July 25, 2010.
Hanbin memandang jemarinya yang tergeletak di atas pahanya, dan menyadari kalau telapak tangannya berkeringat. Ia mendengus geli karena kegugupannya yang tak penting. Hanbin melirik jam digital di atas perapian elektriknya. Pukul 00.01 dini hari. Tanggal 25 Juli 2010.
Hanbin segera mengalihkan pandangannya ke Zhang Hao yang masih terkekeh-kekeh sendiri, geli dengan pengakuan yang menurutnya konyol barusan, sambil kembali membaca majalahnya dengan sorot mata yang jauh berbeda dengan sorot matanya beberapa saat lalu.
"Hyung," panggil Hanbin lagi. Ia sudah meletakkan kesepuluh jarinya di atas tuts piano.
Zhang Hao mendongak dengan tatapan bertanya.
"Happy birthday." Itu adalah kali pertama dalam hidup Hanbin untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepada seseorang. Ia biasanya tidak mempedulikan hal-hal remeh semacam itu.
Zhang Hao menelengkan kepalanya, tampak sedikit bingung sebelum akhirnya dia memandang jam digital di atas perapian dan tertawa. "Aku masih ingat aku mengucapkan selamat ulang tahun untukmu Juli lalu di waktu yang sama," ucapnya di sela-sela tawanya. "Kebetulan yang menarik," tambahnya. "Trims, Hanbin."
Hanbin mengangguk, menggerak-gerakkan jarinya di atas tuts. "Dan aku juga punya sesuatu untukmu." kata Hanbin lagi. Ia menekan tuts piano-nya dengan perasaan yang sangat berbeda dari beberapa saat lalu, kembali memainkan sebuah lagu hasil aransemennya yang memang sudah cukup lama ia selesaikan, namun sama sekali belum diberinya judul.
Ia sesekali melempar pandang ke arah Zhang Hao di sela-sela permainannya, sementara Zhang Hao duduk diam di sofa, mengamatinya dengan serius dan senyum penuh kekaguman. Atmosfer dalam lagunya yang ini, menurutnya, sangat aneh. Ceria, sekaligus sedikit melankolis di saat bersamaan. Ia belum pernah membuat lagu dengan atmosfer tidak jelas seperti itu sebelumnya.
Hanbin tersenyum kecil ketika melihat sorot mata Zhang Hao yang tampak berbinar di beberapa bagian lagu yang menurutnya sangat indah. Dan ketika Hanbin selesai, Zhang Hao bangkit dari sofa dan bertepuk riuh.
"Aku belum pernah dengar lagumu yang itu sebelumnya!" ucapnya bersemangat.
Hanbin menutup grand piano-nya. "Yang itu tadi hadiah ulang tahunmu." tanggapnya seraya bangkit berdiri dari duduknya juga.
Tepukan Zhang Hao berhenti dan ia sedikit melongo. "Untukku? Wow.." gumamnya, merasa tersanjung. "Apa judulnya?" tanyanya dengan senyum lebar.
Hanbin berpikir selama beberapa detik, dan menjawab, "Blue And Red." Ya. Itu judul yang sangat cocok untuk lagu itu.
Zhang Hao memandang Hanbin. "Bukannya biru itu warna favoritku dan merah juga sepertinya adalah warna kesukaanmu?" tanya Zhang Hao, sedikit heran dengan judul yang dipilih Hanbin.
Hanbin hanya memandang Zhang Hao dengan sedikit senyum di wajahnya ketika Zhang Hao menanyakan itu. Ia berjalan ke arah kamarnya, namun sebelumnya ia berhenti di hadapan Zhang Hao. "Karena itulah aku memutuskan itu judul yang tepat untuk lagu tadi, Hyung. Blue And Red." jawab Hanbin absurd, mengacak rambut kecoklatan Zhang Hao sekilas sebelum menghilang ke balik pintu kamarnya.
Zhang Hao hanya terbahak mendengar penjelasan Hanbin.
September 12, 2010.
Masih di hari yang sama, dengan mood Hanbin yang benar-benar berbeda. Baru beberapa jam lalu ia menerima telepon dari Mr. Chan kalau dia mungkin akan direkrut oleh komponis ternama, baru beberapa jam lalu dia merasakan euforia yang teramat sangat besar bahwa cita-citanya seumur hidup mungkin akan terwujud hanya dalam hitungan minggu; dia akan merintis karir di dunia profesional.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Blue And Red | BinHao ♡
FanfictionSung Hanbin adalah anak dari pengusaha terkemuka di Korea yang ingin mewujudkan impiannya menjadi pianis sukses. Namun keluarganya terus mencoba menghalangi impiannya itu bahkan saat Hanbin sudah kabur dan berhasil bersekolah di Universitas musik te...