Bel sekolah pertanda jam sekolah usai telah berbunyi, siswa dan siswi bersorak girang, tidak terkecuali kelas XII IPA 3, cepat-cepat siswa dan siswi di kelas itu merapikan peralatan belajarnya, dimasukan ke dalam tas, kebetulan guru yang mengajar sedang tidak ada, mereka diberi tugas yang wajib dikerjakan, namun begitu bel telah berbunyi mereka begitu bersemangat untuk pulang, tidak peduli tugasnya sudah dikerjakan atau belum.
Begitu juga dengan Aira, gadis itu tampak bersemangat sekali untuk pulang karena dia sudah meminta Sean untuk menjemput kebetulan Sean tidak ada kelas hari ini, semoga saja Sean sudah membalas pesannya.
Selesai merapikan buku-buku beserta alat tulisnya Aira langsung mengambil ponselnya yang ia simpan di kolong meja, mengecek sudah ada balasan atau belum dan ternyata belum, Aira hanya bisa berdecak sebal, pasti Sean sengaja tidak mau membalas atau hanya sekedar membaca.
Sudah, tidak apa-apa. Sudah biasa Sean mengabaikannya, Aira tidak merasa sakit hati, justru dia semakin tertantang untuk mengejar Sean.
Karena Sean tidak membalas pesannya jadi mau tidak mau Aira harus naik angkutan umum, Aira kan tidak seperti kakak-kakaknya yang sejak awal masuk SMA sudah diberi kendaraan pribadi.
Aira sudah terbiasa dengan hal itu.
"Apa salahnya sih bales chat gue kalau emang gak mau jemput, giliran dapet chat dari kak Aya gercep banget, hujan badai ada tsunami sekalipun dijabanin" dumalnya.
Aira menghentakan kakinya kesal, uang jajanya ternyata habis, untuk ongkos naik angkot pun tidak cukup.
Aira akhirnya duduk di halte yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah, sambil dalam hati dia berharap semoga ada orang baik hati yang mau memberikan tumpangan, kalau tidak mau tidak mau Aira harus jalan kaki untuk pulang.
Lama Aira duduk di halte tidak terasa waktu sudah hampir sore, sekitar jam 4 Aira sampai rumah, dia meminta tolong Jeffran untuk menjemputnya, lagi-lagi Aira merepotkan cowok itu. Namun bagaimana lagi? Aira janji ini terkahir kalinya dia merepotkan Jeffran besok-besok tidak lagi.
Walau Jeffran bilang tidak keberatan tapi Aira merasa tidak enak. Aira tahu kalau Jeffran menyukainya tapi Aira tidak bisa membalas perasaan Jeffran karena yang Aira suka adalah Sean dan sialnya Sean menyukai Aya, yang tak lain adalah kakak Aira sendiri. Anak kesayangan mama papa dan adik kesayangan kakak pertamanya.
Jujur, Aira iri Aya bisa disayang oleh banyak orang, tidak seperti Aira, mama papa ingat padanya saja Aira sudah bersyukur, Aira selalu menjadi urutan terakhir.
"Makasih ya kak, maaf ngerpotin mulu" kata Aira sesaat setelah mobil Jeffran berhenti di depan gerbang rumahnya, sengaja tidak masuk karena setelah ini Jeffran harus pergi ke suatu tempat yang Aira tidak tahu.
"Apa sih Ai, gak ngerepotin kok, yaudah masuk sana, mama kamu pasti khawatir anaknya jam segini belum pulang" balas Jeffran.
"Dianggap ada aja enggak apalagi dikhawatirin, kak".
Aira terkekeh saat mengatakan itu, walau Jeffran tahu pasti sebenarnya ada kesedihan mendalam di hati Aira yang disimpannya sendirian.
Jeffran mengusap kepala Aira, gadis itu menoleh, "Udah sana masuk, kalau perlu apa-apa hubungin aja".
Setelah Jeffran mengatakan itu, Aira turun dari mobil milik cowok itu. Jeffran melambaikan tangan pertanda dia pamit pergi yang dibalas olen Aira setelahnya kuda besi Jeffran kembali melaju menjauh meninggalkan Aira yang masih berdiri di sana.