"Pasukan Amerika bergerak! Pasukan Amerika menyerang di titik utara Hiroshima! Diharapkan seluruh komandan mempersiapkan pasukan! Memanggil Komandan Tsuzumi! Beri jalan!"seru Kori Hamada, salah seorang prajurit senior Pasukan Berani Mati.
Kori berhenti seraya berlutut dihadapan komandan wanita muda itu."Komandan Tsuzumi Kuroyanagi!"ucapnya hormat.
"Ada apa?"tanya sang komandan sembari berdiri dari tempat duduknya.
"Pasukan Amerika yang dipimpin oleh Komandan Max Holter menyerang di titik utara Hiroshima "
"Lalu, berapa prajurit Pasukan Berani Mati yang tersisa?"
"Saat ini tersisa 657 orang yang masih hidup, Komandan. Tapi ada beberapa yang mengalami cedera akibat pertempuran 3 hari yang lalu"sahut Kori.
Tsuzumi membuang nafas." Prajuritku tinggal sedikit. Apakah pasukan ini masih bisa bertahan?"gumamnya cemas.
"Komandan, Jenderal Hamae dan 3 komandan lainnya menunggu Anda dibarisan terdepan"
Tsuzumi mengangguk tegas." Kalau begitu, segera perintahkan para prajurit untuk bersiap!"
" Baik, Komandan!"
🌸
Astra melangkah ringan di lorong sepi. Laki laki itu meniti langkah dengan santai sambil memasukkan kedua tangannya kedalam saku. Astra mulai memperlambat langkahnya saat mendengar suara-suara tembakan. Apakah pasukan Amerika menyerang lagi? batinnya. Kemudian, perhatiannya tertuju pada Tsuzumi yang tampak sedang berunding dengan 3 prajurit seniornya. Astra lekat menatap gadis berwibawa itu.
Dalam hitungan detik, komandan dan 3 prajurit itu menyebar. Astra melangkah lebar menuju ujung lorong itu. Ia mengintip dari balik dinding bangunan dan menyaksikan pertempuran yang memanas antara pasukan Amerika dan pasukan Hinomaru. Pandangannya berkeliaran sambil memperhatikan pertempuran itu.
Darahnya seakan berhenti mengalir saat melihat keempat temannya ditangkap oleh beberapa prajurit Amerika. Setelah mengumpulkan keberanian, Astra keluar dari persembunyiannya. Ia menarik sebilah pisau yang terselip di sepatunya dan melemparkannya hingga menancap tepat di dada salah satu prajurit.
"Yeah. Tepat sasaran"
Seketika, prajurit Amerika itu tersungkur jatuh.
Astra segera menghampiri teman-temannya." Ayo,kita harus segera pergi dari sini" Ketika mereka hendak beranjak dari tempat itu, Astra tersadar, rupanya jumlah Pasukan Berani Mati tinggal sedikit. Pasti komandan itu merasa kesulitan.
" Hei,kau, Baju Hitam!"
Astra menoleh dan melihat beberapa prajurit Amerika menodongkan senapan kearahnya.
" Jangan bergerak!"
Astra berdecih sinis. " Kau pikir senapanmu itu akan berguna?" Astra melipat lengan didepan dada dengan kesan meremehkan." Kami bisa bertarung dengan tangan kosong. Kau mau mencoba?"
Para prajurit itu saling pandang sejenak. Secara serentak, mereka menjatuhkan senjata. Lalu menghambur maju dan menciptakan pertarungan sengit antara mereka. Namun akhirnya,para prajurit itu berhasil dipukul mundur.
" Kita tidak bisa mengalahkan mereka dengan cara seperti ini. Mereka punya gerakan bela diri" keluh salah seorang prajurit.
" Kita harus akhiri pertarungan ini"
Dari kejauhan, seorang prajurit membidikkan senapan kearah Astra.
Dor!
Dor!
Dor!
Dor!
" ASTRA, MERUNDUK!!!"
Astra terkesiap saat teman temannya segera mengepungnya hingga menyebabkan peluru peluru itu menghantam tubuh mereka . Secara bersamaan, keempat orang itu tersungkur ke tanah. Tidak. Astra segera menghampiri tubuh tubuh itu." Jangan. Bertahanlah. Kumohon" Astra bergumam lirih sambil menekan -nekan dada mereka berkali-kali. Secara bergantian. Rasa takut kehilangan kembali menyerangnya.
Salah satu dari mereka memegang bahu Astra lemah." Ashuka Fujihima" Ia menyebut nama lengkap laki laki itu." Kau akan bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupmu untuk selamanya"
Astra terkepal. Tapi, aku tidak punya siapa -siapa lagi selain mereka. Ia bangkit saat mendengar suara tawa para prajurit yang menertawainya. Laki laki itu tersenyum miring sembari menarik sebilah pedang yang tertancap di dekatnya.
" Kau pikir bisa mengalahkan kami dengan pedang itu?"
" Benda ini mungkin tidak bisa,tapi aku bisa" sahut Astra seraya mengayunkan pedang ditangannya.
Para prajurit itu segera membidik. Namun dengan gerakan cepat Astra menebas senjata - senjata mereka hingga terpental jauh.
Terakhir, Astra menarik pistolnya dan menembakkannya ke arah para prajurit itu hingga jatuh tak bernyawa" Astra kusapu bersih orang-orang ini" gumamnya seraya meniup ujung pistol.
Astra mengedarkan pandangan ke penjuru tempat itu. Aneh. Dimana komandan wanita itu? Astra segera menyusup di antara bangunan bangunan hingga akhirnya, ia melihat pertarungan duel antara Komandan Tsuzumi dan Komandan Max Holter, komandan pasukan Amerika. Astra mengerutkan alis saat menyaksikan Komandan Tsuzumi terpukul mundur. Komandan Pasukan Berani Mati itu meringis dihadapan lawannya.
Max melangkah pelan mendekati Tsuzumi, lalu menggores lengan atas gadis itu dengan pedangnya. " Kau Komandan Pasukan Berani Mati kan? Jadi kau punya keberanian untuk mati sekarang" Tepat saat pria itu mengangkat pedang hendak menghabisi Tsuzumi, tiba-tiba sebuah lemparan pedang menubruk pedangnya hingga terpental. Mereka spontan menoleh. Ada Astra yang tengah bersandar di dinding bangunan sambil melipat lengan didepan dada." Kalahkan aku dulu" ucapnya tanpa menoleh.
" Memangnya kau siapa? Berani sekali menantangku!"gertak Max geram.
Astra menoleh sambil tersenyum miring." Ingat sekarang?"tanyanya seakan membuka ingatan pria itu. Rahangnya mengeras saat kejadian mengerikan hari itu kembali membenahi pikirannya.
" Kau?"
Astra terkekeh sinis." Masih ingat rupanya"Ia menghampiri kedua komandan itu. Menyempatkan diri mengedipkan sebelah matanya kepada Tsuzumi. Laki laki itu menepuk bahunya pelan. " Tenang saja, Komandan. Akan kutumpas orang ini untukmu"
Siapa dia? Tsuzumi hendak berbicara saat laki laki itu menghambur maju dan menciptakan pertarungan sengit. Kemudian, ia teringat akan pembicaraan di ruang pertemuan hari itu.
" Kami sangat membutuhkan kontribusi dari pasukanmu, Komandan Tsuzumi. Sekarang keputusan berada di tanganmu. Aku tak ingin memberatkanmu karena kau adalah satu - satunya komandan wanita yang kami punya" ucap Jenderal Hamae.
Tsuzumi menarik nafas panjang." Jenderal, aku tidak tahu apakah Pasukan Berani Mati masih bisa bertahan. Jumlah prajuritku tinggal sedikit. Ditambah lagi ada beberapa prajurit yang terluka parah"
" Kami akan mencari prajurit tambahan agar pasukanmu tetap bertahan "ujar Komandan Hikaru Moinon, Komandan Pasukan Pemanah.
Lamunan Tsuzumi buyar saat Astra terhempas ke tanah. Ia berusaha bangkit sambil memegang lengannya." Cukup. Jangan lanjutkan pertarungan ini lagi"
Astra beralih menatap gadis itu sembari menyeka darah disudut bibirnya. Kemudian, bibir tipisnya tersenyum kecil. Seolah mendapatkan ambisinya kembali, Astra bangkit dan menghajar Max habis habisan tanpa memberi sedikitpun peluang untuk Max membalas. Sejurus kemudian, pria itu berhasil dibuat tak berdaya. Astra ingin menghabisinya. Tapi seorang prajurit Amerika yang membidikkan senapan kearah Tsuzumi dari kejauhan mengalihkan atensinya. Sontak laki laki itu berbalik dan melihat Tsuzumi berjalan kearahnya. Tanpa mengulur waktu, Astra segera berlari dan memeluk gadis itu, melindunginya.
Tsuzumi terkesiap. Ia tersentak saat tubuh laki laki itu mengejang begitu peluru menghantamnya." Apa yang..."gumamnya terputus saat melihat darah dari tubuh Astra mengotori seragamnya. Tubuh laki laki itu melemas hingga akhirnya ambruk ke tanah.
Astra mengerjap. Iamenatap wajah khawatir sang komandan saat sedang memangku kepalanya lembut. Ia bisa merasakan tangan Tsuzumi yang menekan luka tembakannya. Astra melihat Tsuzumi saat gadis itu menepuk pipinya pelan. Ia tersenyum kecil. Kirei, batinnya sebelum semuanya benar-benar gelap.
🌸
Astra terbatuk. Ia membuka matanya perlahan. Mengerjap untuk menyesuaikan dengan intensitas cahaya di sekitarnya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah wajah tadi yang saat ini tengah menatapnya.
Tsuzumi tersenyum. Ia hendak berbicara sebelum laki laki itu membuka mulut.
" Apa kau baik-baik saja?"tanya Astra memelan.
Tsuzumi mengangguk singkat. Dia yang terluka,tapi bukan dirinya yang dia khawatirkan.
Astra memejamkan mata. Entahlah. Ia merasa tenang saat tahu gadis itu baik-baik saja. Astra membuka matanya lagi saat merasakan tangannya diusap pelan.
" Terimakasih untuk yang tadi. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak datang" Tsuzumi menatapnya lekat." Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Siapa namamu?"
" Astra " Astra menjeda sejenak." Maksudku, Ashuka Fujihima "
Fujihima? Tsuzumi terkesiap saat laki laki itu mengusap kepalanya lembut." Astra, selamat datang di Markas Besar Pasukan Hinomaru "
🌸
Tok. Tok.
Astra membuka pintu dan mendapati 3 prajurit senior terdekat Komandan Tsuzumi berdiri dihadapannya. Mereka adalah Kori Hamada,Rei Tetsuka, dan Nagiwa Iseiya. Ketiga prajurit itu membungkuk hormat.
" Ada apa ini?"tanya Astra bingung.
" Jenderal,4 komandan, dan para pasukan sudah menunggumu diruang pertemuan"sahut Kori.
Astra mengangguk singkat. Ia berjalan diiringi 3 prajurit itu. Menyusuri koridor-koridor besar. Selama perjalanan, Astra tak berhenti melayangkan pandangan. Tempat ini benar-benar keren. Mereka berhenti di depan pintu ganda yang cukup besar. Dua prajurit disisi kanan kiri pintu segera membukakan benda itu untuknya. Astra melangkah memasuki ruangan luas dengan empat pasukan yang memenuhi ruangan. Menyisakan bidang kosong ditengah. Para pemegang jabatan duduk jauh dihadapannya. Begitu ia masuk,seisi ruangan serentak bangkit dan bertepuk tangan untuknya. Tatapan Astra bertemu dengan Tsuzumi yang duduk disebelah 3 komandan yang lain.
Jenderal Hamae mengangkat tangan kanannya. Suasana di tempat itu kembali hening." Kami telah mendengar berita tentang keberanianmu melawan pasukan Amerika dari Komandan Pasukan Berani Mati kami. Dan atas keberanianmu menjatuhkan Komandan Max Holter dan menyelamatkan nyawa Komandan Tsuzumi Kuroyanagi. Sebagai ucapan terima kasih, kami bermaksud memberikan sebuah penghargaan "
Astra mengangkat sebelah alisnya. Penghargaan?
" Tsuzumi tampak membisikkan sesuatu kepada Jenderal Hamae.
Sang Jenderal mengangguk tegas. " Penghargaan itu diberikan oleh masing-masing komandan"
Komandan Fujiki Yamada, Komandan Pasukan Angkatan Udara segera angkat bicara." Penghargaan yang kami berikan berupa tantangan. Aku ingin melihat kemampuanmu dalam membidik dan menembak tepat sasaran"
" Aku menantangmu bermain pedang " tantang Akhiri Sachihata, Komandan Pasukan Angkatan Darat.
" Aku ingin melihat caramu memanah" ujar Hikaru Moinon, Komandan Pasukan Pemanah.
Tsuzumi hanya terdiam. Gadis itu tersenyum. Jelaslah ada sesuatu yang ia sembunyikan.
" Hanya itu?" tanya Astra meremehkan.
" Bagaimana, Astra?" tanya Jenderal Hamae.
" Tentu saja" Astra menoleh kepada Kori." Aku butuh sebuah mangkuk"
Kori sempat heran. Tapi ia segera mengambil mangkuk dari atas meja disudut ruangan dan kembali menghampiri Astra.
" Berdiri di belakangku" titah Astra. Ia pun mengambil busur, anak panah,dan pedang dari tangan Rei. Lalu berdiri membelakangi Kori." Dengar. Kita sudah berada diposisi seperti ini. Aturannya adalah kau harus melemparkan mangkuk itu kedepanmu sesuai aba-abaku. Mengerti?"
Kori mengangguk.
" Satu,dua, tiga. Lempar!"
Ketika Kori melemparkan mangkuk itu, Astra segera berbalik dan menarik dua pistol, menembakkan beberapa butir peluru. Peluru-peluru itu pun menggesek permukaan mangkuk hingga terpental ke dinding ruangan. Astra melemparkan sebilah pedang hingga menancap di dinding. Mangkuk itu tergeletak dipermukaannya. Terakhir, Astra melepaskan dua anak panah dari busur hingga menancap disisi kanan kiri mangkuk. Akhirnya, terjadi keseimbangan dipermukaan dinding.
Seisi ruangan hening sejenak. Kemudian, terdengar suara tepukan tangan dari para pasukan, juga jenderal dan tiga komandan laki laki.
Astra berdiri memandang orang-orang yang bersorak kagum untuknya. Ia menjatuhkan senjata-senjata ditangannya. Lalu beralih menatap gadis berwibawa yang sedari tadi tersenyum melihatnya. Ini baru permulaan, Tsuzumi.
🌸
Astra menoleh saat pintu dibuka pelan.
" Aku boleh masuk?" tanya Tsuzumi.
Astra mengangguk singkat." Tentu"
Tsuzumi melangkah pelan mendekati laki laki itu." Bagaimana keadaanmu sekarang?"
" Lebih baik"
Tsuzumi tampak berpikir sejenak." Ada yang ingin--"
" Tentang penghargaan dari Komandan Pasukan Berani Mati?" Astra tersenyum miring.
Tsuzumi mengangguk sambil menatap laki laki didepannya. Raut wajahnya benar-benar serius." Aku ingin menawarkan sebuah perjanjian untukmu"
Astra menunggu gadis itu melanjutkan.
" Aku ingin kau bergabung dengan Pasukan Berani Mati. Tapi dengan jaminan,kau akan menjadi prajurit baru dengan kedudukan yang dekat denganku"
Astra menelan ludah." Kau ingin...aku menjadi prajuritmu?"
Tsuzumi mengangguk." Keputusan berada di tanganmu, Astra"
Astra terdiam cukup lama. Ia tersadar saat Tsuzumi memegang pergelangan tangannya.
" Tak apa jika kau menolak. Aku--"
" Komandan Tsuzumi, aku terima perjanjianmu" Astra melangkah maju. Mengikis jarak diantara mereka." Aku ingin bergabung dengan pasukanmu"
Tsuzumi tersenyum. Hal yang membuat jantung Astra berpacu lebih cepat." Selamat bergabung, Kapten Astra "
Kapten. Astra membalas senyuman itu. Ia mendekat dan berbisik." Selama ada aku, semua akan baik-baik saja, Komandan. Aku janji"
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dream
Historical FictionSebuah kisah romansa yang diangkat dari peristiwa bersejarah di dunia. Ashuka Fujihima tak pernah menyangka perjanjian itu akan menjadi titik awal perubahan hidupnya.Perlahan, semuanya menghilang. Semuanya direbut oleh lincahnya gerakan peluru y...