Tujuh

1.6K 231 45
                                    

"Renjun!" Panggil seseorang di ujung koridor.

Yang dipanggil sedikit menyipitkan netranya untuk memperjelas siapa sosok yang memanggilnya. Salahkan saja Renjun karena saat ini ia meninggalkan kacamatanya di kos, sehingga membuat aktifitasnya sedikit terganggu hari ini.

"Haechan?" Lirihnya, saat pemuda berkulit tan itu sudah berlari mendekat kearah Renjun.

Haechan berdiri tepat dihadapan yang lebih kecil dengan seyum ceria khasnya. "Apa kau masih memiliki kelas hari ini?" Tanyanya.

"Tidak. Aku hanya memiliki satu kelas dan sudah berakhir beberapa menit yang lalu" Jawab Renjun.

Keduanya berjalan beriringan disepanjang koridor. Menuju arah yang sebelumnya ingin Renjun tuju yakni kantin kampus. Obrolan ringan mengiringi perjalan kedua pemuda itu. Tawa sesekali menguar, setiap Haechan melontarkan candaan. Tak terlihat kecanggungan untuk ukuran dua orang yang baru terlibat percakapan untuk ketiga kalinya.

Sampai akhirnya, langkah keduanya terhenti saat netra salah satu dari keduanya menangkap siluet satu sosok yang begitu ia kenal tengah duduk berhadapan dengan seorang gadis di salah satu meja di kantin tersebut.

"Bukankah itu Jeno?" Haechan bertanya dengan memandang lurus kearah Jeno yang kini tengah menghabiskan waktu makan siang bersama dengan seorang gadis.

Melihat tak ada respon dari Renjun, Haechan kembali melontarkan satu kalimat yang sukses membuat pemuda maret itu terkejut bukan main.

"Jadi rumor yang kudengar pagi tadi benar, Jeno dijodohkan dengan Yeji" Ucapnya, lebih terdengar seperti monolog karena sosok disampingnya hanya diam seribu bahasa sejak menginjakkan kakinya diarea kantin, atau lebih tepatnya setelah melihat Jeno tengah bersama seorang gadis.

Renjun meremat jemarinya. Walaupun seharusnya ia sudah mampu menebak hal ini pasti akan terjadi, karena kejadian ini sudah pernah ia lalui dikehidupan lampaunya bersama Jeno, namun melihat sikap Jeno yang terlihat seperti menerima gadis itu membuat perasaan Renjun mencelos.

Bagaimana lelaki itu memperlakukan gadis yang akan dijodohkan dengannya dengan begitu baik, sangat berbeda dengan kejadian yang seharusnya terjadi. Dimana Jeno dengan tegas menolak perjodohan itu, dan lebih memilih dirinya sampai mau melepaskan semua harta yang Jeno miliki.

Namun apa yang bisa Renjun harapkan sekarang? Hubungannya bersama Jeno benar-benar tak memiliki titik terang. Keduanya masih sama-sama merasa asing. Entah karena kebingungan yang membuat keduanya merasa canggung atau memang sudah seharusnya jalan takdir keduanya harus berubah.

"Haechan-ah, apa menurutmu aku masih bisa kembali bersama Jeno dan bertemu dengan Chenle lagi dikehidupan masa depanku?" Tanya Renjun nyaris tak terdengar.

Haechan menatap lekat-lekat kearah Renjun. Terlihat jelas air muka sendu pemuda Huang itu. Walaupun tak mampu benar-benar memahami perasaan Renjun, namun pemuda Lee itu bisa merasakan kekecewaan yang dirasakan oleh Renjun kepada suami masa depannya itu.

"Bisa. Mau kubantu kau berbicara dengan Jeno?" Ucap Haechan yakin, walau tak seratus persen keyakinan dirasakan oleh pemuda itu.

Renjun menggigit bibir bawahnya, haruskah ia meminta haknya sebagai seorang suami kepada pasangannya? Walau ragu dan masih dibayangi oleh kehidupan pernikahan gagalnya bersama Jeno, namun Renjun masih memiliki setitik harapan untuk bisa kembali kepada lelaki itu. Tentu saja Chenle yang menjadi alasan kuat ia ingin rujuk bersama dengan Jeno.

ANOTHER CHANCE [JAEREN ft. NOREN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang