Zhang Hao mengakhiri permainan biolanya, membuka mata cokelatnya lagi. Ia tersenyum pada dirinya sendiri dan meletakkan biola kesayangannya itu di pangkuannya. Ia menelusuri salah satu senarnya dengan jari telunjuknya, mengabaikan rasa sakit yang menusuk-nusuk setiap inchi tubuhnya. Ia sudah terlalu terbiasa dengan rasa sakit ini.
Dan ia bersyukur masih memiliki Chaehyun, wanita yang sangat dicintainya, untuk menemaninya menghadapi semua rasa sakitnya. Yah... walaupun ia mungkin hanya membuat Chaehyun menderita, melelahkan wanita itu untuk selalu merawatnya setiap saat.
Zhang Hao kembali memandang keluar jendela, tapi tatapannya tidak terfokus pada apapun, pikirannya melayang ke Chaehyun. Sejak ia divonis mengidap kanker ganas, Zhang Hao sudah berkali-kali meminta Chaehyun untuk meninggalkannya saja. Tidak ada gunanya memiliki suami yang hanya bisa menghabiskan hidupnya di ranjang rumah sakit. Tapi gadis itu bersikeras akan selalu menemani Zhang Hao, sampai kapanpun.
Zhang Hao memandang cincin pernikahannya dengan Chaehyun. Itulah alasan kenapa dia mencintai Chaehyun. Dia adalah wanita tegar yang berkemauan keras. Cenderung keras kepala kadang-kadang. Ia masih ingat, kali pertama ia bertemu dengan Chaehyun delapan tahun yang lalu. Rentang waktu yang cukup lama. Chaehyun adalah mahasiswi baru JSA. Berusia tujuh belas tahun, cantik, menarik, dan cerdas. Kilau yang selalu diperlihatkan matanya kepada semua orang yang menarik perhatian Zhang Hao, juga kilau yang tak pernah Zhang Hao lihat lagi sejak enam bulan lalu. Zhang Hao mendengus geli. Nyaris semua mahasiswa JSA tertarik pada kepribadian Chaehyun, tapi Zhang Hao senang ia yang berhasil memenangkan hati gadis itu.
Dan sekarang pikiran Zhang Hao kembali melayang ke buku harian Hanbin. Apakah bijaksana memperlihatkan buku harian itu kepada Chaehyun? Zhang Hao menghela napas. Ia sudah terlalu lama menyembunyikan rahasia ini. Ia hanya ingin Chaehyun, wanita yang sangat ia sayangi, mengetahuinya. Setidaknya sebelum ajal menjemputnya. Ia tahu Chaehyun pasti akan sakit hati, tapi ia sendiri tak sanggup memberitahukannya secara lisan dan gamblang kepada Chaehyun. Dan ia sadar bukan respon Chaehyun-lah yang ditakutinya ketika rahasia ini terkuak, melainkan ketika kenangan akan Hanbin kembali padanya.
***
Hanbin's journal, November 5, 2009.
Sebenarnya ini sudah berlangsung lama, tapi baru sekarang menjadi masalah bagiku. Aku sendiri tak tahu kenapa aku menjadikannya masalah untukku, seakan aku tidak ada masalah lain untuk diurusi. Ck, sangat merepotkan. Dan hal inilah yang menjadi kesalahan kelimanya yang tak bisa kulupakan seumur hidupku.
Dia membuatku khawatir.
Sial, akhirnya aku mengakuinya. Yah, walaupun lebih tepat disebut mengkhawatirkan daripada membuatku khawatir. Ah, atau pengertiannya sama saja? Masa bodohlah. Tapi sudah sembilan bulan aku bersamanya dan sulit untuk tidak mengkhawatirkan orang macam dia. Orang yang nyaris hanya makan ayam goreng dan ramen instan setiap hari. Orang yang berusaha mengajari cara membaca not balok pada Namu. Orang yang bisa memainkan biolanya dengan cara yang tak bisa dilakukan orang lain. Dan orang yang selalu tertawa lebar walaupun ia pulang dengan sekujur tubuh penuh lebam dan luka.
Hal terakhir itulah yang kumaksud. Hal itu bermula setelah dua bulan pernikahan kami berlangsung. Zhang Hao pulang dalam keadaan tidak berbentuk. Ia menyeret kaki kirinya sepanjang lantai linoleum apartemenku, mengangguku yang sedang menggubah lagu. Ketika aku keluar dari kamarku untuk menyentaknya, yang bisa kulakukan hanya mengernyit melihat kondisinya dan senyum lebarnya seakan ia pulang sambil membawa sekantung uang emas.
Mata kanannya memar, ujung bibir kirinya robek, bajunya berantakan dan celana jeans-nya sobek di lutut kirinya dan berdarah, membuatnya terpaksa berjalan dengan menyeret kakinya. Aku sangat yakin dia habis dipukuli, tapi dia hanya bilang dia habis jatuh dari tangga kampus dan sambil berjalan tertatih-tatih melewatiku, ia mengucapkan permintaan maafnya karena telah mengangguku sambil lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Blue And Red | BinHao ♡
أدب الهواةSung Hanbin adalah anak dari pengusaha terkemuka di Korea yang ingin mewujudkan impiannya menjadi pianis sukses. Namun keluarganya terus mencoba menghalangi impiannya itu bahkan saat Hanbin sudah kabur dan berhasil bersekolah di Universitas musik te...