Pemuda itu sibuk membolak-balik lembar demi lembar buku tebal yang ia jadikan sebagai referensi untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Sesekali tangannya bergerak untuk menyalin setiap kata di buku catatan miliknya. Fokusnya hanya tertuju pada tugasnya hingga tak menyadari jika ada satu sosok yang sudah menempati kursi kosong disamping kirinya.
"Hai.." Sapa sosok itu dengan sedikit berbisik, karena saat ini keduanya tengah berada di perpustakaan yang memiliki aturan tak boleh berbicara dengan suara normal, karena bisa saja mengganggu pengunjung lain.
Renjun memandang sosok itu, lantas melepaskan bingkai kaca matanya yang bertengger dipangkal hidungnya sejak ia memulai kegiatannya mengerjakan tugas.
"Oh hai.. ada yang perlu kubantu?" Tanyanya sopan. Mengingat lawan bicaranya bukanlah teman dekat.
"Apa kau memiliki waktu luang setelah ini? Aku hanya ingin mengobrol denganmu"
Pemuda mungil itu sedikit berpikir sebelum menjawab ajakan Haechan. Teman satu kelasnya yang tak begitu dekat dengannya. Sebenarnya Renjun merasa bingung bagaimana lelaki bermarga Lee itu berniat mengajaknya berbicara, padahal seingat Renjun, ia dan Haechan tak pernah sekalipun bertegur sapa dikehidupan masa lalunya.
Namun tak ada salahnya jika Renjun mengiyakan ajakan itu, toh menambah teman bukanlah sebuah ide buruk.
"Kita bisa mengobrol sekarang, ayo keluar dari sini" Ajak Renjun. Menumpuk buku-buku miliknya lantas memasukkannya kedalam tas punggungnya.
Keduanya berjalan keluar perpustakaan untuk menuju sebuah bangku panjang yang terdapat di taman belakang kampus.
"Mungkin kau terkejut karena tiba-tiba saja aku mengajakmu untuk mengobrol. Tapi sungguh, aku hanya ingin dekat denganmu" Ucap Haechan setelah keduanya sudah duduk di bangku yang terletak tepat dibawah sebuah pohon rindang.
"Sedikit, karena seingatku kita tak pernah dekat dulu"
Haechan mengernyit, tak paham maksud ucapan Renjun yang menyebut kata dulu sementara keduanya baru bertemu minggu lalu, dihari pertama mereka kuliah.
Renjun yang menyadari keterbingungan Haechan segera menimpali, agar lelaki itu tak merasa jika dirinya aneh.
"Minggu lalu maksudku"
"Kuharap setelah ini kita bisa menjadi dekat, kufikir kau pribadi yang sangat menyenangkan" Tambah Renjun dengan mengutas senyum manis.
"Tentu, ayo kita berteman" Haechan menyetujui dan kini keduanya saling melempar senyum.
"Omong-omong, apa kau dan Jeno saling mengenal?" Tanya Haechan, membuat yang ditanya langsung menunjukkan raut keterkejutannya. Namun dengan cepat, Renjun segera menetralkan raut wajahnya.
"Tidak. Seperti halnya kau, aku baru bertemu dengannya saat kelas pertama kita dimulai"
"Kau yakin? Kufikir Jeno mengenalmu karena bisa kulihat dari cara dia menatapmu sangat terlihat seperti kalian sepasang kekasih yang tengah terlibat masalah" Tebak Haechan yang sebenarnya tepat sasaran. Namun Renjun tak bisa membenarkan hal itu didepan Haechan, jika ia tak ingin berkelanjutan harus menjelaskan tentang permainan waktu yang tengah ia alami kini.
"Mungkin hanya perasaanmu saja" Tukas Renjun. Berharap Haechan tak lagi bertanya lebih.
"Tapi aku sangat yakin. Kau bisa menceritakan kalau kau mau" Tanya Haechan lagi penuh selidik, karena keyakinannya tentang Renjun dan Jeno yang saling mengenal benar-benar mengganggunya dan ia ingin lelaki manis itu mau jujur kepadanya.
Renjun menatap lamat kearah Haechan, sedikit menimang tentang ucapan lelaki dihadapannya kini. Haruskah ia menceritakan hal yang oleh beberapa orang anggap aneh? Karena.. oh ayolah. Renjun hanya tak ingin jika akan ada lagi orang yang menganggapnya gila setelah ia menceritakan hal yang terdengar sangat tak masuk akal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANOTHER CHANCE [JAEREN ft. NOREN]
Fanfiction[END] Hanya kesempatan yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka untuk merubah atau mempertahankan cerita yang sudah ada. JAEREN ft. NOREN BXB MPREG