09. Hai Riby

66.1K 6.7K 105
                                    

Riby baru saja menghidangkan roti panggang di atas meja makan, dengan Langga yang sudah duduk manis di sebelahnya. Ia pikir lelaki itu akan bangun siang, ternyata pikirannya salah. Sekarang Langga bahkan sudah mandi walaupun masih menggunakan pakaian casual.

Seingatnya, dulu Langga ikut membantu di perusahaan orang tuanya tapi tidak tahu kalau sekarang, melihat dari tampilannya, ia sedikit ragu apakah lelaki ini akan berangkat bekerja atau akan bermalas - malasan di rumah.

Ingin bertanya tetapi ia malas, pertanyaannya tadi malam saja tidak dijawab. Apalagi kalau ia bertanya tentang hal lain.

"Kamu berangkat kerja pagi ini?" Riby yang mendengar pertanyaan Langga, menganggukan kepalanya. Ia tentu saja bekerja dan sekalian ijin karena besok tidak masuk kerja, karena ingin ke Bandung menjemput adiknya.

"Aku antar." Langga berucap sambil menyuapkan roti panggang ke mulutnya, sedangkan Riby hanya mengangguk tidak berniat menolak. Dia hanya berpikir realistis kalau ada yang menawarkan kenapa harus menolak.

"Besok kamu ke Bandung kan?" Tanya Langga, membuat wanita di sebelahnya tersedak rotinya sendiri karena terkejut dengan pertanyaan Langga.

"Kok Mas Tahu?" Tanya Riby balik.

"Kemarin nggak sengaja dengar." Jawab Langga sambil menyodorkan teh hangat ke arah Riby yang masih menetralkan tenggorokannya yang tersangkut roti.

"Mas dengar semua omongan aku sama Arby?"

"Nggak sengaja."

Riby menghembuskan napasnya, sepertinya semua rahasianya sudah diketahui lelaki ini, jadi apalagi yang harus ditutupi.

"Aku mau bawa Arby balik ke Jakarta, lebih baik kami tinggal bersama." Jelas Riby tanpa di minta, sepertinya Langga lumayan cocok mendengarkan keluh kesahnya.

Sedangkan Langga hanya diam sambil menyesap kopi hitamnya.

"Pulang kerja jam berapa?" Langga kembali bertanya setelah cukup lama terdiam.

"Jam empat sore, oh iya nanti aku balik ke kontrakan ya Mas."

"Ngapain?"

"Ya balik tinggal di sana."

Hening, tidak ada yang bersuara. Sampai Riby memberanikan diri untuk menoleh menatap Langga. Ada apa dengannya?

"Kamu nggak betah tinggal di sini?" Tanya Langga setelah cukup lama terdiam. Riby menggelengkan kepalanya pelan, di sini nyaman tapi bukan berarti ia harus terlena dengan suasana di rumah ini. Lagian ia masih punya kontrakan yang sudah ia bayar untuk bulan ini.

"Kalau aku nggak ngebolehin kamu balik ke sana, kamu mau?" Riby mengerutkan keningnya mendengar permintaan Langga, untuk apa ia berkata seperti itu. Apa haknya melarang Riby.

"Aku suka tinggal di sana." Jelas Riby dengan mulut yang kembali mengunyah roti, mencoba tidak peduli dengan Langga yang ia tahu sekarang sedang menatapnya.

Langga mengetuk etuk meja makan di depannya, wajahnya terlihat mengejek sebelum suaranya kembali terdengar. "Kamu bukannya suka, tapi terpaksa Riby." Ucapnya sambil berlalu meninggalkan meja makan.

Sedangkan Riby yang mendengar perkataan Langga, hanya bisa berdecih. Kalau ia mempunyai uang yang banyak juga tidak akan mau tinggal di kontrakan, perkataan Langga memang benar, ia terpaksa tinggal di sana tapi tidak seharusnya diperjelas oleh lelaki itu.

Dasar!!!

Semua lelaki sama saja.

***

"Terima kasih Mas." Ucap Riby setelah mobil berhenti di dekat toko Kue tempatnya bekerja. Ia memilih keluar dari mobil, setelah mengambil tas jinjing yang kemarin ia bawa. Seperti percakapan mereka tadi, ia akan kembali tinggal di kontrakan.

Hai Riby (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang