Garis Takdir

176 14 2
                                    

Bandara International Soekarno Hatta.

Seorang gadis menginjakkan kakinya di sana, turun dari pesawat, Nabila Rahman Al-Aydrus namanya, kerap dipanggil Nabila oleh teman-teman dan orang terdekatnya.

Nabila menyeret kopernya, berjalan menyusuri bandara sesekali gadis itu membenarkan jilbab serta niqabnya, Nabila berjalan dengan hati-hati, menundukkan pandangan bila mana ia tidak sengaja matanya  bertatapan dengan laki-laki.

Berjalan ke arah lobby utama, Nabila mendapat pesan bahwa abinya sudah menunggu di sana, Nabila berucap syukur dalam hati karena ia tidak perlu menunggu jemputan, Nabila merasa kurang nyaman banyak yang memperhatikan.

Mungkin karena Nabila berbeda dengan mereka.

Dari kejauhan Nabila melihat Shaqir yang tidak lain adalah abinya dan sepertinya Shaqir juga mengenali putrinya, walaupun wajah Nabila tertutup niqab namun Shaqir tahu itu putrinya, Shaqir sangat mengenal mata indah milik Nabila.

Mata indah yang hanya dimiliki oleh Nabila, anak kesayangan seorang Shaqir Rahman Al-Aydrus. Bahkan Shaqir hanya menyematkan nama 'Rahman' untuk Nabila sedangkan anak-anaknya yang lain tidak.

Seistimewa itu Nabila untuk Shaqir.

Nabila lantas berjalan menghampiri abinya.

"Assalamualaikum, abi". Nabilla mengucap salam lalu mencium tangan abinya.

Sudah menjadi kebiasaan Nabila sejak kecil juga ajaran keluarga besarnya untuk mengucap salam ketika bertemu sesama.

"Waalaikumsalam" jawabnya membalas salam.

Shaqir mencium kening Nabila dan mengucap syukur karena putrinya pulang dengan selamat.

Nabila baru menyelesaikan pendidikannya di kota Tarim, setelah segala urusannya selesai Nabila langsung diminta pulang oleh abinya karena Shaqir tidak ingin lagi Nabila jauh dari keluarga terutama jauh darinya. Apalagi di sana Nabila hanya tinggal sendiri tidak ada saudara atau kerabat yang menemani.

"Abi, Nabila lapar, boleh gak mampir makan dulu?" tanya Nabila hati-hati.

"Kita makan di rumah aja, umma udah masak banyak" jawab Shaqir. Dia membantu Nabila untuk memasakan seatbeltnya.

"Oh, ya udah kalau gitu" Nabila tidak protes lagi.

Begitu lebih baik, sebenarnya Nabila juga kurang suka makan di luar tapi karena cacing-cacing di perutnya sudah demo minta diisi jadi Nabila meminta untuk mampir di tempat makan.

"Abi tadi beli roti karena tahu pasti kamu lapar, lumayan buat ganjel perut" ucap Shaqir seraya memberikan kantong belanjaan logo indoapril, isinya cemilan dan juga roti tadi ketika perjalanan ke bandara Shaqir mampir.

Nabila menerima kantong belanjaan tersebut girang, "Makasih, Abi" katanya seperti anak kecil.

Nabila memang masih kecil di mata Shaqir.

Setelah semuanya siap, Shaqir lantas menyalakan kuda besinya, Nabila menyandarkan punggungnya pada sandaran jok mobil sambil memakan roti yang abinya beli.

Hening.. suasna di dalam mobil hening Nabila tidak suka itu, lantas ia bertanya.

"Kak Nayla sama mas Sean gimana kelanjutannya, Bi?".

Ketika Nabila masih di tarikm abinya itu bilang kalau Nayla kakaknya sedang menjalani ta'aruf dengan anak teman abinya.

Muhammad Seandra Assegaf nama lengkapnya, Nabila menyebut Sean dengan sebuatan mas karena laki-laki itu insyaAllah akan menjadi kakak iparnya, walau Nabila sendiri tidak mengenalnya jangankan mengenal tahu wajahnya saja tidak. Namun Nabila harus tetap sopan.

HUNRENE COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang