Dedikasi

663 42 14
                                    

Ini panjang banget, jadi please jangan siders ya:((

🍬🍬🍬


Arina duduk termenung di bangku taman belakang rumah sakit, gadis itu tengah melamun, memikirkan bagaimana caranya mencari uang sebesar 200juta untuk membayar tagihan rumah sakit juga untuk biaya operasi papanya.

Arina tidak berasal dari keluarga kaya raya, dia terlahir dari kalangan biasa, keluarganya hanya mempunyai usaha toko roti yang penghasilannya hanya cukup untuk menyambung hidup mereka sehari-hari.

Terdengar helaan napas panjang dari gadis itu, Arina sudah berusaha mencari pinjaman namun tidak ada satupun yang mau meminjamkannya uang sebanyak itu. Arina punya tabungan tapi uang tabungannya masih kurang untuk membayar semua tagihan rumahsakit yang sudah membengkak itu.

Arina hanya tinggal berdua dengan papanya karena sang mama sudah lebih dulu berpulang ke pangkuan yang maha kuasa.

"Saya lihat daritadi kamu ngelamun terus, Rin".

Arina terkejut sontak menoleh ke asal suara, gadis itu tersenyum setelah tahu siapa pemilok suara itu berasal.

Dokter Sean, salahsatu dokter di rumahsakit tempat papa Arina dirawat, Dokter Sean merupakan dokter dari jakarta yang tengah bertugas di bandung.

Dokter Sean duduk di samping Arina, gadis itu tidka keberatan karena mereka sudah saling mengenal dan cukup akrab, dokter Sean juga sesekali membantu Arina untuk menjaga papanya ketika gadis itu sedang sibuk di toko.

"Dokter Sean kok di sini? Gak kerja?" tanya Arina basa-basi.

"Ini jam istirahat kalau kamu lupa" jawab Sean sambil menatap lurus ke depan dan Arina hanya ber oh ria.

"Udah makan siang, Rin?" Dokter Sean balik bertanya.

Arina menggeleng, dia belum makan siang, dirinya tidak bernafsu, bagaimana bisa dia memiliki nafsu makan sedangkan di dalam sana papanya tengah berjuang antara hidup dan mati.

Sean menghela napas, "Jangan kaya gitu Arina, saya tahu kamu sedang banyak pikiran tapi kamu juga harus memikirkan kesehatan kamu sendiri, kalau kamu ikutan sakit nanti yang jagain papa kamu siapa" ucap Sean panjang lebar.

"Sekarang ayo ikut saya" lanjut laki-laki itu seraya menarik tangan Arina.

"Kemana, Dok?" tanya Arina heran.

"Makan siang, di ruangan saya, kita makan sama-sama, saya gak terima penolakan!".

Arina pasrah saja saat dirinya digandeng masuk, Arina tidak enak menolak permintaan Sean karena laki-laki itu sangat baik dan sudah sangat banyak sekali membantunya, Arina bingung bagaimana cara membelas semua kebaikan Sean padanya terlebih kepada papanya. Andai Arina bisa dia ingin mendedikasikan hidupnya untuk laki-laki itu sebagai balasan atas kebaikannya selama ini.



🍬🍬🍬


"Pa, kita jual ruko aja ya buat nambahin biaya operasi papa, Arina ada tabungan sedikit, Arina tau masih kurang sisanya Arina bisa cari pinjaman" ujar Arina seraya menggenggam tangan sang papa yang sudah sangat kurus karena habis digerogoti penyakit.

Siwon menggeleng, "Jangan, kalau ruko di jual toko roti kita gimana, jangan, papa gak perlu operasi, papa udah sehat" kata Siwon lemah.

"Papa gak mau operasi, papa gak mau ngerepotin kamu, Arin".

Hati Arina sakit mendengar penuturan papanya, dia merasa jadi anak yang tidak berguna karena tidak bisa berbuat apa-apa.

HUNRENE COLLECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang