Tsuzumi terdiam dengan tatapan kosong. Suasana ruangan itu menjadi hening. Keempat komandan dan kaptennya saling pandang. Sejenak, Tsuzumi memandang kursi kosong disampingnya. Ia membuang nafas." Setelah pemboman Hiroshima, ada berapa banyak prajurit yang gugur?"
" Jenderal, dari seluruh pasukan, ada sekitar 2.151 prajurit yang gugur. Termasuk Panglima Ashuka Fujihima" lapor Komandan Rei.
Pertemuan para pemegang jabatan Hinomaru itu berlangsung tegang. Tidak banyak topik yang dibicarakan. Hingga akhirnya, Tsuzumi menutup pertemuan itu. Seluruh pemegang jabatan pun beranjak meninggalkan ruangan.
Tsuzumi melangkah pelan menuju ruangannya. Ketika ia memegang kenop pintu itu, sekelebat ingatan saat ia masih bersama Astra terbayang. Tsuzumi membuka benda itu, lalu menutupnya kembali. Ia melangkah dan duduk di kursinya.
Kau tidak ada kerjaan lain selain memeriksa setiap sudut ruang kerjaku, ya?
Hehe. Maaf.
Tsuzumi menelungkupkan wajahnya diatas meja. Tangannya mengepal.
" Begitu mimpimu itu terwujud, apa yang akan kau lakukan?"
" Aku akan mengajakmu ke tempat yang paling indah"
Tok. Tok.
Tsuzumi mengangkat kepalanya dengan ekspresi datar." Masuk"
Pintu dibuka. Kapten Pasukan Berani Mati muncul dibaliknya." Jenderal"
" Kapten Nagiwa, masuklah"
Nagiwa mengangguk. Ia masuk dan duduk di kursi depan meja sang Jenderal.
" Ada apa, Nagiwa?" tanya Tsuzumi sambil mengaitkan jemarinya diatas meja. Ia mencoba tersenyum.
" Aku hanya memastikan kau baik-baik saja, Jenderal. Aku ingin menemanimu hari ini. Karena..." Nagiwa menggantung kalimatnya.
" Apa?"
" Setelah pemboman Hiroshima 6 Agustus kemarin, aku melihatmu selalu merasa kesepian. Aku tidak ingin kau terpuruk karena insiden itu "
Tsuzumi menghela nafas. Ia berusaha menguatkan diri." Terimakasih " Ia beralih menatap langit melalui jendela ruangannya." Nagiwa, kita tidak akan pernah bisa menebak apa yang akan terjadi nanti. Tapi aku tahu kan? Bagi setiap orang, kelak akan tiba hari untuk berpisah "
Tsuzumi, sampai nanti.
Sampai nanti? Tsuzumi mengerutkan alis.
🌸
9 Agustus 1945.
" Jenderal Tsuzumi Kuroyanagi!" ucap Komandan Fujiki seraya membungkuk hormat dihadapan Tsuzumi.
" Ada apa, Komandan?"
" Jenderal, Pasukan Angkatan Udara mendapat laporan dari Pasukan Namikaze, bahwa Pasukan Amerika melancarkan satu bom atom di kota Nagasaki"
" Amerika melancarkan satu bom lagi?" Tsuzumi mengerutkan alis. Tangannya mengepal.
" Jenderal, warga kota Nagasaki sama sekali tidak menduga pemboman itu. Banyak korban meninggal dan cedera. Pasukan Namikaze juga meminta bantuan dari Pasukan Hinomaru"
" Kalau begitu, siapkan pasukanmu. Perintahkan komandan lain untuk mempersiapkan pasukan. Siapkan juga beberapa pesawat yang akan digunakan untuk keberangkatan ke Nagasaki"
" Baik, Jenderal!"
🌸
Pusat Kota Nagasaki, Jepang.
Begitu pintu palka pesawat utama dibuka, Tsuzumi muncul dibaliknya. Gadis itu berdiri didepan para komandan dan kaptennya. Ia menuruni tangga pesawat bersama pasukannya.
" Jenderal Tsuzumi Kuroyanagi, Jenderal Pasukan Hinomaru!" ucap para pemegang jabatan Pasukan Namikaze hormat begitu Tsuzumi dan pasukannya berhadapan dengan mereka.
Tsuzumi mengangguk. Ia mengedarkan pandangan sejauh mata memandang. Semuanya kacau. Kota itu benar benar hancur. Reruntuhan dimana mana. Amerika telah menghancurkan segalanya.
" Jenderal, Pasukan Amerika telah melancarkan satu bom atom di kota ini. Semuanya hancur" ujar Jenderal Nomura, Jenderal Pasukan Namikaze, pasukan terbesar di Nagasaki.
" Jadi, apa kalian sudah mengevakuasi kota?" tanya Tsuzumi.
" Kami baru mengevakuasi sebagian. Masih banyak warga yang belum ditemukan "
Tsuzumi pun berbalik menghadap pasukannya yang terdiri atas 4 pasukan." Komandan 4 pasukan, segera pimpin para prajurit senior dan cari orang yang masih hidup atau mati. Kapten 4 pasukan, pimpin para prajurit baru dan evakuasi warga Nagasaki!"
" Baik, Jenderal "
Tsuzumi beralih menghadap Jenderal Nomura." Tenang saja, Jenderal. Kami akan membantumu dan pasukanmu"
" Terima kasih, Jenderal Tsuzumi"
🌸
Tsuzumi meniti langkahnya di dataran tinggi Nagasaki. Tempat yang didereti pepohonan rindang. Ia menyandarkan tangan kanannya dibatang sebuah pohon. Gadis itu menghela nafas." Nagasaki hancur. Tapi untungnya tidak sampai kesini" gumamnya.
Tsuzumi menghentikan langkahnya saat mendengar gemerisik langkah dibelakangnya. Ia menoleh. Tidak ada siapa-siapa. Gadis itu beralih memandang kedepan. Menatap pemandangan dari dataran tinggi kota. Ia teringat momen seperti ini.
Aku lelah. Makanya aku duduk di sini. Kulepaskan semua senjataku dan menikmati pemandangan indah dari sini. Eh, ternyata kau juga datang. Kau pasti mencariku, ya?
Aku hanya ingin mengungkapkan rasa terima kasihku karena telah menghadirkan orang seindah dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Dream
Historical FictionSebuah kisah romansa yang diangkat dari peristiwa bersejarah di dunia. Ashuka Fujihima tak pernah menyangka perjanjian itu akan menjadi titik awal perubahan hidupnya.Perlahan, semuanya menghilang. Semuanya direbut oleh lincahnya gerakan peluru y...