Part Terakhir dari 1.385 Hari

1 1 1
                                    

Akan aku perkenalkan dia yang memberiku banyak pelajaran berharga dalam rentang waktu 1.385 hari yang telah aku lalui ini. Tentu aku dan dia tidak bersama dalam 1.385 hari itu. Dia hanya menjadi salah satu bagian dalam lima tahun terakhir dalam proses menemukan dan kehilangan yang menorehkan luka paling mendalam beberapa tahun ini. Dia laki-laki baik, sungguh. Dia tahu bagaimana memperlakukan perempuan dan dia menghormatiku sebagai perempuan. Dia seolah di sana mendukung mimpi-mimpiku, tapi sepertinya selama dua tahun terakhir dia tidak pernah benar-benar bersamaku. Aku sangat kaku tentang perasaan, karena dari dulu aku tidak diajarkan tentang bagaimana cara mengungkapkan perasaan.

Dia mengajarkanku bagaimana menjadi utuh dengan diri sendiri, tapi kita masih butuh keberadaan manusia lainnya. Banyak sekali pelajaran lainnya, tapi dalam part ini pelajaran itulah yang paling nyata dekat denganku. Aku harus berdiri dan utuh hanya dengan diri sendiri. Jika utuh kita bisa merasa cukup dengan diri sendiri, tapi bagaimana aku bisa merasa cukup saat aku kehilangan separuh bagian diriku yang lain?

Aku masih tetap bisa utuh tanpa bagian diriku yang lain. Kembali membuka hati setelah aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan yang tidak pernah di mulai itu dulunya ternyata keputusan yang kurang bijak. Padahal aku memiliki prinsip untuk tidak memberikan kesempatan kedua untuk apa pun yang berpotensi menyakiti hatiku, tapi perihal dia aku selalu kalah atas perasaanku. Jawabannya selalu dia, Karena dia rumah yang nyaman dan aman. Itulah artinya bagiku, Nama yang bahkan tak mampu kutulis di part terakhir tentang cerita ini. Sampai saat ini aku masih berusaha menata kehidupanku yang terlampau berubah semenjak aku memilih untuk mencintainya. Bagi kalian di luar sana yang masih terjebak di masa lalu, yang memilih untuk tinggal di masa lalu, yang lebih memilih menyembuhkan luka itu sendiri untuk waktu yang terlampau lama, kalian tidak sendiri, Aku tidak pernah baik-baik saja, mau sebahagia apa pun senyum yang kalian lihat di bibirku. Pertanyaan-pertanyaan itu masih melekat di kepalaku yang berisik dan ramai ini. Kenapa harus aku? Apa aku pantas sebahagia ini? Apa aku jahat jika menunjukkan aku sebaik itu? Mengapa dari sekian banyak manusia harus aku? Aku tidak sekuat itu untuk memeluk rasa sakitnya.

Malam hari yang gelap, dingin dan panjang aku masih berjuang untuk membendung perasaan untuk tidak merealisasikan rasa sakit itu pada tubuhku. Aku masih berjuang untuk tidak tenggelam dalam bising di kepalaku.

Aku, kamu dan kita tidak sendiri, aku selalu ada di sini. Kamu tahu cara menghubungiku, Hubungi aku dan ceritakan ceritamu juga. Kita warnai dunia kecil kita bersama. Peluk hangat dari aku yang juga tengah berjuang.

salam hangat Ay

B(utuh)~TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang