"Yang ketiga atau yang terakhir gua mau minta maaf sama lo. Gua tau gua bukan kakak yang baik, gua kakak ga guna dan ngeselin, gua tau kok."
"Gua banyak ngeliat kakak kakak di luar sana sayang banget sama adeknya. Gua juga banyak liat seorang kakak selalu traktir adeknya apapun yang dia suka. Maaf ya, Dek, kakak ga pernah traktir kamu." Air mata Rin semakin deras keluar melintasi pipinya.
"Andai aja kakak punya uang pasti kakak bakal beliin apapun yang adek mau."
"Haha udah lama ya kakak ga manggil adek dengan sebutan 'adek'." Baju Rin sudah basah akibat air mata yang sedari tadi terus terusan keluar.
"Maaf mungkin menurut adek kakak ga tau diri karena setiap di masakin Bunda kakak ga pernah makan. Itu karna Bunda selalu masak makanan favorit adek, dan makanan favorit adek itu makanan yang kakak elergiin." Oh tuhan, sekarang Rin tau penyebab nya. Rin yang sedari tadi sudah merasa bersalah kepada kakaknya kini rasa bersalah itu bertambah karna setiap Sae tidak mau makan makanan masakan Bunda ia selalu merutuki kakaknya dengan mengucapkan sumpah serapah di dalam hatinya.
"Oke gua ga tau lagi mau ngomong apa lagi, lo boleh buka kadonya sekarang." Rin dengan sedikit lemah mempause video yang masih memiliki durasi yang cukup panjang lalu meletakan handphone tersebut di atas kasur empuknya.
Hadiah yang pertama ia buka adalah, kotak yang sedikit besar. Saat Rin membukanya betapa terkejut bahwa isinya adalah sepatu bola yang selalu ia inginkan tapi tidak pernah tersampaikan akibat penyakit Rin.
Di dalam kotak tersebut terdapat nota kecil yang terselip, "Ini buat adek, di pake yang bener ya. Kakak tau adek pengen jadi pemain bola. Tapi sekarang adek udah bisa, kan? Udah ga ada yang larang adek maen bola lagi."
Tangan Rin sedikit bergetar memegang sacarik nota tersebut. Ia pun menyingkirkan hadiah pertamanya dan beralih untuk membuka hadiahnya yang kedua.
Saat di buka ternyata isinya adalah sebuah bola dan di sana juga terdapat nota lagi yang bertuliskan, "Buat latihan, Kakak tau adek pasti bisa. Semangat."
Rin mengusap kasar air matanya lalu beralih lagi ke hadiah ketiga atau hadiah terakhir yang ada di sana. Dan ketika di buka terdapat sebuah bingkai kecil dengan foto mereka berdua saat masih anak-anak dan lagi lagi terdapat sebuah nota yang kali ini membuat Rin tak bisa menghentikan air matanya. Nota tersebut bertuliskan,
"Kakak tau di kamar Adek ga ada foto kita berdua. Semoga aja abis kamu terima kado dari kakak kamu mau pajang foto ini di kamar kamu."
Tanpa babibu bingkai foto itu ia letakan di atas nakas samping tempat tidurnya. Lalu ia sedikit teringat masa kecil mereka yang mungkin hampir Rin lupakan.
Rin kembali mengambil handphone mahal yang tergeletak di atas kasurnya lalu mencoba memutarnya lagi karna memang masih ada durasi yang tersisa.
"Gimana hadiahnya? Sorry ga mahal, tapi gua ikhlas ngasihnya." Ucap Sae ketika Rin kembali melihat video tersebut.
"Lo ga perlu khawatir gua dapet uang dari mana, gua kerja part time beberapa bulan yang lalu dan uangnya cukup buat beli itu semua."
"Dan oh ya gua punya satu lagi hadiah buat lo."
Jeda beberapa detik lalu Sae mengucapkan kalimat nya lagi.
"Hadiah gua yang terakhir buat lo itu, paru paru gua." Rin terkejut? Tentu saja tapi ia masih mencoba menyangkal bahwa apa yang ia dengar itu salah.
"Lo ga salah denger, kok. Gua orang yang donorin paru paru gua buat elo." Sae berujar seakan ia dapat membaca pikiran Rin.
Rin menggelengkan kepalanya, ia ingat betul siapa yang mendonorkan paru paru nya, Pak Yanto.
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY || ITOSHI SIBLINGS
RandomKarakter milik Muneyuki Kaneshiro dan Yūsuke Nomura. Menceritakan keluarga yang dulunya cemara sampai ketika sebuah anak lahir kedunia yang bernama Itoshi Rin. Putra bungsu Itoshi mengidap penyakit kanker. Dirinya mencoba bertahan hidup selama bert...