Cita-Citaku yang Egois

12 1 0
                                    

Benar ya di balik setiap perkara pasti ada pembelajaran yang ingin semesta titipkan pada kita.

Sama halnya saat aku ditinggal oleh cinta pertamaku saat itu, aku menemukan jalan hidupku. Aku jadi tahu dengan jelas aku maunya apa, senangnya apa, mau diperlakukan seperti apa dan nggak sukanya apa, yang pasti aku nggak suka ditinggalin dan nggak dihargain. Buat aku menghargai ciptaan Tuhan apapun bentuknya itu kewajiban kita sebagai hamba-Nya.

Aku jadi tidak membandingkan hasil yang aku dapat dengan teman-teman sekelasku yang lain. Ibarat nilai fisika mereka 8 dan aku 6.5 pun aku takkan minder. Aku punya standarku sendiri. Yah, dari dulu fisika jadi pelajaran yang rumitnya satu tingkat di atas matematika buat aku, ngga tau deh buat kalian?

Buat aku proses lebih penting daripada hasil. Pembelajaran yang aku dapat dari seluruh linimasa kehidupan yang singkat dan cuma sekali ini lebih penting.

Aku suka menulis, padahal ngga semua penulis bisa jadi sukses, tapi aku pede aja akan mimpiku itu.

Lebih tepatnya aku egois dan memaksakan mimpiku, orangtuaku ingin anaknya kerja dikantor ber-Ac punya penghasilan yang tetap dengan tunjangan hari tua.

Sayangnya putri mereka yang satu ini keras kepalanya minta ampun. Maklum anak pertama.

Anak pertama atau bukan itu bukanlah alasan untuk jadi egois terhadap diri dan orang lain. Setelah bertahun-tahun menekuni dunia kepenulisan tanpa hasil aku menemukan diriku sendiri, dan itu lebih berharga.

Jika memang hati kita sukanya itu ya udah lakuin dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin walaupun kita butuh waktu yang lama buat liat hasilnya.

Aku masih belajar nulis nih sampai sekarang. Kalau kamu gimana?

@Ay

B(utuh)~TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang