05. Hai Riby

74.2K 6.4K 69
                                    

Riby berjalan pelan dengan sesekali menoleh kebelakang, memperhatikan laki - laki yang ikut berjalan dibelakangnya ini. Padahal ia sudah mengatakan untuk jangan ikut turun dan mengantarkannya sampai ke kontrakan. Jalan menuju rumah kontrakannya memang sempit dan tidak bisa dilalui oleh mobil. Sehingga mereka harus berjalan dari depan gang menuju kontrakannya sekitar sepuluh menitan kalau berjalan kaki.

Riby menghentikan langkahnya, ketika kontrakannya sudah terlihat. Ia membalikan badan dan menatap lelaki bertubuh tinggi di depannya ini.

"Wah...udah nyampe ternyata, Mas Langga kalau mau pulang, boleh banget loh Mas." Ucapnya dengan nada penuh usiran. Terdengar tidak sopan memang dan tentunya tidak tahu berterima kasih, tetapi ia tidak peduli. Siapa suruh lelaki berstatus duda ini, mengatainya bodoh tadi.

Langga menatapnya dengan wajah datar tanpa peduli dengan usiran Riby. Tangannya dengan ringan mendorong bahu Riby, memintanya kembali berbalik dan berjalan menuju kontrakannya. Riby berdecih melihat kelakuannya, tetapi tak urung kembali berjalan menuju kontrakan sepuluh pintu yang sudah terisi oleh orang - orang butuh tempat berteduh seperti dirinya itu.

Riby mengambil kunci dari dalam tasnya, sambil sesekali melirik lelaki yang sedang memperhatikan kondisi sekeliling kontrakannya. Kalau Riby mengusirnya sekali lagi, apa lelaki ini akan menurutinya untuk pergi? Sepertinya tidak, karena ketika Riby berhasil membuka pintu rumah, Langga tanpa ijinnya langsung ikut masuk ke dalam rumah.

"Kamu tinggal sendirian di sini?" Langga bertanya sambil memperhatikan ruangan yang bisa dikatakan sempit itu. Riby tidak langsung menjawab, lebih memilih masuk ke dalam kamar untuk menaruh tasnya.
Tidak lama kemudian ia kembali keluar dan memperhatikan Langga yang kini lebih mirip seorang audit, mengecek hampir semua bagian dalam kontrakannya.

"Dulu sih berempat, tapi satu persatu udah pergi duluan." Katanya sambil berlalu ke belakang, mengambil toples berisi kerupuk yang masih tersisa banyak. Ia tidak punya makanan lain selain ini, syukur - syukur kalau di makan oleh tamu tidak diundangnya itu.

"Arby?" Langga bertanya dengan ekspresi kaget.

Riby yang sudah duduk di ruang tengah merangkap ruang makannya itu, mengulum senyum melihat wajah terkejut Langga.

"Oh, kalau Arby masih ada tapi sekarang aku titipin di Bandung, tinggal sama Pamanku." Jelasnya singkat.

Langga menghela napas lega mendengar penjelasan Riby, ikut duduk lesehan di depan Riby. Memperhatikan Riby yang membuka toples berisi kerupuk dan menatap nanar perubahan besar pada mantan istrinya ini. Ia mengangguk pelan ketika Riby menawarkan kerupuk padanya, mengambil satu dan dengan sekali suapan makanan renyah itu sudah ada di mulutnya.

"Di sini amankan?" Tanyanya dengan tangan yang kembali mengambil kerupuk di dalam toples, ternyata kerupuk yang ia makan lumayan enak. Riby hanya mengangguk singkat, kembali mengingat suasana kontrakannya, sepertinya sampai sekarang aman walaupun beberapa kali ada keributan dari tetangga sebelah kontrakannya yang sering membuatnya takut.

Suasana menjadi hening, karena mereka berdua yang memilih untuk diam sambil menikmati camilan kerupuk di hadapan mereka. Riby sesekali menatap Langga yang terlihat sibuk mengunyah kerupuk di depannya, tanpa sadar kalau ia sedang diperhatikan.

PRANGG!!!!

Riby terkejut mendengar suara benda yang sengaja dilempar, disusul suara teriakan seorang wanita yang terdengar kesakitan. Sedangkan Langga walaupun tidak terkejut seperti Riby, memilih memfokuskan pendengarannya. Suara yang berasal dari samping kiri rumah membuatnya menghentikan kunyahannya. Ia sudah ingin berdiri ketika pegangan di lengan kanannya menghentikan gerakannya yang ingin berdiri. Riby menggelengkan kepalanya pelan, memintanya untuk kembali duduk.

Hai Riby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang