Sebuah kejadian yang tidak pernah dikira oleh Edris akan membuatnya mengenal makhluk dari dunia yang berbeda. Malam itu gerimis membungkus langit ibukota. Edris baru saja keluar dari sebuah super market dengan seorang perempuan bernama Aida—teman satu gedung perkantorannya, wanita yang membuatnya mengenal tentang arti ingin memiliki. Walaupun hingga detik itu ia masih belum bisa mengatakan perasaannya kepada perempuan tersebut.
Di depan super market tersebut, Aida memesan taksi online untuk kemudian pamit pulang lebih dulu dari Edris. Mereka saling melambaikan tangan sebelum mobil yang membawa Aida pergi dari sana. Meninggalkan semburat senyum kebahagiaan di mulut Edris karena berhasil membuat gadis itu mau makan malam bersamanya untuk pertama kali—meskipun menunya adalah ayam pedas kesukaan Aida, makanan yang paling ditakuti Edris karena bisa membuatnya sakit perut di pagi hari.
Sebelum menuju halte terdekat, Edris menyempatkan diri membeli dua botol minuman. Mulutnya masih terasa panas karena pedas, mungkin dua botol itu akan habis di bis sebelum sampai ke rumah kontrakannya. Edris kemudian melangkah menuju halte terdekat untuk menunggu bis terakhir yang menempuh rute ke rumahnya. Di saat menunggu bis di halte itulah ia melihat seorang gadis cantik berpakaian putih melamun seorang diri, duduk di sudut kursi tunggu halte tersebut. Edris memilih kursi di samping gadis itu, lalu membuka botol pertamanya untuk diminum.
Sepi, hanya ada beberapa orang di halte itu. Termasuk Edris dan perempuan cantik yang duduk di sebelahnya. Setelah beberapa lama menunggu, Edris tidak mendengar suara apapun dari perempuan di sebelahnya itu sama sekali. Ia pun menoleh, wajah perempuan itu tampak sedih, raut wajahnya penuh kekecewaan akan hidup yang ia jalani. Wajahnya putih, seputih kapas, bajunya juga putih panjang terjulur menampakkan betis kakinya yang indah. Rambutnya hitam, indah bergelombang. Pipinya tirus, membuatnya tampak cantik dengan kulit putihnya. Hanya saja kesedihan menggantung di wajah gadis itu.
"Mau minum?" tanya Edris seraya menawarkan botol kedua yang belum ia buka kepada perempuan itu.
Gadis itu menoleh, melihat bingung kepada Edris.
"Masalah adalah tanda kita ini makhluk hidup, jadi hadapi dengan penuh keyakinan, bukan kesedihan, karena keyakinan yang akan menyelesaikan masalah. Kalau kesedihan hanya akan membawa kesengsaraan," lanjut Edris yang seakan memahami maksud kebingungan di wajah gadis itu.
Gadis itu masih diam, menatap Edris dengan lekat. Namun bis yang ditunggu Edris sudah datang dan ia harus segera masuk, itu bis terakhir malam itu menuju rute rumahnya.
"Bisku sudah datang, aku duluan ya, ini minuman untukmu, biar bisa lebih lega," ucap Edris seraya menaruh botol tersebut di bangku yang kosong. Ia pun beranjak pergi dari sana untuk masuk bersama penumpang lain ke bis yang pintu hidroliknya sudah terbuka.
Edris pun tak mengira, bahwa pertemuan itu akan membuatnya mengenal sesuatu yang baru yang tidak pernah ia kira sebelumnya. Sesuatu yang mungkin tak banyak orang di dunia ini mengalaminya.
***
Laki-laki itu baru saja selesai membuang hajatnya, ia menyiram lubang toilet dan membersihkan diri serta merapikan lagi pakaian kerjanya. Sejenak ia merapikan rambut dan mengambil tas yang ia gantung di paku belakang pintu toilet umum tersebut. Semalam laki-laki bernama Edris Mundari itu makan ayam pedas di salah satu pusat perbelanjaan. Enak sekali memang, tapi lihatlah pagi ini, ia sudah hampir lima kali bolak balik toilet karena mules. Sesuatu yang ia sudah tahu akan terjadi jika memakan makanan pedas.
"Ah, sial! besok-besok aku nggak bakalan makan ayam kayak gitu lagi, ini pasti gara-gara makan di tempat pilihan Aida semalam," rutunya dengan suara berdesis pelan.
Kalau bukan karena Aida mengajaknya makan ayam pedas itu, ia juga tidak akan mau makan makanan pedas sebenarnya. Tapi apalah daya, perasaan suka membuat akalnya buntu, tanpa pikir panjang langsung saja ajakan Aida ia terima. Hingga pagi ini ia merasakan dampaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tidak Pernah Hidup (TAMAT)
Horror( TAMAT) Edris tiba-tiba saja bertemu sosok perempuan yang mengikuti kemana pun ia pergi. Sungguh, itu adalah pengalaman baru bagi Edris. Sosok perempuan itu datang kepadanya dan meminta tolong untuk satu hal. Edris menolak karena tidak mau berhubun...