3

8.5K 702 217
                                    

Sae keluar dari kamar dan kebetulan dia melihat Bu Inah sedang berjalan membawa pakaian kotor di tangannya.

"Bu Inah." Bu Inah yang merasa namanya terpanggil itupun lantas menoleh ke sumber suara.

"Iya, kenapa Nak Sae?" Bu Inah menghampiri Sae yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Kok tumben kamar saya ga di kunci?"

"Oh itu, tuan besar sudah tidak menyuruh Bu Inah mengunci kamar Nak Sae jadi sekarang Nak Sae bisa bebas kemanapun yang Nak Sae  mau." Jelas Bu Inah dengan ramah kepada Sae.

"Beneran, Bu?" Sae tak percaya akan hal itu, dia di bebaskan?

"Iya, kalo gitu Bu Inah pamit dulu ya mau cuci baju."

"Eh iya Bu Inah, semangat kerjanya." Sae mengulas senyum kepada Bu Inah yang juga di balas senyuman tulus oleh Bu Inah.

Sekejap pikiran Sae yang penuh dengan Kaiser tergantikan dengan kebahagiaan. Dia sudah bebas tidak terkurung dalam kamar kecil itu sepanjang hari lagi. Sae turun kebawah untuk menemui Ayah-nya, guna berterimakasih.

"Ayah!" Panggilnya dari tangga saat melihat ayahnya sedang duduk di sofa sembari menonton televisi. Sae berjalan agak cepat untuk menghampiri ayahnya.

"Yah! Ayah udah ga ngunci aku lagi? Makasih ya yah." Sae tersenyum tapi senyumnya kembali pudar saat ayahnya tak menjawab perkataannya sama sekali.

"Yah?"

"Ayah?"

"Diem kenapa sih, Kak?!" Kalimat disertai nada sinis itu bukan ayahnya yang berbicara melainkan adiknya, Rin.

"Gua cuma manggil ayah." Sae menoleh ke arah Rin yang sedang bermain game di sofa sebelah ayah mereka duduk.

"Suara lo itu berisik tau ga?! Gua lagi ngegame."

"Apa salah nya sih gua manggil Ayah?" Tanya Sae tak terima, Sae berfikir bahwa ia tidak menggunakan suara yang lantang.

"Udah di bilang jangan berisik! Ngerti ga sih lo?!" Sae yang malas berdebat pun berkahir mengalah dan kembali ke kamarnya.

Di kamar Sae bahagia bukan kepalang. Bertahun tahun menghabiskan waktu di kamar itu sungguh membosankan dan sekarang dirinya sudah bebas, dia bisa pergi kemanapun yang dia suka.

Esoknya Sae memandangi gerbang sekolah dari kelasnya berharap orang yang di tunggu datang. Tapi sampai gerbang di tutup orang yang di tunggu itu tidak datang juga, 'Dia bolos lagi?'  tanyannya pada diri sendiri.

Sekolah hari ini terasa sangat melelahkan sekali, Sae ingin segera pulang dari sekolah dan pergi ke apartemen temannya lagi.

Saat di apartemen Kaiser Sae mengetuk pintu kamar apartemennya tapi tak ada jawaban dari dalam. Sae tau di dalam ada orang karena motor Kaiser yang terpampang di parkiran jadi tidak mungkin Kaiser pergi kemana mana tanpa motor kesayangannya itu.

"Kaiser, buka gua mau ngomong sama lu."

"Ser? Kaiser? Lo ga kenapa kenapa kan di dalem?"

*Ceklek

Pintu itu terbuka, menampilkan sesosok pemuda yang terlihat kacau, mata sayu, rambut berantakan, dan bau alkohol dan rokok yang melekat di badannya, "Oh Sae? Kenapa kesini?"

"Lo abis ngapain? Lo bau alkohol, jangan bilang lo mabok?!" Terlihat wajah khawatir dari Sae.

"Oh iya semalem gua clubbing bareng temen temen gua."

"Lo kenapa? Gara gara gu-" Belum sempat kalimat Sae selesai Kaiser sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Ga, gara gara nyokap bokap gua. Lo ngapain kesini?"

SORRY || ITOSHI SIBLINGS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang