?! Bukannya dia orang yang pernah bantu nutup kebangkrutan perusahaan Ayah sewaktu ditipu jutaan triliun?!" batin Hendery kaget.

Mark berdiri dari posisinya, lalu menatap Johnny dengan tatapan merendahkan. Mark tersenyum tipis, lalu dengan santai dia berjalan masuk ke ruangan yang ditempati Haechan.

Mark terdiam mematung saat melihat Haechan yang tengah berbaring di atas ranjang dengan beberapa jahitan pada tubuhnya. Jangan lupakan perban dan juga lebam pada wajahnya.

Mark menggelengkan kepalanya dengan cepat, agar air matanya tak tumpah. Dia tak mau terlihat cengeng di depan sang kekasih.

Dengan langkah terseok-seok, Mark berjalan menghampiri Haechan, lalu dengan perlahan dia duduk di salah satu kursi yang ada disamping ranjang Haechan.

Mark menggenggam tangan kanan Haechan yang diinfus, lalu dengan penuh kehati-hatian dia mencium punggung tangan sang kekasih berkali-kali. Takut bila dia salah gerak dan menyakiti kulit karamel yang tengah diinfus itu.

"Maaf, Sayang. Maaf ... Aku telat..."

"Maaf karena baru datang disaat kamu udah kayak gini. Aku benar-benar telat. Aku gak bisa maafin diri aku sendiri. Aku gak bisa jaga kamu dari anjing yang lapar akan tulang emas itu."

"Nanti, aku bakalan bawa kamu jauh dari bajingan itu, kamu jangan manggil dia dengan sebutan Ayah. Dia bukan ayah kamu. Dia perampok jati diri kamu, Sayang."

"Sayang ... Aku rindu..."

Mark menatap wajah sang kekasih, lalu menghela napas panjang.

"Kenapa gak sekolah?"

Mark kaget, lalu dengan segera dia menatap Haechan yang sekarang tengah menatapnya dengan mata sayu.

"Sayang-"

"Nanti gue lapor sama guru BK. Mampus lo," potong Haechan sambil terkekeh kecil.

Mark menggeleng dengan cepat.

"Persetan dengan sekolah! You are more important than anything!" seru Mark tak terima.

"..."

"Hyuck-"

"Let's break up," potong Haechan.

Mark kaget dan menatap Haechan dengan tatapan tak suka.

"Lo harus cari orang yang lebih baik dari gue, Mark-" Haechan menjeda ucapannya.

"Tangan kanan gue mati rasa dan punggung gue patah. Lo gak serasi sama cowok cacat kayak gue..." lanjut Haechan lemah.

Dunia Mark seakan hancur saat mendengarkan jawaban Haechan, lalu tanpa diperintah, air mata Canadian boy itu langsung keluar dengan derasnya.

- 🏫🏫🏫 -

Sweety Ketos | MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang