1. Bertemu

456 35 0
                                    

Boleh tidak sih Doyoung tarik ucapannya saja kemarin? 

Sejak Johnny menelponnya dengan suara kegirangan, otaknya berubah tumpul dan mengiyakan semua yang Johnny lontarkan padanya sebelum kemudian tertegun ketika kalimat penutup terputusnya telpon disuarakan.

"Ten ikut juga, aku mau kalian saling mengenal lebih dekat. Tenang saja, Ten juga bawa temannya, kok. Biar kamu tidak merasa jadi obat nyamuk" suara tawa Johnny yang selalu terdengar menyenangkan di telinganya, malam itu, terdengar menyeramkan. Seperti suara yang akan menyedot semua stok kebahagiaan miliknya. 

Johnny mengajaknya nonton dan makan, dan tololnya Doyoung karena dia pikir hanya ada mereka berdua saja. Ternyata malah diajak sebagai sahabat yang ingin dikenalkan pada calon pacar Johnny. Cinta bertepuk sebelah tangan memang menyusahkan. Terlebih seperti yang Doyoung rasakan, friendzone. 

Sial. 

Ponselnya berdenting tanda pesan masuk. Dari Johnny. Dia bilang akan berangkat sekitar 5 menit lagi dan menanyakan apakah Doyoung sudah siap. 

Doyoung menggerutu pelan. Bagaimana cara dia menolak? Doyoung tentu saja sudah siap, tapi tetap saja dia masih enggan pergi dan berharap disaat terakhir ada keajaiban yang–

"Oh, Doyoung mau keluar, ya?" Kakaknya –Gongmyung– yang keluar dari pintu kamarnya, –nyaris bersamaan dengan dia yang keluar dari kamarnya– menegurnya yang terlihat rapi. 

"Ya– sebenarnya mau kubatal saja sih ra–"

"Bagus! " belum juga Doyoung menyelesaikan ucapannya, Gongmyung berseru lebih dulu. 

"Mau keluar sama Johnny kan pasti. Hehe. Tunggu sebentar, ya" Gongmyung berbalik masuk ke kamarnya kembali sebelum kemudian keluar dari sana dengan buku di tangan. 

"Nitip dibelikan buku ini, ya. Itu punya temanku. Kakak malas keluar, karena kamu mau keluar jadi sekalian, yaa.. "

Doyoung mengangguk pasrah. Mengeluarkan ponselnya dari saku kemudian memotret sampul buku yang kakaknya pegang. 

"Uang" Doyoung menengadahkan tangannya. 

"Nanti ku transfer, oke?"

"Sekalian uang jajan juga" ya, tentu saja Doyoung harus minta upah karena hatinya sedang tidak baik-baik saja dan dia butuh jajan. 

"Iyaa, tenang saja. Kakak kirim nanti"

Doyoung mengangguk lemah, memasukkan ponselnya kembali ke saku. 

"Kenapa, sih? Lesu amat."

Tidak biasanya adiknya ini lesu jika diajak jalan Johnny. Wajahnya selalu ceria dan sumringah tiap kali adiknya akan keluar dengan Johnny. 

"Kamu diajak jadi obat nyamuk, ya?"

Gongmyung hanya berniat bercanda, tapi melihat wajah adiknya yang makin tertekuk, Gongmyung merasa bersalah. Gongmyung tau dan sadar jika adiknya bertepuk sebelah tangan dengan Johnny. Tapi mau bagaimana lagi, meski Johnny adalah sahabatnya –dia yang mengenalkan Johnny pada Doyoung pertama kali– tapi perasaan tidak bisa dipaksa, kan? 

"Ayo, kuat! Adik Kakak kan pria sejati" Gongmyung menepuk kedua bahu Doyoung yang lemas. Memberi pijatan agar kembali tegap dan tegar. 

"Nanti uang jajannya Kakak tambah" dikeluarkannya ponsel dari sakunya, melakukan transaksi. 

Bunyi denting notifikasi terdengar dari saku Doyoung, dilihatnya berapa nominal jajannya dan wajahnya ceria kembali. 

"Wah, terima kasih Kakak" Doyoung tersenyum lebar pada Kakaknya yang juga ikut tertawa. 

Jaedo; Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang