Rahasia Fujihima

1 0 0
                                    

Tsuzumi menghela nafas lega." Tadi itu panik sekali" Ia kembali menoleh kebelakang." Apa kalian terluka?"
Ketiga prajurit itu mengangguk bersamaan.
" Tapi kami baik baik saja, Komandan" timpal Kori.
Tsuzumi mengangguk. Ia kembali pada kendali pesawat." Kau tidak apa-apa?" tanyanya kepada Astra yang duduk disampingnya.
" Ya. Aku baik "
" Kau hampir mati tadi. Untung saja aku segera datang "
Astra mendengus." Ah, kau hanya melakukan hal kecil saja "
" Apa katamu?" ketus Tsuzumi sembari menoleh dan menatap Astra tajam.
Astra terhenyak." Eh, maaf. Jika bukan karena kau, pasti aku tidak akan selamat. Kau hebat, Komandan Tsuzumi "
" Itu benar. Aku memang hebat " angkuh Tsuzumi seraya mengibaskan rambutnya kebelakang.
Astra tersenyum. Ia mendekat dan mengecup pipi gadis itu lembut. Membuat Tsuzumi terkesiap. Tatapan mereka bertemu dalam jarak yang begitu dekat." Mendekatlah. Aku ingin menggeser posisi ciumanku"
Spontan, Tsuzumi mencubit bibir laki laki itu.
Astra meringis kecil sambil memegang bibirnya. Namun didetik kemudian, ia terkekeh geli.
" Menjauhlah dariku" tukas Tsuzumi kesal. Ia menyentuh pipinya yang terasa panas. Astaga. Wajahnya memerah.
Astra tertawa lepas melihat tingkah gadis itu. Benar benar menggemaskan. Ia mendekat dan mengecup pipi Tsuzumi lagi.
" Astra..." rengek Tsuzumi kesal karena laki laki itu selalu menggodanya.
Astra tersenyum simpul sambil menyelipkan anak rambut gadis itu ditelinga. Lalu menyandarkan kepala dibahunya.
Tsuzumi menatap laki-laki itu dari samping. Ia tersenyum. Dia pasti sangat lelah." Tidurlah"
" Bagaimana denganmu?" tanya Astra dengan suara kantuknya.
" Aku harus mengemudikan pesawat"
" Kalau begitu bangunkan aku nanti. Kita akan mengemudi secara bergantian"
" Oke"
🌸
" Astra, ada yang ingin kutunjukkan padamu "
Astra terbangun. Namun ia tak sempat mengumpulkan nyawa sebelum kemudian Tsuzumi menarik tangannya. Laki laki itu menceracau tak jelas dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.
" Ayo, Putri Tidur" desak Tsuzumi sambil menarik-narik tangan laki laki itu.
Astra membuka matanya secara paksa." Kita sudah sampai, ya?" Karena tak kunjung mendapat jawaban dari gadis itu, Astra melangkah keluar dari pesawat dengan langkah malas. Ia terdiam sejenak sambil memandang sekitar. Ia melihat ketiga prajuritnya sedang bersenda gurau dibawah sebuah pohon rindang. Ada yang aneh. Sesaat kemudian, Ini bukan Hiroshima." Tsuzumi, dimana kau mendaratkan pesawat ini? Ini bukan Hiroshima"
Tsuzumi tersenyum." Aku tidak mengatakan ini Hiroshima"
Astra tak menyahut. Ia melayangkan pandangan. Rasanya seperti kenal tempat ini sebelumnya. Laki laki itu berjalan pelan sambil memerhatikan sekitarnya. Kemudian, atensinya beralih pada sebuah rumah yang sudah lama tidak berpenghuni. Dihalamannya, berdiri sebuah pohon yang dilengkapi ayunan. Astra mendekati pintu rumah itu." Kita berada di Osaka sekarang"
" Kau benar. Ini Osaka" sahut Tsuzumi." Ini rumah Profesor Ajiro kan?"
" Kenapa kau membawaku kesini?"
" Kurasa, Ayahmu ingin kau tahu sesuatu"
Astra memegang kenop pintu itu, lalu membukanya perlahan. Suara decitannya terdengar memecahkan keheningan. Ia melangkah memasuki rumah sembari mengedarkan pandangan ke penjuru. Sejurus kemudian, pikirannya terbang ke masa lampau.

" Bu, kenapa pintu di ruang kerja Ayah selalu terkunci?"
" Ada proyek besar disana. Itu sebabnya Ayah selalu menguncinya dengan kode sandi" sahut Hikawa sambil mengusap rambut putranya.
" Tapi, aku ingin masuk ke sana, Bu. Berikan kodenya untukku"
" Kunci untuk membuka pintu itu, hanya Ayahmu yang tahu"
Ajiro tersenyum kecil setelah mendengar kemauan putranya. Anak itu memang punya rasa ingin tahu yang besar." Hikawa, rasa ingin tahu manusia, bukanlah hal yang bisa dihentikan" Ia berlutut dan menangkup kedua pipi Astra. Menatapnya dalam." Ashuka, akan ada saatnya kau tahu kunci, isi, dan rahasia ruangan itu. Kau hanya perlu belajar mengerti tentang apa yang akan kau hadapi. Atau membenci apa yang akan kau ketahui "

Astra membuka pintu ruang kerja ayahnya. Alat, benda, serta buku-buku diruangan itu tampak berdebu. Mungkin setelah ditinggalkan sejak 11 tahun lalu. Tapi rasanya seperti baru kemarin. Ia mendekati pintu yang berada di pojok ruangan. Tangannya bergerak mendorong pintu besi itu." Pintunya terkunci"
" Kau bisa membukanya?" tanya Tsuzumi yang berdiri disampingnya.
Astra menghela nafas. Ia mencoba menggunakan beberapa angka untuk memecahkan kode sandi benda itu. Namun setiap angka yang dimasukkan selalu salah. Astra terdiam. Ia mencoba berpikir lebih keras.
Tsuzumi menepuk bahu laki laki itu. Hal yang membuat Astra teringat sesuatu.
1412. Setelah ini, temui ahli jiujitsu dikaki gunung Fujiyama.
4 angka itu. Astra mencoba memasukkannya. Terbuka.
" Kau berhasil" ucap Tsuzumi.
Astra mendorong pintu itu. Ia memandang ruangan dibaliknya." Ini..."
" Ini seperti ruang rahasia"
Astra mendekati sebuah meja." Ya. Ruang rahasia"
Tsuzumi menatap laki-laki itu." Astra, kau harus tahu siapa Ayahmu sebenarnya"
" Aku..." Astra terputus. Perhatiannya tertuju pada benda benda diatas meja. Sebuah komputer, kertas kertas berserakan, buku buku tebal, dan beberapa jenis bom ada disana. Semuanya sudah ditutupi debu. Astra mendekat dan mencoba menggunakan komputer itu. Masih berfungsi. Ia mengutak-atik benda itu. Memeriksa beberapa file didalamnya. Ada rekaman video yang menunjukkan ayahnya sedang mempresentasikan sesuatu.
" Ini aku-- Ajiro Fujihima. Aku akan memperkenalkan penemuan baruku. Ini adalah bom bunuh diri yang dilengkapi alat peledak berbahan nuklir. Aku melakukan eksperimen tentang bom ini berkali kali. Aku membuatnya, hanya sekedar sebagai partisipasiku untuk Jepang yang saat ini sedang menghadapi konflik dengan negara lain. Kuharap, penemuanku ini dapat dipergunakan dengan baik, dan tanpa penyalahgunaan sedikitpun"
Astra terdiam sejenak setelah rekaman itu berakhir." Tsuzumi "
" Hm?"
" Ayahku tidak bersalah kan? Dia membuat bom itu untuk membantu negara ini"
Tsuzumi mengangguk singkat." Astra, sebenarnya, ada pasukan Jepang yang mengambil bom itu dari Profesor Ajiro. Mereka meledakkannya di Armada Angkatan Laut Amerika. Akibat ledakan itu, banyak pihak Amerika yang gugur. Dan dihari yang sama, Jenderal Hideki Tojo terbunuh. Setelah insiden itu, Amerika mengambil sekutu dan melakukan perlawanan terhadap Jepang "
Astra mematung." Jadi begitu, ya"
Tsuzumi mengusap bahu laki laki itu, mencoba menenangkannya." Ayo, kita periksa ruangan ini. Mungkin masih ada hal lain yang juga dirahasiakan"
Astra mengangguk sambil tersenyum kecil. Mereka pun mulai memeriksa seisi ruangan itu.
Saat sedang sibuk mengutak-atik sebuah lemari, Tsuzumi menemukan sebuah flashdisk." Astra, aku menemukan sesuatu"
Astra menoleh. Ia meraih benda itu dari tangan Tsuzumi. Lalu menyambungkannya pada komputer diatas meja." Kuharap ada petunjuk disini" ucapnya memelan. Kemudian, sebuah rekaman video lain muncul dilayar.
" Kuharap, yang menemukan flashdisk ini adalah anakku--Ashuka Fujihima. Mungkin, saat kau menemukan ini, aku sudah tidak ada. Karena aku membuat rekaman ini disaat saat pengincaranku. Aku pikir, mungkin rasa ingin tahumu tentang ruangan ini begitu besar. Tapi aku hanya menunggu waktu yang tepat, dimana kau tahu apa yang sebenarnya terjadi. Nak, maafkan aku. Tapi aku benar benar harus mengatakan ini. Aku... adalah penjahat besar. Aku menyesal telah menciptakan bom itu. Saat ini polisi militer Amerika masih mengincarku. Kuharap mereka tak menyakitimu, Nak. Aku membuat ini saat usiamu masih 9 tahun. Mungkin saat kau melihat ini, kau sudah besar. Maaf, Nak. Aku tak bisa jadi Ayah yang selama ini kau banggakan. Tapi kau perlu tahu satu hal. Pasukan besar Amerika ingin melakukan pemboman di kota kota tertentu di Jepang. Tapi menurut perhitunganku, pemboman itu akan terjadi pada saat Indonesia mulai merdeka, ketika Jepang mulai menyerah"
Astra dan Tsuzumi saling pandang." Pemboman?"
" Apa ini sudah pernah terjadi?" tanya Astra.
Tsuzumi menggeleng." Tidak. Jika pemboman itu dilakukan, beberapa kota di Jepang akan hancur "
... Kami akan menyusun rencana untuk menghancurkan titik kemajuan Jepang.
Astra menelan ludah. Apa rencana itu akan benar benar terjadi?
" Tapi, bom apa yang akan mereka gunakan untuk menghancurkan Jepang?" tanya Tsuzumi.
" Entahlah. Sepertinya mereka menggunakan alat peledak khusus untuk menjangkau keseluruhan kota di Jepang " sahut Astra memprediksikan rencana Amerika. Ia mengambil salah satu bom bunuh diri diatas meja." Akan kubawa pulang ini ke markas. Mungkin Jenderal tahu sesuatu tentang ini"
Tsuzumi terdiam ditempat duduknya.
" Ayo, pulang "
Gadis itu menggeleng.
" Apa maksudmu? Kita harus segera kembali ke Hiroshima " desak Astra seraya meraih tangan gadis itu dan menariknya keluar.
" Tapi, aku masih ingin disini. Ini kan rumahmu "
Astra menatap Tsuzumi sambil tersenyum gemas." Tsuzumi, kita tak punya banyak waktu. Aku lapar"

About Dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang