Hanbin's journal, February 14, 2010.
Valentine datang lagi. Kali ini, hari yang biasanya selalu kuhindari karena menyebabkan datangnya makanan manis dan surat-surat beramplop merah jambu yang membuatku mual, berarti satu hal. Aku sudah melewati masa setahunku bersama Zhang Hao. Dan aku hanya perlu bertahan satu tahun lagi. Tapi sepertinya aku perlu bertahan dari hal lain, dan aku tak yakin aku mampu.
***
"Ada lima belas komposer yang kemampuannya benar-benar diakui dunia, dan salah satu di antaranya dikenal dengan sebutan Bapak Simfoni. " Mrs. Lily menekan mouse laptop-nya dan gambar seorang pria dengan gaya rambut khas abad ke tujuh belas terpampang pada layar proyektor. Dosen Sejarah Musik itu memandang murid-muridnya dengan senyum khas-nya. "Ada yang bisa menjelaskan siapa Bapak Simfoni ini?"
"Franz Joseph Haydn," Hanbin buka suara, memecah keheningan kelas, "Adalah salah seorang komponis yang paling berpengaruh dari zaman klasik yang dijuluki Bapak Simfoni atau Bapak Kuartet Gesek. Haydn menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai musikus untuk keluarga Eszterházy di kediaman mereka yang sulit dijangkau di Austria. Terisolasi dari komponis-komponis lain dan tren musik sampai saat menjelang akhir hayatnya, ia dipaksa untuk, menggunakan istilahnya, 'menjadi orisinil'." Hanbin mengakhiri penjelasan panjang lebarnya, membuat senyum di wajah Mrs. Lily makin mengembang.
"Penjelasan yang sangat akurat, Zhang." puji wanita itu. "Aku juga sangat berharap kau bisa menyebutkan ke-lima belas komposer-komposer yang ingin kubahas di sini."
"Mereka adalah Haydn," Hanbin menanggapi tantangan dosennya, "Handel, Rachmaninov, Tchaikovsky, Mahler, Verdi, Brahms, Liszt, Chopin, Schumann, Schubert, Wagner, Beethoven, Mozart, dan yang menduduki peringkat pertama adalah Bach. Masing-masing dari mereka telah menciptakan inovasi yang luar biasa dalam perkembangan musik klasik."
Mrs. Lily tertawa pelan, bersamaan dengan dering bel tanda berakhirnya pelajaran. "Ingatkan aku untuk memberimu nilai A di kelas ini, Zhang." ucap Mrs. Lily sebelum meninggalkan kelas. Hanbin hanya menyeringai begitu dosennya berlalu, membuat Zhang Hao mendengus sebal di sebelahnya. Pemuda baret itu mendahului Hanbin keluar dari kelas, tapi Hanbin bisa segera menyusulnya.
"Bagaimana rasanya menelan buku teks, Zhang Hanbin?" sindir Zhang Hao begitu Hanbin sudah berada di sebelahnya, menirukan Mrs. Lily. Hanbin hanya menanggapi sindiran itu dengan dengus geli. Zhang Hao menghela napas. "Dan aku benci kalau dosen-dosen itu memanggilmu dengan margaku. Entah kenapa kok kesannya menjijikkan."
Hanbin melirik Zhang Hao. "Kita terikat sumpah pernikahan, Hyung."
Zhang Hao menghela napas makin berat dan mengangguk pasrah. "Kurasa aku mau cuci muka di toilet dulu." gumamnya, dan berbelok di toilet terdekat.
Hanbin mengikutinya. Sejak kasus pengeroyokan terhadap Zhang Hao beberapa bulan lalu, Hanbin memang selalu mengekor pemuda berambut coklat itu kemana-mana. Zhang Hao protes pada awalnya, tapi ia tahu ia takkan bisa menyingkirkan Hanbin, jadi ia pasrah. Toh takkan ada yang tidak terima dengan sikap Hanbin mengingat mereka memang pasangan suami-suami.
Zhang Hao membasuh wajahnya di wastafel berkali-kali sementara Hanbin bersandar pada tembok keramik di sebelahnya, membaca e-mail dari Mr. Chan yang mengatakan kalau judul lagunya sangat sempurna. Zhang Hao selesai membasuh muka dan menatap bayangannya pada cermin di hadapannya.
"Kurasa aku sedikit tidak enak badan." ucapnya, membuat Hanbin mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Perasaan tak enak yang selalu menyergap Hanbin sejak malam tahun baru lagi-lagi muncul ketika mata hitamnya memandang wajah Zhang Hao yang basah dengan titik-titik air, membuat sebagian poninya menjuntai turun ke wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Blue And Red | BinHao ♡
FanfictionSung Hanbin adalah anak dari pengusaha terkemuka di Korea yang ingin mewujudkan impiannya menjadi pianis sukses. Namun keluarganya terus mencoba menghalangi impiannya itu bahkan saat Hanbin sudah kabur dan berhasil bersekolah di Universitas musik te...