"Astra, merunduk!"
Astra menoleh dan melihat sekepalan tangan menuju kearahnya. Untungnya,ia segera menghindar. "Sialan!" Umpatnya seraya memukul wajah lawannya. Menciptakan pertarungan sengit antara dua kelompok preman Hiroshima itu.
"Pegang benda bodoh ini. Akan kukalahkan mereka semua" Ujar Astra sembari menyodorkan sebilah pisau kepada salah seorang temannya.
"Kau akan mengalahkan mereka dengan tangan kosong, Astra?"
Astra tersenyum miring. "Jangan ragukan aku "
Benar saja. Dalam hitungan menit,laki laki nakal berpakaian hitam itu berhasil membuat lawannya terkapar."Ayo,siapa lagi yang berani?"
"Tidak. Kami tidak ingin melawanmu lagi. Biarkan kami bergabung menjadi anak buahmu"
Astra berdecih." Enak saja! Aku tidak ingin punya anak buah lemah seperti kalian! "Ia memberi isyarat kepada teman temannya. Lalu beranjak pergi diikuti sekelompok kecil preman yang dipimpin olehnya.
Salah satu temannya menepuk bahu Astra. " Kau hebat,Bos!"
"Tentu saja, siapa yang bisa mengalahkanku?" Astra berhenti dan bersandar dipermukaan dinding yang menghimpit lorong. "Kita berhenti disini saja atau polisi militer akan menemukan kita"
🌸
Sekitar sebelas tahun yang lalu.
"Tolong lepaskan dia. Kami bersedia menebusnya walau dengan nyawa"pinta seorang wanita setengah baya itu kepada polisi militer Amerika.
Ajiro mendekap tubuh kecil Astra. Diam diam,ia menggenggamkan secarik kertas kecil ditangan putra satu-satunya itu."Nak, jangan Taku. Lupakan yang kau lihat dan hancurkan semua yang kau impikan"
"Mau kau apakan Ayah dan Ibuku? Lepaskan mereka!"desak Astra kecil sambil meronta-ronta dalam genggaman seorang polisi militer yang menahannya. Disini,di kota Osaka,diusia sembilan tahun, Astra melihat orang tuanya dihabisi didepan matanya sendiri. Astra kecil hanya bisa terdiam. Mematung saat melihat orang tuanya tewas ditangan tangan dingin polisi militer Amerika.
"Lihat! Orang tuamu sudah tewas! Apa lagi yang akan kau lakukan?!"gertak polisi yang membunuh orang tua Astra sambil mencengkeram kerah baju anak itu.
Astra menggenggam erat kertas kecil yang tadi diberikan ayahnya."Kenapa...kau membunuh mereka?"
"Sudah! Jangan menangis disini,Anak Kecil! Pulang sana!"bentak polisi itu seraya mendorong tubuh Astra.
Astra berlalu meninggalkan orang orang barat yang sedang menertawai nya. Ia teringat kertas kecil yang tadi. Perlahan, tangan kecilnya mulai membuka kertas yang sudah remuk itu. Astra mengerutkan alis saat membaca tulisan tangan Ajiro disana.
1412.Setelah ini, temui ahli jujitsu yang tinggal di kaki gunung Fujiyama.
Sebenarnya, Astra masih belum mengerti tentang empat angka di kertas itu. Ia pun pergi menemui seorang ahli jujitsu yang dimaksud.
"Akan ada mimpi yang harus kau hancurkan. Akan ada mimpi yang akan menjadi ambisi"ucap ahli jujitsu suatu hari.
"Aku punya mimpi yang akan menjadi ambisi. Aku ingin membalaskan kematian mereka"
Hal itu tak berlangsung lama. Diusia dua belas tahun, Astra melarikan diri dari kaki gunung Fujiyama saat mendapat kabar bahwa ahli jujitsu itu meninggal. Ia meninggalkan Osaka dan pergi tanpa tujuan. Hingga akhirnya, laki laki itu hanya menjadi pemimpin sekelompok kecil preman di Hiroshima.
🌸
"Astra"panggil salah seorang mereka sembari memberi isyarat dengan lirikan matanya.
"Apa?"Astra mengikuti arah lirikan laki laki itu dan melihat sekumpulan gadis diujung lorong."Kau bermaksud menyuruhku menggoda mereka?"
"Apa susahnya, Kawan. Kau itu tampan. Setiap gadis yang melihatmu akan merasa enggan mengalihkan pandangan darimu"
Astra mengalihkan pandangannya malas. "Aku tidak tertarik "
"Kalau begitu, kami menantangmu, Jagoan "
"Tantangan apa?"Astra mengangkat sebelah alisnya.
"Kau harus bisa memenangkan hati gadis yang disana itu"
Astra menatap gadis yang berjalan bersama tiga pria disana. Mereka mengenakan seragam militer dengan warna yang berbeda."Siapa dia?"
"Tsuzumi Kuroyanagi, komandan Pasukan Berani Mati. Tiga pria yang bersamanya adalah komandan Pasukan Angkatan Darat, komandan Pasukan Angkatan Laut, dan komandan Pasukan Pemanah. Mereka para komandan Pasukan Hinomaru, pasukan terbesar di Hiroshima"
Astra terdiam sejenak."Dan, kalian menantangku untuk memenangkan hati Komandan Pasukan Berani Mati itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dream
Historical FictionSebuah kisah romansa yang diangkat dari peristiwa bersejarah di dunia. Ashuka Fujihima tak pernah menyangka perjanjian itu akan menjadi titik awal perubahan hidupnya.Perlahan, semuanya menghilang. Semuanya direbut oleh lincahnya gerakan peluru y...