4. Coba Lagi Nanti

166 21 0
                                    

Doyoung tidak percaya dengan pengelihatannya sendiri. Ketika turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan dan menemui Jaehyun di meja makan ikut membaur bersama keluarganya. 

"Nah, itu Doyoung. Jaehyun sudah ada dari tadi loh" ini Ibunya, yang sedang menyiapkan sarapan untuk Doyoung. 

"Kenapa kau ada di sini?" nada tidak suka dari suara Doyoung membuatnya mendapat pukulan telak di lengan oleh Ibunya. 

"Yang sopan. Sudah dijemput malah ngomel"

"Ibuuu… Kami tidak janjian. Dia tidak bilang apapun tentang jemputan" alis Doyoung menukik tajam menatap Jaehyun yang terlihat sangat nyaman di sana. Sarapan dan mengobrol dengan Gongmyung.

"Aku bilang, kok" jawabnya ringan. 

"Hah?" Doyoung makin dibuat bingung.

Kapan? 

"Kau kan tidak menanggapi pesan yang kukirim, bagaimana mungkin kau tau"

Ibunya berjalan menuju halaman belakang ketika Jaehyun mengatakan hal ini. Doyoung pasti akan mendapat tamparan pada lengan kedua kali jika Ibunya tau. Bahwa dia mengabaikan pesan Jaehyun. Tidak sopan. Bahkan Gongmyung menggelengkan kepalanya sembari berdecak tidak habis pikir dengan tindakan adiknya mengabaikan seseorang. 

Untung saja Ayahnya sudah berangkat ke kantor lebih dulu. Jika tidak, entah penghakiman apa yang ia dapat dari Ayahnya. Doyoung menghela nafas. 

Ya, memang. Dia mengabaikan pesan Jaehyun. Membisiki dirinya sendiri untuk bersabar dan menahan diri. Cukup abaikan saja dan Jaehyun akan hilang sendiri. Tapi sepertinya Doyoung salah. 

"Maaf" bisiknya pelan. Doyoung menatap makanan yang belum ia sentuh. 

"Tidak apa-apa. Aku mengerti" Jaehyun tersenyum lebar padanya. Matanya menyipit membentuk lengkungan cantik dengan kedua pipi yang terlihat seperti roti. 

Doyoung, jika sedang ingin memberi perhatian lebih pada Jaehyun, sebenarnya diam-diam mengagumi visualnya. Dari kemarin dia sesekali mencuri pandang pada teman Ten ini. Yang membuat Doyoung tidak habis pikir kenapa Ten malah memilih Johnny. 

Doyoung tidak sedang meremehkan Johnny, sungguh. Karena dia pun terperangkap pada pesona dan persona cowok itu. Tapi Jaehyun.. 

Wah, dia diatas rata-rata. 

Meski menyebalkan. 

Ah, itu poinnya. Jaehyun menyebalkan. 

Doyoung menghabiskan makanannya. Jaehyun sesekali menanggapi Gongmyung yang sepertinya masih asik bernostalgia kehidupan kampusnya. 

"Aku duluan, ya. Nanti kabari saja bagaimana keputusanmu selanjutnya, oke? " Gongmyung bangkit, menepuk pundak Jaehyun yang dibalas dengan anggukan oleh pemuda itu. 

"Baik-baik pada Jaehyun. Kalian berdua cocok. Hahaha"

Doyoung menepis tangan Gongmyung yang mengacak rambutnya gemas. Dia sempat melirik wajah Jaehyun mengecek reaksi cowok itu pada ucapan Gongmyung. Tapi dia terlihat biasa saja. Harusnya dia tersinggung. 

Setelah menyelesaikan sarapannya, pamit pada Ibunya yang sedang sibuk mengurus tanamannya di halaman belakang, Doyoung dan Jaehyun kini duduk bersisian di dalam mobil. 

"Kenapa harus repot-repot menjemput sih. Rumahmu kan jauh" 

Doyoung hanya menebak memang. Dia tidak tau di mana rumah Jaehyun tepatnya. Tapi dia tahu bahwa Jaehyun berada di kampus yang sama dengan Gongmyung, yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Jaehyun tidak mungkin kuliah di tempat yang jauh dari rumahnya, kan? 

Eh, atau iya? Karena kampus itu memang memiliki jurusan arsitektur terbaik dan telah menelurkan arsitek ternama. Mungkin saja Jaehyun memang rela-rela saja kuliah di sana meski jauh dari rumahnya. 

"Tidak jauh. Dekat, kok"

"90 menit perjalanan dekat bagimu?" 

Jaehyun mencebik dengan bahu terangkat acuh, "Aku suka menyetir"

Alasan tolol macam apa itu? 

Doyoung menyipitkan mata, menatap fitur samping wajah Jaehyun yang sibuk menyetir. Ia menebak-nebak apa maksud cowok ini sampai harus sibuk mengantarnya ke kampus. 

Tapi pertanyaan itu tidak berlangsung lama karena begitu mereka sampai di lahan parkir fakultas Doyoung, jawaban itu muncul begitu saja. 

Ada Ten dan Johnny di parkiran, baru saja turun dari mobil milik Johnny. Ah, si Jaehyun yang katanya suka menyetir ini mau jadi penguntit rupanya. Lihat saja, bagaimana tatapan itu terus mengikuti sosok Johnny dan Ten yang terlihat bahagia bersama hingga mereka memasuki gedung fakultas dan tak terlihat. Doyoung merotasikan matanya jengah. Terserah saja. 

"Terima kasih sudah diantar, aku turun" sebenarnya Doyoung mau langsung turun saja, tapi itu tidak sopan. Dan itu mengusik hati nuraninya. 

"Doyoung, apa kau benar-benar tidak bisa membantuku?" 

Suara Jaehyun terdengar sedih. Cowok itu menggenggam kemudinya erat dan tatapannya masih menerawang ke arah pintu yang membuat Johnny dan Ten menghilang dari pandangannya. 

Hati nurani Doyoung kembali terusik. Sebenarnya kasihan juga. Tapi dia juga tidak bisa memisahkan dua orang yang saling sayang seperti itu. Doyoung menggeleng pelan, menguatkan tekadnya untuk menolak. 

"Maaf, tapi jawabanku masih sama"

Jaehyun terdengar menghela nafas berat, tersenyum tegar pada Doyoung yang sudah membuka pintu mobil tapi belum turun. 

"Tidak apa-apa. Akan kucoba lagi besok dan besoknya lagi".

-bersambung.....

Jaedo; Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang