Bagian 27

243 23 2
                                    

Edris memperhatikan Rika dengan penuh rasa iba. Lidah laki-laki itu terasa kelu, tidak tahu harus menjawab apa. Entahlah, jika dia punya masalah dengan keluarganya, dan itu rasanya amat menyakiti hatinya, Rika tampaknya jauh lebih berat menghadapi konflik dengan batinnya sendiri. Entah sejak kapan roh itu mengikuti Willy dan Liana. Berusaha mengungkapkan semua perasaan yang terpendam.

Entah seperti apa rasanya, saat kita menyadari bahwa ternyata kita bukanlah anak yang tidak diinginkan kehadirannya. Di saat kita menginginkan kasih sayang kedua orang tua kita, ternyata mereka enggan memberikannya. Edris masih menatap Rika, kenapa ada orang tua yang tega membunuh anaknya? Lihatlah gadis cantik itu, siapa sih yang tidak ingin memiliki putri secantik dia? Mungkin hanya Willy dan Liana saja.

"Terima kasih, Dris, kamu sudah mau menjadi temanku," lanjut Rika dengan suara yang sedikit lebih tenang, "bertahun-tahun lamanya aku sendiri, kemana-mana pun sendiri, tidak ada teman sama sekali. Sesekali juga aku bertemu dengan anak-anak yang sama nasibnya seperti diriku, tidak diberi kesempatan hidup oleh orang tua mereka sendiri. Menghabisi nyawa mereka disaat mereka begitu amat ingin merasakan yang nama hidup."

"Kebanyakan dari mereka menyerah, tidak mau lagi mengenal orang tua dan keluarga mereka, memilih pindah ke dimensi lain untuk hidup bersama dengan roh-roh manusia yang telah meninggal. Membawa sedih, pilu dan sejuta kekecewaan yang mendalam. Sungguh, Dris, rasanya benar-benar sakit, sakit yang amat dalam, sakit yang rasanya ingin membunuh."

"Tapi aku sungguh benci dengan ini semua, Dris, aku benci sama nasibku ini, dua tahun setelah mereka membunuhku, mereka menikah, hidup bahagia dan selalu berbicara ingin segera punya anak. Lalu mereka punya Agung, menyayangi dan mencintai Agung, membanggakan Agung di depan orang banyak. Memanjakan Agung, memenuhi semua keinginannya. Memeluk dan mencium Agung."

"Sementara aku? aku dibunuh, dilupakan dan dianggap tidak pernah ada. Jangankan menyayangiku, Dris. Sebaris doa pun tidak pernah keluar dimulut mereka untukku, Dris. Aku hilang di tengah lautan, seperti sampah yang seharusnya tidak pernah ada. Aku hanya bisa menangisi semua ini, Dris. Menangisi nasibku."

Rika bercerita panjang dengan terisak penuh emosional. Air matanya berderai, membasahi wajah cantiknya.

"Aku tidak ingin seperti ini, Dris, tapi aku bisa apa? Aku juga ingin hidup seperti manusia lainnya, Aku ingin melihat dunia sepertimu memandang dunia ini, aku ingin dipeluk ibu, disayang ayah, punya teman-teman dan pergi bermain untuk bersenang-senang bersama mereka. Bukan berjalan tidak tahu arah seperti ini setiap hari."

"Aku memilih tetap berada di dimensi ini dan tidak mau ikut berpindah ke dimensi berbeda bersama anak-anak yang lain, hanya untuk satu hal, Dris, aku ingin mendengar ucapan sayang dari ayah dan ibu. Aku ingin mendengar alasannya membunuhku tanpa memberi kesempatan sedikitpun untukku menatap dunia. Aku ingin mereka mengatakan kalau mereka amat menyesal akan hal itu. Aku ingin mereka mengatakan bahwa mereka amat menyayangiku seperti mereka menyayangi Agung."

"Aku yakin ayah dan ibuku tidak akan pernah melupakanku, untuk itu aku selalu mengikuti mereka, berharap suatu hari nanti mereka akan menyebut namaku, mengatakan sayang untukku. Saat aku tahu kamu bisa melihatku, aku merasa penantian ini tidak akan lama lagi berakhir, karena itu aku mendesakmu untuk bertemu mereka. Tapi aku salah, Dris, mereka melupakanku, membuang cerita tentangku seperti sampah ke lautan."

"Setiap hari aku melihat ayah dan ibu menyayangi Agung. Aku ingin mendengar alasan mereka membedakan kami berdua, Dris."

Edris masih diam, air matanya menetes.

"Aku iri, Dris, apa bedanya aku sama Agung? aku sama-sama hasil hubungan mereka, kami berasal dari ayah yang sama, tumbuh di rahim ibu yang sama, lalu kenapa aku dibunuh dan Agung dirawat sejak dalam kandungan? apa karena aku hadir di saat yang tidak tepat? apa karena aku hadir dari hubungan terlarang mereka? apa karena aku ini haram?"

Aku Tidak Pernah Hidup (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang