" Siapa mereka?"tanya Astra seraya menunjuk deretan foto beberapa pria dengan seragam yang sama. Malam itu, Tsuzumi mengajaknya berkeliling markas.
Tsuzumi menoleh. Menatap sejenak wajah-wajah tangguh itu." Mereka adalah komandan-komandan Pasukan Berani Mati sebelumku, dari komandan pertama sampai komandan ke- 14"
" Mereka semua laki-laki " ucap Astra berkomentar.
Tsuzumi mengangguk antusias." Hanya komandan ke-15 lah satu-satunya komandan perempuan "
Astra terkekeh. Ia tahu komandan ke-15 yang dimaksud adalah gadis yang berdiri disampingnya saat ini.
" Rupanya kau mengerti,ya" ujar Tsuzumi melirik laki laki itu sesaat.
Astra beralih menatap gadis disampingnya." Kenapa kau bersedia menjadi Komandan Pasukan Berani Mati? Bukankah itu sulit?"
Tsuzumi menarik nafas." Jenderal Hamae mempercayakan kedudukan
ini kepadaku. Aku juga tidak mengerti kenapa dia menunjuk perempuan sebagai komandan. Meski begitu, aku tetap harus menjalankannya. Kau mengerti kan?"
Astra mengangguk singkat. Jenderal Hamae bilang,kau bergabung dengan Pasukan Hinomaru sejak kecil "
Tsuzumi hanya membalasnya dengan senyuman." Ikutlah denganku. Ada yang ingin ku perlihatkan padamu " ajaknya seraya meraih tangan laki laki itu.
Astra menatap tangan mungil yang menarik tangannya lembut. Ia menelan ludah." Kemana?"
" Sudah. Ikut saja"
Selang beberapa lama, mereka sampai di rooftop markas. Disana, Astra melihat para prajurit mengawasi penjuru wilayah Hiroshima. Tampaknya mereka sibuk. Astra melangkah sendirian begitu genggaman Tsuzumi terlepas. Gadis itu sedang membahas sesuatu dengan beberapa prajurit Pasukan Berani Mati.
" Selamat malam, Kapten" sapa setiap prajurit yang berpapasan dengannya dan hanya dibalas dengan anggukan kepala.
Astra berhenti ditepi rooftop sembari memandang langit. Lalu beralih menatap penjuru kota yang terlihat dari atas gedung markas. Kapan...perang ini akan berakhir?
" Astra, kau baik-baik saja?"
Astra tersenyum kecil saat suara itu menyapa. Sudut matanya menangkap Tsuzumi yang berdiri disampingnya.
" Penjuru kota terlihat lebih indah saat malam kan?"
Astra menatap gadis itu lekat." Ya. Indah"
Tsuzumi menoleh. Kemudian, tatapan mereka bertemu persekian detik. Tapi gadis itu segera memutuskan kontak mata mereka.
Astra menggaruk tengkuknya. Atensinya teralihkan didetik kemudian." Komandan, lihat"ucapnya seraya menunjuk langit.
Tsuzumi tersenyum saat melihat sesuatu yang menakjubkan disana." Benda itu... orang-orang menyebutnya bintang jatuh. Begitu kau melihatnya, pejamkan matamu, lalu bermimpilah"
Astra terpejam beberapa saat. Ia kembali menatap Tsuzumi setelah melakukannya.
" Kau punya mimpi,ya?"tanya Tsuzumi sambil menunjuk wajah laki laki itu.
" Iya. Memangnya kenapa?"
Spontan, Tsuzumi tertawa geli. Hal yang membuat Astra gemas memandangnya." Aku baru tahu bahwa ternyata mantan pimpinan preman sepertimu punya mimpi"
Astra terkekeh. Tangannya bergerak mencubit pipi gadis itu." Semua orang punya mimpi, Komandan manis " Setelah Tsuzumi mulai tenang, Astra merangkulnya lembut. Ternyata gadis ini tidak sekejam yang ia bayangkan.
Tsuzumi menghela nafas. Ia menyandarkan kepalanya dibahu Astra saat laki laki itu semakin merapatkan rangkulan.
Astra melirik gadis yang bersandar nyaman dibahunya lekat. Jantungnya berpacu lebih cepat sekarang. Entahlah. Segalanya terasa berbeda sejak ia mengenalnya. Laki laki itu tersenyum.
" Begitu mimpimu itu terwujud, apa yang akan kau lakukan?"
" Aku..." Astra beralih menatap langit malam. " Aku ingin mengajakmu ke tempat yang paling indah "
Tsuzumi tertegun. Ia menoleh, menatap Astra dengan jarak yang begitu dekat.
Astra tersenyum gemas sembari mengusap rambut gadis itu." Aku janji. Akulah yang menghabisi Komandan Max Holter"
" Ekhem...!"
Astra dan Tsuzumi tersentak seraya menjauh. Mereka menoleh bersamaan dan mendapati Kori,Rei, dan Nagiwa berada di belakang. Kini mereka tampak berusaha menahan tawa.
Sekali lagi,Kori berdeham dengan keras." Rupanya ini yang mereka lakukan di rooftop"
Nagiwa tertawa kecil." Ada hubungan apa antara Komandan dan Kapten"goda prajurit perempuan Pasukan Berani Mati itu.
Astra dan Tsuzumi saling pandang sejenak sambil melempar senyum kaku. Wajah mereka terlihat tegang.
" Apa yang kalian lakukan di sini?"tanya Tsuzumi berusaha tampak biasa.
" Hanya memergoki kedekatan kalian saja, Komandan. Tidak lebih" sahut Rei.
Astra berdeham singkat." Kami hanya merundingkan sesuatu tadi"
"Oh,jadi begitu. Merundingkan apa, Kapten?"tanya Kori sambil mengangkat-angkat alis.
" Eh..." Astra dan Tsuzumi saling pandang. Tak lupa laki-laki itu mengedipkan sebelah mata kepada sang komandan." Itu rahasia"sambung Astra kemudian.
" Oh. Jadi ini rahasia militer antara Komandan dengan kaptennya,ya?" Rei tertawa geli.
Astra menggaruk tengkuknya." Kurang lebih seperti itu"
Spontan,ketiga prajurit itu tertawa dibuatnya.
Tsuzumi hanya geleng-geleng melihat tingkah para prajurit terdekatnya. Ia beralih menatap Astra yang tengah melempar lelucon-lelucon konyol kepada mereka. Terkadang,ia memang harus mengakui dalam hati bahwa laki laki itu benar-benar membuatnya kagum. Tsuzumi terkesiap saat Astra menatapnya sejenak sambil tersenyum. Jantungnya dibuat senam seketika. Tsuzumi memejamkan mata sesaat. Hanya kagum. Aku tidak menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dream
Historical FictionSebuah kisah romansa yang diangkat dari peristiwa bersejarah di dunia. Ashuka Fujihima tak pernah menyangka perjanjian itu akan menjadi titik awal perubahan hidupnya.Perlahan, semuanya menghilang. Semuanya direbut oleh lincahnya gerakan peluru y...