2. Tentang Jaehyun

187 28 0
                                    

Doyoung menikmati cake kedua di depannya, sementara itu Jaehyun yang duduk di depannya, yang hanya memesan Americano, terus berceloteh tentang dirinya dan Ten. Doyoung mendengar saja sambil sesekali mengangguk. Padahal sebenarnya dia lebih fokus menikmati serbuan Dopamine dalam dirinya. 

"..jadi, bantu aku, ya. Ini win win solution. Kau bisa bersama Johnny, aku bersama Ten". 

Doyoung sudah bisa memprediksi jika ini yang diinginkan Jaehyun sejak pertama cowok itu cerita mengenai dirinya dan Ten. Serta hubungan seperti apa yang mereka punya. 

Memang sih, dibanding dia dan Johnny, apa yang dimiliki Ten dan Jaehyun lebih layak untuk diperjuangkan. Karena memang mereka berada dihubungan yang, apa ya, aneh, kalau Doyoung disuruh menggambarkan dalam satu kata. 

Ten dan Jaehyun telah bersama sejak remaja. Ten adalah cinta monyet pertama milik Jaehyun, mungkin Ten juga merasakan hal yang sama. Tapi kemudian Ten merasa bahwa Jaehyun lebih asik ketika jadi sahabat saja, bukan pacar. Entah apa alasannya, Jaehyun bingung karena Ten tidak pernah membahasnya. 

Lalu kemudian seperti itu, Ten yang terus berganti-ganti kekasih dan pada akhirnya kembali lagi kepada Jaehyun. Yang kali ini Jaehyun ingin serius memperjuangkan, tidak lagi main-main. Dia ingin Ten menjadi kekasihnya dan mungkin mengajaknya menikah jika lulus kuliah tahun depan. Tapi, Doyoung tidak mau terlibat. 

"Maaf, tapi aku tidak mau" Doyoung menyuapkan potongan terakhir cake nya. Sembari menikmati wajah kesal Jaehyun yang merasa terkhianati telah menceritakan semua padanya tapi ditolak mentah-mentah. 

"Kau tidak mau bersama Johnny? " Jaehyun berseru kesal. 

"Mau tentu saja. Tapi untuk kerja sama denganmu untuk memisahkan mereka, tidak. Lagi pula perasaanku pada Johnny belum sedalam itu, aku bisa menanganinya" Doyoung menyeruput minumannya, menatap Jaehyun yang menyugar rambut coklat tebalnya frustasi. 

Wow

"Lihat, bahkan dengan makan makanan enak aku bisa sedikit mengenyahkan Johnny dari pikiranku" lanjutnya. 

"Lagipula Johnny tidak punya perasaan yang sama padaku. Dia cuma mengangggapku seperti adiknya. Kau dan Ten memang perlu diperjuangkan, setidaknya perasaan kalian pernah sama. Tapi untuk ikut serta membantumu, maaf, aku tidak mau"

"Doyoung, tolonglah.. Kau harapanku satu-satunya.. " Jaehyun ternyata belum menyerah. Cukup sudah, Doyoung mau pulang saja. Tidak mau terlibat lebih jauh. 

"Maaf, Jaehyun. Tapi aku tidak bisa. Sudah, ya. Kau cari saja cara lain, aku mau pulang" Doyoung berdiri dari kursinya bersiap pergi tapi lengannya ditahan. 

"Kuantar pulang"

"Tidak usah, aku tidak mau ikut-"

"Kumohon, Doyoung. Biar kuantar pulang. Anggap saja salam perkenalan? Aku janji tidak akan membahas tentang rencana ini, tapi kalau bisa tolong dipertimb-"

"Tidak, minggir sana!" 

"Iya,.. Iya..  Baiklah. Aku diam. Kuantar ya. Ayo.. "

Doyoung mengikut saja ketika Jaehyun menarik tangannya keluar dari cafe. 

"Iya, oke. Aku ikut, tapi ini tolong lepaskan" Doyoung mengangkat tangannya yang masih ada dalam cekalan Jaehyun. 

"Ah, maaf" Jaehyun melepaskan tangannya dengan cepat.

Doyoung berdecak kesal dan mengikuti langkah Jaehyun menuju parkiran. 

*****

"..di depan belok kiri. Ya, yang itu. Yang pagar putih" Doyoung mengarahkan Jaehyun yang menghentikan mobilnya tepat di depan rumah berpagar putih. 

"Terima kasih sudah diantar. Sampai jumpa"

"Tunggu dulu" Jaehyun menahan lengan Doyoung yang hendak turun dari mobilnya. Meminta maaf dan melepaskan cekalannya begitu melihat raut wajah tak suka yang ditunjukkan Doyoung. 

"Aku boleh minta nomor ponselmu?"

"Untuk apa? Kukira tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku juga tidak mau terlibat dalam rencanamu"

"Wah…" Jaehyun menampakkan wajah tidak percaya. 

"Kau tidak ingin berteman denganku? Dengan orang sepertiku?" lanjutnya. 

"Orang sepertimu bagaimana? Memangnya kau kenapa?" Doyoung makin bingung dibuatnya. Kenapa sih dengan teman Ten ini?

"Kau.. Tidak tertarik padaku? Sama sekali? Coba lihat baik-baik"

Apa-apaan? Doyoung tidak habis pikir dengan orang ini. Apakah karena Doyoung bilang perasaannya pada Johnny masih dangkal kemudian dia membanggakan wajah cantiknya untuk menarik perhatian Doyoung?

"Ya, kau cantik. Lalu apa?"

"Apa kau bilang?" Jaehyun seperti dihantam sesuatu di kepala mendengar penilaian Doyoung padanya. 

"Cantik. Kenapa?"

"Bukan keren atau tampan, kau bilang aku cantik?"

Doyoung mengangguk acuh. 

"Ya, coba lihat kulitmu mulus, putih, rambut tebal indah, alis tebal dan rapih, hidung, yaa cukuplah, hidungku lebih mancung sih, dan bibir yang apa itu kata orang, kissable. Semua itu, yang kau miliki di wajahmu disebut cantik"

Jaehyun sedikit menganga mendengar penjabaran Doyoung tentang fitur wajahnya, ia melirik kaca spion tengah mobil untuk melihat pantulan wajahnya. 

"Aku cantik ya?" bisiknya pada diri sendiri. 

"Ya, kau cantik. Sudah ya, cantik. Aku turun" tidak ada nada pujian di dalamnya, terdengar hambar di telinga Jaehyun, bahkan membuatnya sedikit kesal. 

"Tunggu dulu! " 

"Apa lagi sih?" Doyoung berdecak kesal karena kembali ditahan. 

"Tidak peduli, aku tetap minta nomor–"

Suara ketukan pada jendela mobil di sisi Jaehyun menginterupsi keduanya. Doyoung berjengit kaget bahkan. Jaehyun menurunkan kaca mobil untuk melihat lebih jelas siapa yang mengetuk kaca mobilnya. 

"Nah, kan benar. Jaehyun!"

"Loh, kak Gongmyung?!"

"Wah, sudah lama, ya– oh, Doyoung?!  Kalian saling kenal?" Gongmyung yang ternyata mengetuk jendela mobil Jaehyun tertegun melihat adiknya di kursi penumpang yang juga sedang menatapnya tertegun. 

"Kakak kenal dia? " tanya Doyoung pelan mengarahkan telunjuk pada Jaehyun. 

"Ya, dia junior kakak di jurusan dulu. Wah, sudah lama sekali ya Jaehyun. Berapa tahun? Setahun? Dua tahun? Ayo turun, turun.. Kita ngobrol di dalam rumah"

Urusannya dengan Doyoung belum selesai tapi Jaehyun malah merasa akan lebih lancar karena ternyata senior yang dulu cukup akrab dengannya adalah kakak Doyoung. Jaehyun pun menyanggupi permintaan Gongmyung untuk dia turun dari mobil dan melanjutkan obrolan di dalam rumah. 

Sementara itu, Doyoung yang juga sudah turun dari mobil kembali tertegun di tempatnya menatap Jaehyun yang dirangkul bahunya oleh Gongmyung memasuki rumah. Bagaimana bisa garis takdirnya sekonyol ini. Tidak mau berurusan dengan Jaehyun malah sekarang dia terjebak bersama pemuda cantik menyebalkan itu. Doyoung yakin tadi dia melihat Jaehyun memberinya senyum kemenangan yang licik sebelum masuk ke rumahnya. 

Ah, sialan betul. Semua ini gara-gara Johnny. 

-bersambung....

Jaedo; Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang