AUTHOR POV
"Pasien atas nama Giovanno Hera Malvinas sudah di pindahkan ke ruang rawat inap. Operasi berjalan dengan lancar, Profesor Hans." Ucap Dokter Keanu kepada Profesor Hans yang tengah meneliti data pribadi pasien.
Masnaka yang mendengar mereka sedang berbicang pun segera menghampiri keduanya untuk menyerahkan hasil rogtsen milik Giovanno. Profesor Hans yang melihat itu segera mengambil map yang di pegang Masnaka kemudian membacanya.
"Berdasarkan hasil rontgen menunjukkan bahwa terdapat fraktur complete os clavicula sinistra pars tertia media yaitu terdapat patah total/ lengkap (patah seutuhnya) pada 1/3 tengah tulang clavicula kiri-"
"Oposisi jelek, aligment kurang, berarti; posisi sudah bergeser dan tidak sejajar. Acromioclavicular joint tampak intact berarti sendi bahu dalam batas normal-"
"Trabekulasi tulang baik berarti struktur bagian dalam tulang yang berongga seperti spons tampak dalam kondisi baik." Masnaka menjelaskan semuanya dengan detail. Tidak ada yang terlewat satupun. Jika menjelaskan semua diagnosis dan hasil Rogtsen Masnaka lah yang lebih handal, dari siapapun.
"Kerja bagus, hari ini tidak ada jadwal operasi lagi kan? Kalian istirahat saja." Kata Profesor Hans, lalu pergi meninggalkan keduanya.
"Oiya, untuk penanganan selanjutnya kita hanya perlu melakukan fisioterapi pada pasien bukan?" Tanya Dokter Keanu kepada Masnaka.
"Iya, kita juga harus memberikan obat pereda nyeri pada pasien."
"Kalau begitu kita serahkan saja semua prosedur penanganan selanjutnya kepada dokter yang bertugas hari ini. Aku sudah terlalu lelah, Naka. Kak Jo juga sepertinya sudah menungguku di ruanganya."
"Kalau begitu pergilah. Aku akan pulang setelah mengganti pakaian ku di ruangan."
"Sampai jumpa besok pagi Naka, selamat tinggal."
Setelah Keanu berpamitan dengan Masnaka, ia segera melangkah kakinya menuju ruangan nya. Ya, itu adalah ruangan khusus bagi para dokter spesialis bedah toraks profesi Naka, dan sebenarnya Naka juga adalah dokter bedah anak.
Namun semenjak kejadian dua tahun silam, Naka memutuskannya untuk menjadi dokter bedah toraks saja. Menurutnya itu lebih baik ketimbang harus melihat seorang anak kecil menangis kesakitan.
Setiap melihat itu, ia akan teringat dengan adik perempuan nya. Sangat di sayang kan ia meninggal dunia dua tahun lalu karena penyakit jantung yang di deritanya sejak lahir. Padahal Masnaka sangat mengharapkan kehadiran seorang adik.
Tak ada yang mustahil di dunia ini, Naka selalu berpikir ia telah gagal menjadi seorang dokter di saat pasien yang ia tangani tidak terselamatkan. Namun itu bukan sepenuhnya salah Naka. Kematian adalah kehendak Tuhan, dan Naka tidak bisa membantah itu.
Yang jadi permasalahannya nya adalah bagaimana cara Naka harus bersikap di saat pasien yang ia tangani meninggal? Naka tahu itu adalah kehendak Tuhan, namun sebelum Tuhan menjemputnya, Naka lebih dulu menyentuh orang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two World
FantasyTak pernah terbayangkan jika dirinya bisa ada di dunia ini, bahkan berkali kali ia mencoba untuk mencerna semuanya. hasilnya akan tetap sama. keberadaan nya di dalam dunia itu menjadi bencana, alur dalam novel itu berjalan dengan sendirinya tanpa b...